Training Manasik Haji: Membentuk Generasi Ismail as, Generasi Taqwa Cinta Syari’at

0
596

Hari ini, Minggu (4/8/19) SIT Insantama kembali mengadakan training untuk seluruh santri. Memasuki awal Dzulhijjah, maka training yang diangkat pada kesempatan kali ini ada dua macam. Training yang pertama training Haji dan Umrah dan yang kedua training Udlhiyyah. Dua tema ini sangat cocok diangkat mengingat moment ibadah yang penting dilakukan kaum muslimin di bulan Dzulhijjah ini.

Training yang diadakan tidak hanya sekedar materi saja, tapi praktik langsung yang dipandu oleh pemateri yang memang ahli di bidangnya. Para santri dibawa dalam suasana pelaksanaan kedua ibadah tersebut, sehingga benar-benar paham akan tata cara kedua ibadah tersebut dari awal persiapan hingga berakhirnya rangkaian ibadah.

Training Udlhiyyah dipandu langsung oleh ust. Muhibbuddin, S. H. I selaku Mudir ‘Am SIT Insantama. Beliau memaparkan materi ibadah qurban sangat jelas, sehingga para santri dapat memahami dengan baik. Mulai dari dalil-dalil dan keistimewaan bulan Dzulhijjah, serta ibadah mulia yang dilakukan di dalamnya. Hukum berqurban, syarat, rukun, pendistribusian, adab penyembelihan hingga praktek penyembelihannya.

Beliau juga menjelaskan bahwa ibadah qurban merupakan ibadah yang tertua di dunia, yaitu pada masa nabi Adam as. Seperti kisah Habil dan Qabil yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah : 27.

Qurban bermakna dekat, artinya mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan menjalankan sebagian perintahNya. Rangkaian ibadah qurban yang kita lakukan saat ini, tidak terlepas dari peristiwa yang dialami oleh nabi Ibrahim as beserta keluarga beliau. Saat nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di gurun yang tandus sampai akhirnya beliau menemui mereka saat Ismail sudah beranjak remaja.

Namun kerinduan yang mendalam, yang dipendam selama ini tak membuat keluarga ini abai akan perintah Allah Swt. Hal ini terbukti saat nabi Ibrahim as bermimpi diperintah oleh Allah Swt untuk menyembelih anaknya, Ismail as. Mimpi itu diutarakan pada putranya, namun Ismail menanggapinya dengan sangat bijak dengan mengungkapkan. “Bila benar itu perintah Allah Swt, maka laksanakan lah ayah, sungguh kau akan mendapatiku dalam keadaan sabar, insyaaAllah.”

Melihat ketaqwaan yang melekat di dalam jiwa hamba, tentu iblis tidak tinggal diam. Iblis telah gagal menggoyahkan keimanan sang ayah dan anak itu, hingga objek selanjutnya adalah Siti Hajar. Iblis menemui Siti Hajar dan meyebutkan bahwa Ismail akan disembelih ayahnya sendiri, namun Siti Hajar tak percaya, beliau lalu mengusir iblis sampai tiga kali dan melemparinya dengan batu. Inilah yang kemudian juga kita lakukan dalam ibadah haji, yaitu melempar jumrah sebanyak tiga kali.

Ismail telah siap untuk disembelih dan sang ayah pun telah bersedia merelakan putra kesayangannya. Namun saat akan disembelih, Allah Swt menggantikannya dengan domba yang besar.

Inilah pembuktian iman, inilah pembuktian cinta pada Illahi Rabby. Akan rela mengorbankan segalanya termasuk yang paling dicintai sekalipun. Namun, Allah Swt tak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang beriman. Allah Swt hanya menguji untuk menjadikan iman semakin kokoh dan taqwa semakin meningkat dalam diri hamba. Dari peristiwa ini, maka Allah Swt mensyari’atkan qurban bagi kaum muslimin. Teladan dari keluarga nabi Ibrahim as, teladan dari keluarga taqwa yang telah menghibahkan hidupnya seluruhnya pada sang Pencipta.

Dalam rangka menyambut momentum Dzulhijjah ini, seluruh santri diberi pemahaman akan sebuah kesabaran, keikhlasan, tawakkal dan taqwa yang bisa dipetik dari kisah teladan keluarga nabi Ibrahim as. Semoga para santri bisa mengambil pelajaran dari semua ini, hingga memprioritaskan hukum Syara’ dalam kesehariannya. Dan bermunculan lah ismail-ismail baru yang mencintai Allah Swt, Rasul Saw dan ummat yang siap menjadi pemimpin masa depan dengan mengambil Islam sebagai aturan kehidupan.

Wallahu ‘alam bishshowab

Repost by: Mila Sari, S. Th. I