“Antum coba memosisikan diri, coba tanya ke diri antum. Saya ini siapa? Rezeki atau musibah bagi orang tua?” Pertanyaan Bu Cory Wali Kelas 8D SMPIT Insantama Bogor menghentak pikiran seluruh siswa di kelas 8D saat temu wali kelas dengan siswa.
“Semua ketidakdewasaan antum di kelas 7. Semua kekecewaan dan sikap mengecewakan yang menjauhkan antum dari mimpi besar antum, tinggalkan dia di kelas 7. Hari ini antum menjadi pribadi yang baru, yang dewasa, yang bertanggung jawab penuh atas masa depan antum. Sudah bisa berpikir, nanti mau kuliah di mana? Di negara mana? Jurusan apa?”, lanjut bu Cory sambil menuliskan poin-poin penghalang terwujudnya proses belajar di papan tulis.
Bu Cory pun menuliskan di papan tulis, hasil pertanyaan yang dijawab sendiri oleh para siswi kelas 8D terkait hal-hal yang menjadi potensi besar penghalang mereka dalam menuntut ilmu. Kami kemudian mengurai solusinya bersama, kemudian merasakan lega bersama. Saya menyaksikan semangat baru di binar mata mereka, sambil terus mengafirmasi bahwa kunci sukses seorang anak adalah ridha orang tua.
“Antum dipilihkan sekolah yang baik, yang lingkungannya berkah, segala sesuatunya berkah. Antum dikondisikan untuk memiliki tiga kualifikasi yang bersatu dalam diri setiap siswi yaitu menguasai tsaqafah Islam, mantap berilmu kehidupan, dan terbentuk kepribadian Islam yang kuat dalam diri antum. Ini harapan orang tua antum, jadilah rezeki untuk orang tua,” ujarnya.
Keesokan harinya, bu Cory memberi tugas khusus kepada seluruh siswi kelas 8D. “Malam ini, ambil kaki ayah bunda antum, pijit kakinya. Sambil pijit, antum renungkan, antum doakan. Ya Allah, ini kaki yang berkorban untukku. Ini kaki yang memberiku kehidupan. Haramkan kaki ini masuk ke dalam neraka-Mu, Yaa Rabb.”
Menariknya, sesaat setelah mengingatkan tentang tugas itu melalui WhatsApp grup kelas, seorang siswi berkomentar, “SIAAPP 85!! Kata umi ana, “Alhamdulillah, kapan lagi ada PR kaya gini, semoga Bu Cory masuk surga.””[]