REPORTASE KHAS
LKMA 2018 ‘ADVANCE TO NEW ZEALAND’
Minggu-Senin, 4-12 November 2018

Day 0
Ahad, 4 November 2018
‘Today is the day!’

Jarum jam mengarah pada pukul 3 dinihari, kami lekas bersiap-siap. Kami bergegas bersih diri dan melaksanakan sholat tahajud. Kesigapan kami menunjukkan betapa excited nya kami hari ini. Loh, memangnya ada apa hari ini?

Hari ini adalah hari spesial yang dinanti sejak lama. Hari ini, tepatnya pada Ahad, 4 November 2018 adalah hari yang sangat kami nantikan. Bahkan adik kelas pun turut merasakan sensasinya. Akhirnya mimpi besar kami, LKMA 2018 ‘Advance To New Zealand’, akan terwujud. Terus teringat bagaimana perjuangan kami sejak Januari 2018 5y5 menguras ribuan tetes air mata, tawa, dan beragam perasaan lainnya. Perasaan kami bercampur-aduk menjadi satu. Kami, delegasi LKMA 2018 siap memulai kisah perjalanan kami. Bismillahirrahmanirrahiim…

Sekitar pukul 03.45, kami memulai perjalanan ke Nurul Amal dengan penuh semangat, dipandu oleh Chief of the Day (COD), Devina Puspa dan Fahmi Akbar. Tidak lama kami berjalan, sampai juga di Masjid Nurul Amal. Pas sekali adzan subuh berkumandang, kami langsung meyusun shaff untuk menunaikan sholat shubuh.

Usai sholat shubuh, kami kembali melakukan upacara pelepasan yang dipimpin oleh Kak Nazhif. Ustadz Rahmat Kurnia selaku Direktur Pendidikan pun menyampaikan wejangannya untuk kami. Ditutup oleh doa, memohon segala ampunan serta kelancaran seluruh rangkaian kegiatan LKMA 2018 ini. Tak ada niat yang lebih mulia dibandingkan LKMA ini untuk Allah yang selalu kami camkan dalam hati.

Setelah pamitan dengan para orangtua dan guru serta muaddib yang mengantar, kami menaiki bus yang sudah menunggu dari pukul 2. Setelah memastikan kami semua telah masuk ke dalam bis, pembina memimpin kami untuk kembali berdoa. Dan selalu berdoa. Agar Allah senantiasa menyertai langkah kami.

Bus pun melaju dengan tenang, meninggalkan Kota Bogor, tempat kami menuntut ilmu selama ini. Di dalam bus tidak banyak yang kami lakukan. Sebagian dari kami melanjutkan tidurnya, makan pagi, atau hanya sekedar terdiam memandangi jalanan yang tertinggal di belakang. Maybe we’ll miss this place. Hehe.

Ketika memasuki jalan tol Jagorawi, kami melihat terdapat spanduk kecil yang terbentang. Ternyata juga ada beberapa orang yang melambaikan tangannya ke arah delegasi. Wah, kegeeran nih.. Tapi ternyata tidak, itu adalah spanduk selamat jalan yang dibentangkan adik-adik kami tercinta. So sweet..

Ternyata tak butuh waktu lama untuk tiba di bandara Halim Perdanakusuma, hanya sekitar satu setengah jam. Dengan speed and responsive kami segera turun dari bus dan menarik koper masing-masing. Lalu berbaris rapi menunggu keberangkatan ke Denpasar, Bali. Setelah pembagian tiket dan paspor kami bergegas check in menuju pesawat kami yaitu citilink. Satu per satu delegasi melakukan check in dan segera menuju ruang tunggu.

Di bandara Halim, terlihat ada beberapa orang tua hingga alumni yang ingin melepas kami. Subhanallah.. Jangan kangen kami ya.. Hehe (mencoba mengobati rasa rindu)

Operator bandara mengumumkan kedatangan pesawat kami. Dag dig dug. Rasa bahagia dan khawatir melebur jadi satu. Diawali satu tarikan napas, kami siap lepas landas menuju Bali. Kurang lebih selama 2 jam kami berada di udara dan menembus pulau kapuk yang sebenarnya, gumpalan awan putih.

Kenapa ya kira-kira harus ke Bali dulu? Kenapa tidak langsung ke Auckland saja dari Jakarta? Ternyata, salah dua alasannya adalah untuk simulasi ke NZ dan untuk syiar Islam di Bali. Syiar Islam? Sabar.. Baca terus yaa agar paham. 😊

Setibanya di Ngurah Rai International Airport, lagi-lagi kami harus speed and responsive. Memang sangat dibutuhkan saat kami sedang bepergian seperti ini, terlebih di NZ nanti. Duo CoD memandu pasukannya masing-masing untuk membentuk barisan yang rapih. Satu… Dua… Tiga… Move! Move! Khas Insantama. Tanpa berbasa-basi kami menggeret koper biru kami mengelilingi kawasan bandara hingga sampai ke tempat shalat. Alhamdulillah…

Kedatangan ke Bali menurut kami merupakan hal yang menarik. Pasalnya, ketika kami bergerombol membentuk barisan panjang bak kereta api, banyak yang terkejut melihatnya. Malah kami disebut ‘rombongan haji’ oleh beberapa orang. Waduh, diaminkan saja dulu, ya. Mungkin saking takjubnya melihat kami yang berpenampilan tertutup, apalagi akhwat. Bisa sekalian ‘syiar Islam’ di sini. Masyaa Allah… Semoga keberkahan senantiasa menyebar dalam tiap langkah kami.

