Mendidik dengan Hati dan Visi, sambil Memendam Rindu

-

Sepanjang waktu kegiatan LMT-4 Avenzore Journey to Pare tahun 2023 ini, ada kisah-kisah yang tak nampak kecuali saat kita menyelam lebih jauh untuk menemukan momen terpendamnya rindu antara ayah dan anak, guru dan murid, juga keluarga-keluarga yang terpisah jarak selama sepuluh hari.

“Hari ini terakhir pergi ke sekolah sendiri,” kata Bu Vita. Dia mengisah anandanya Dzulfikar yang biasanya pergi sekolah bersama Pak Fajar, salah satu guru SMPIT Insantama Bogor yang turut menemani Avenzore ke Pare. Hari ini, Senin (23/1/2023) adalah momen terakhirnya bersendirian, “Besok ke sekolah dengan Abi,” katanya.

Terharu. Saat melihat status WhatsApp Pak Fajar yang memeluk erat ananda Dzulfikar. Seolah rindu itu tumpah dan berbalas.

Ada lagi Rumaysha. Ini bocah kecil yang cantik. Saat Pak Muslim datang menghampirinya, mata bulatnya tak bisa berbohong tentang rindu yang begitu dalam kepada Baba-nya. Dia dipeluk dan digendong dalam sakitnya. Kebetulan saat momen itu Rumaysha sedang demam, sehingga pelukan Baba adalah obat penyembuh dan penghilang duka.

Pada sesi seluruh siswa berkeliling bersalaman dan memeluk guru-guru, mereka juga meluapkan rindu dan mengadu tentang panasnya cuaca Pare, juga kisah keseruan di sana. Seolah mereka baru datang dari petualangan yang begitu banyak menyimpan kisah menarik untuk diceritakan.

Pun ada para guru yang juga saling memeluk melepas rindu. Formasi guru-guru terbagi menjadi dua, meski tetap saling memantau meski dalam jarak, guru-guru yang di Bogor tak ikut ke Pare pun turut mendoakan kesuksesan Avenzore.

Masya Allah. Inilah suasana mendidik tak sekadar mentransfer ilmu pengetahuan, atau sekadar menggugurkan kewajiban masuk kelas dan membagi tugas. Tidak begitu. Ini namanya mendidik dengan hati dan visi. Hal itu termanifestasi dalam kerelaan dan komitmen para pendidik untuk berjarak dengan keluarga demi menggenapkan misi pendidikan calon pemimpin Ansharullah.[]