Salah satu hal penting yang ditanyakan orang tua siswa kelas 9 sebelum pelaksanaan LMT-4 Journey to Pare adalah terkait nafsu makan anandas selama di Pare. Perbedaan suhu, kondisi budaya, serta masakan membuat beberapa orang tua khawatir putra dan putrinya kehilangan nafsu makan selama di Pare Kediri.
Suhu di Pare selama beberapa hari memang cukup gerah karena panas terik. Namun udara masih cukup bersih ketimbang di Bogor. Terik siang hari memang sangat menggoda untuk menikmati minuman dingin. Namun anandas mencoba menahan hasrat ini agar tidak mudah terserang radang.
Oya, menu pertama yang kami cicipi di Pare adalah soto ayam yang disajikan ketika sarapan. Menu ini cukup diminati anandas, karena karakternya yang berkuah. Menu sarapan yang juga cukup diminati adalah nasi goreng. Ditemani dengan telur ceplok, mentimun, dan teh hangat. Menu ini selalu membuat anandas ingin menambah sarapan.
Lalu suatu siang, kami semua menikmati makang siang berupa nasi pecel. Nasi pecel adalah sajian khas Kediri yang biasanya disajikan dengan sambal tumpang, yaitu kuah pedas yang terbuat dari remukan tempe. Nasi Pecel adalah sajian yang bisa dinikmati pagi, siang, ataupun malam. Tentu untuk anandas kali ini tidak dilengkapi dengan sambal tumpang.
Menu makan siang lain yang cukup menggoda adalah nasi denga sayur asam. Sayur asam jawatimuran berbeda baik rasa, penampilan, hingga penyajian dengan sayur asam pasundan. Kuahnya lebih bening dan hanya berasa asam dari asam jawa. Isinya hanya kacang panjang, krai (mentimun sayur), kangkung, dan kol. Penyajiannya alih-alih dipisah, namun disiramkan ke nasi secara langsung. Konon, menikmati sayur asam ditambah lauk ayam goreng dan tempe goreng, rasanya sungguh sangat menyegarkan.
Menu makan malam paling sensasional menurut kami adalah ayam bakar kecap yang dinikmati dengan lalapan. Menu ini sangat cepat tandas lebih-lebih anandas yang terserang lapar karena seharian belajar.
Menu makanan di Pare sebenarnya hanya menu sederhana ala rumahan. Namun justru disinilah kelebihannya. Menu-menu ini memang membuat kami mengingat rumah, namun kerinduan tersebut terbayarkan dengan kenikmatan di lidah kami. Maknyuusss.[]