[foogallery id=”1181″]
Meneladani Para Pendidik Anak Cucu Al Fatih
“Kita harus memegang teguh mabda’ Islam sebagaimana telah diwariskan oleh para shahabat dan tabi’in.”
Prof. Dr. Ahmet Turan ARSLAN,
Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Islam,
Fatih Sultan Mehmet Universitesi
Roda pesawat menyentuh lintasan pendaratan. Bunyi desitan putaran roda, getarannya terasa sampai tubuh delegasi yang sedang berada di dalamnya. Alhamdulillah bi idznillah, pesawat Turkish Airlines yg kami tumpangi mendarat sempurna. Hawa dingin pagi pukul 05.00 waktu Turki menyergap kami. Langit yang masih gelap diterangi sinar lampu-lampu pesawat dan sorot bandara terlihat oleh mata kami. Barisan pun disusun setelah turun dari pesawat untuk bersiap-siap menuju ke dalam bandara. Mobil bandara sudah siap lalu kami naik.
Sampai di bandara dari lokasi landing pesawat, kami menuju ke dalam bandara lalu menaiki eskalator. Pak Kar dan Pak Salim ternyata sudah menunggu kami di dalam. Alhamdulillah. Setelah itu, kami berbaris ikhwan di sebelah kanan dan akhwat di kiri sisi Pak Kar. “Alhamdulillah, bi idznillah, kita sudah tiba di Turki, selamat datang”, jelas Pak Kar. Delegasi pun mengekspresikannya dengan sujud syukur kepada Allah swt karena telah diizinkan untuk sampai di Turki. Maa Syaa Allah.
Sujud syukur kami cukup lama. Karena ini adalah momen spesial yang tak pernah terlupakan. Momen bersejarah sebagaimana tulisan reportase di hari sebelumnya. Ini adalah perjalanan bersejarah. Setelah bersujud, kami berdiri kembali lalu menuju ke tempat pengecekan passport. Alhamdulillah seluruh delegasi masuk dengan aman. Barisan ikhwan duluan lengkap lalu mereka menuju mushalla untuk shalat shubuh. Barisan akhwat menyusul setelahnya.
Setelah shalat shubuh, kami melanjutkan ke tempat turunnya koper dari bagasi pesawat. Masing-masing orang memegang kopernya lalu berjalan sesuai barisannya menuju bis. Ruang-ruang bandara terlihat di sekitar kami. Suasana At-Turk Havalimani atau sebutan nama lainnya At-Taturk Airport menyuguhi sensasi kemegahan di mata kami. Tiba tempat parkir bis, kami menunggu sejenak lalu masuk ke bis masing-masing barisan. Ikhwan bis 2, akhwat bis 1. Bis yang cukup besar itu membawa kami menuju tempat penginapan untuk sarapan. Menu sarapan kali ini jelas berbeda dengan Indonesia. Hidangan roti-roti kering yang khas, kentang goreng yang khas, daging, bubur, salad, telur rebusan hingga yang sudah seperti bubur bisa dirasakan oleh lidah-lidah kami. Alhamdulillah nikmatnya.
Tiba waktu pukul 09.00, kami bersegera menuju Recep Thayyip Erdogan Imam Hatip School. Perlu waktu 30 menit. Yap, benar! Sekolah ini dahulu pernah menjadi sekolah Presiden Turki hari ini yakni Recep Tayyib Erdogan. Tempat ini adalah sekolah spesial yang kami kunjungi. Termasuk pejalanan masuk ke sana juga spesial karena jalan yang kami lewati kecil dan nge-pas dengan bis. Istimewanya, supir-supir di Turki mampu mengendarainya dengan mahir. Mantap driver-nya.
Gang kecil kami telah lihat. Diantara dinding-dinding bangunan lain jalan itu ternyata adalah jalan masuk menuju sekolah. Kami turun dari bis lalu berbaris. Perjalanan kami lanjutkan menuju gang itu sampai tiba di depan gedung sekolah. Lapangan serbaguna yang bisa dipakai untuk futsal, basket, voli sudah terlihat. Pos satpam dan gerbang sekolah sudah kami lewati. Musik tentara ottoman yang khas masuk ke telinga kami. Inilah Recep Thayyip Erdogan Imam Hatip School.
Di depan gedung, kami disambut jajaran manajemen sekolah. Kami pun dipersilakan masuk ke ruang makan. Di sana terdapat meja makan panjang dengan menu kacang dan minuman kemasan berupa jus dan susu. Delegasi duduk di ruangan ini lalu pembina diantar masuk ke ruang kepala sekolah, Mr. Cavit Erdem. Beliau meminta bertemu khusus dahulu dengan kami. Dalam perbincangan yg akrab dalam bahasa Arab yg sesekali disela bahasa Turki, beliau sangat respek pada program ini. Beliau pun menghubungkan kami dengan Fatih Sultan Mehmet Universitesi agar kami bida juga diterima oleh Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Islam. Beliau merasa sekolah kami satu haluan dengan mereka. Masya Allah. Penerimaan yg hangat juga ditampakkan dengan suguhan pihak sekolah kepada kami luar biasa. Kopi turki, dua jenis coklat yang manis berpadu di tangan kami menerimanya. Sambil menikmati, tim pendamping banyak berbincang tentang banyak hal terkait sekolah dan perkembangan Islam di Turki.