Setelah selesai sholat dzuhur dan ashar jamak qashar, delegasi beristirahat sejenak sambil meregangkan otot-otot yang mulai tegang dan tak lupa menyantap makanan khas delegasi LKMA 2018. Ya, apalagi kalau bukan bubur siap santap Kimbo. Rasa enak dan dijamin perut kenyang, lumayanlah buat ngeganjel perut hehe.

Menunggu di airport cukup lama, dan Alhamdulillah nashrullah datang di saat yang tepat. Saat perut mulai keroncongan, makan siang pun datang, Forum Orangtua Siswa (Fosis) menyiapkan kami maksi (makan siang). Nasi pecel lezat yang mungkin tidak akan bisa kami temukan lagi saat tiba di New Zealand. Tanpa basa basi, kami langsung menyantapnya di ruangan kosong di lantai 2 bandara.

Subhanallah, kami sangat terharu terhadap support dan dukungan dari orang tua kami. Bahkan ada Orangtua kami dari jauh yang sampai-sampai rela datang ke Bali untuk kami. Bu Mayang dan Bapak datang khusus dari Bima, dan setelah mengantar snak penambah makan siang kami Beliau berdua akan kembali ke Bima. Ya Allah, betapa tulusnya kasih sayang orang tua kami.. Semoga kami dapat membalasnya dengan menjadi anak yang sholeh-sholehah.. Aamiin

14.30 WITA delegasi masih menunggu untuk boarding pass. Di tengah lamanya kami menunggu, tanpa diduga sepasang suami istri dari Texas, kebetulan melihat delegasi. Mereka nampak tertarik dengan keberadaan kami. Berawal dari obrolan kecil seperti bertanya dari sekolah mana, asalnya, hingga bertanya tentang apa yang sedang kami lakukan. Sudah berlatih bilingual skill, semua pertanyaan itu dijawab dengan jelas dan mantap oleh Zalfaa dan Faizah. Lumayan kan, promosi LKMA pada global citizens..

“Wow, this is so awesome” perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka sangat kagum dengan program LKMA ini dan senang bisa bertemu delegasi. Sebuah pengakuan kesekian kali dari pihak yang mendengar tentang LKMA dan para siswa Insantama. Bismillah bi idznillah New Zealand ada di depan mata kami..

Pukul 16.45 WITA delegasi telah duduk rapi di waiting room, menanti pesawat Emirates yang akan membawa kami menuju mimpi besar kami. Lagi-lagi, kami dihampiri tiga emak-emak dari New Zealand yang tertarik dengan pakaian kami, sikap kami. Berbincang akrab tentang sekolah dan program kami. Masya Allah. Cukup lama kami berbincang hingga akhirnya pukul 17.35 WITA, pesawat pun memanggil siap take off…

Subhanallah.. New Zealand menanti, rasa tak sabar delegasi makin menjadi, untuk menempuh LKMA ini. LKMA milik Allah, meski setiap kesuksesan itu tak semudah merebus mie instan. Tentu kerikil hambatan pastilah ada. Bagi kami, salah satu hambatan itu adalah visa seorang teman kami yang belum kunjung keluar. Kami hanya bisa berdoa dan terus berdoa agar visa teman kami, Dinda, segera turun. Allah adalah segalanya, kami yakin kami akan ke New Zealand bersama. Allahu Akbar!

Setelah masuk ke pesawat, delegasi segera duduk sesuai dengan seatnya masing-masing, beberapa saat setelahnya barulah Pak Kar datang menjadi pramugara dadakan mengkondisikan posisi yang ‘kurang sesuai’. Menata agar sebisa mungkin ikhwan dan akhwat tidak duduk bersebelahan.

Boing 777 ER 300. Pesawat yang sangat luas dan nyaman, fasilitasnya lumayan lengkap apalagi ada fitur Qur’an yang mampu menenangkan ketegangan kami. Makan malam yang diberikan pun uenak, rasanya lumayan cocok dengan lidah kami dengan selera nusantaranya. Walaupun ada beberapa jenis makanan yang asing bagi kami, namun kami tetap menyantapnya. Perut kenyang, saatnya istirahat. Burat wajah kami mengatakan bahwa kami harus tidur untuk mengisi energi untuk hari esok.

Mata terbuka.
Wah, sudah sekitar jam 4 waktu setempat. Segera kami saling membangunkan untuk sholat tahajud. Ciri khas anak insantama adalah insya Allah rajin dalam beribadah sunnah. Tak lupa juga Pembina yang senantiasa mengingatkan kami. Keadaan masih larut malam, ditemani dengan sarapan yang diberikan pesawat yaitu roti sandwich dan segelas teh manis hangat. Menambah tenaga kami untuk menyongsong mimpi besar kami. Ya kami siap untuk menjalani hari di negara impian kami, New Zealand.

Sekitar satu jam setelahnya, kami melaksanakan sholat shubuh. Rasanya sedikit aneh bagi kami karena shubuhnya malam sekali (waktu WITA masih sekitar pukul setengah 2) tapi tak masalah karena memang perbedaan waktu New Zealand yang terpaut sekitar 6 jam dari waktu Insantama 😊.

Pukul 05.37 waktu New Zealand, allhamdulillah pesawat yang kami naiki mendarat dengan sempurna.

Sampai juga kami di New Zealand.
Mimpi besar kami terwujud.

Haru, senang jelas delegasi rasakan, dan semangat yang terus membara membuat kami tak kenal lelah. Tapi perjalanan tidak berhenti sampai disini. Ini baru awal dimulainya perjalanan kami yang sesungguhnya. Memetik buah dari segala usaha kami selama ini. Tantangan baru dimulai, saat kami menaklukkan New Zealand.

Alhamdulillah
Luar Biasa
Allahu Akbar
Yes !

Reported by Nauli, Nabilah dan Ilmi