Sekolah ini didirikan pada tahun 1951. Tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu Islam, tapi juga ilmu-ilmu umum. Terdapat pelajaran-pelajaran lain selain ilmu-ilmu Islam, yakni pelajaran biologi, kimia, matematika, dsb. Siswa juga diberikan pengetahuan tentang musik Ottoman sebagai penyemangat bagi mereka. Sekolah ini juga menjadi proyek untuk mencetak hafidz Al-Qur’an. Para siswa diprogram untuk membaca juga menghafal al-Qur’an ba’da shalat shubuh.
Setelah mereka lulus, banyak dari mereka melanjutkan kuliah di dalam negeri (Turki) dan luar negeri. Sekolah ini mengadakan kerjasama dengan kementrian pendidikan. Di tingkat universitas, relasi yang sudah dibangun dengan universitas peradaban. Guru-guru yang mengajar dapat melanjutkan ke jenjang doktoral untuk hafidz.
Tibalah acara yg ditunggu-tunggu. Di ruang auditorium yg representatif, delegasi memberikan persembahan musik tradisional angklung. Disaksikan siswa-siswa mereka yg terkesima mendengarnya. Bahkan ketika perwakilan mereka diminta maju ke atas panggung untuk menerima angklungnya, mereka berebutan ingin menerimanya. Saat sesi presentasi dengan kombinasi bahasa Turki, Arab dan Inggris, Kepala Sekolah menunjukkan minat yg dalam terhadap program ini hingga meminta khusus Ustadz Anas untuk mentranslate-nya lengkap dalam bahasa Arab. Mereka ingin berkunjung ke Insantama. Masya Allah.
Usai di sini, delegasi melanjutkan perjalanan menuju Fatih Sultan Mehmet Universitesi. Ini adalah universitas yang berada di komplek Fatih Camii, Masjid Muhammad Al-Fatih.
Sebelum presentasi (dadakan) disampaikan, delegasi dipersilakan rehat ke ruang kantin untuk makan siang. Sementara tim pendamping bertemu dengan Prof. Dr. Ahmet Turan Arslan, Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Islam. Beliau mendengar dengan seksama tentang LKMA yang dijelaskan oleh Ustadz Annas. Respon Prof. Ahmet sangat baik. Beliau mengapresiasi program ini karena mampu melahirkan generasi muslim terbaik. Bukan saja karena beliau adalah pendidik, namun juga memahami bagaimana karakter kepemimpinan kaum muslim terutama selama masa Daulah Utsmaniyyah. Beliau juga menceritakan Sultan Abdul Hamid sebagai pemersatu kaum muslimin. Ia menjadi pemersatu, bukan pemecah belah.
Setelah beliau menjelaskan cukup panjang tentang Sultan Abdul Hamid, Beliau juga menjelaskan profil fakultas. Pada tingkat awal penjurusan, mahasiswa diajarkan mata kuliah menggunakan bahasa Arab. Mahasiswa diajarkan kosa-kata kosa-kata bahasa Arab sekaligus materi bahasa Inggris.
Karena memang tidak terjadwal sebelumnya, delegasi melakukan presentasi di depan Beliau dan sejumlah mahasiswanya. Presentasi yg terjadi atas respon spontan dan respek Kepala Sekolah Recep Thayyip Erdogan yg menghubungi Beliau. Karenanya, ketika ditawarkan tempat yg masih kosong, yakni ruang kantin serbaguna, kami langsung mengiyakan. Ini pasti akan jadi sesuatu buat kami. Presentasi pun diwakili Adam dkk dengan dominan bahasa Arab.
Setelah mendengar presentasi, Prof. Ahmet memberikan komentar yang membuat kami tidak bisa berhenti menyimak.
“Benar bahwa kerusakan moral, krisis terjadi di banyak tempat di dunia. Bahwa diantara ikhwan, ada ikhwanu syayaathin (saudara-saudaranya syeitan). Mereka melakukan kerusakan dan menebarkan kerusakan. Karena itu, kita harus berpegang teguh pada mabda’ Islam sebagaimana yang telah diwariskan oleh para shahabat dan tabi’in tabi’ut tabi’in. Rasa terima kasih kepada orangtua kalian karena telah menyekolahkan kalian di sekolah ini. Rasa terima kasih kepada kalian karena melalui program ini, kalian berupaya menyatukan dunia Islam sesuatu yang ingin saya lakukan juga. Kalian harus mempelajari Sultan Muhammad Al Fatih atas apa yg sudah beliau lakukan, yakni menaklukkan kota ini, kota konstantinopel”, jelas Prof. Ahmet.
Beliau menutup komentar dengan membacakan hadits “sungguh akan ditaklukkan kota konstantinopel, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menaklukkannya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya” (al-hadits).
Setelah beliau memberikan komentar, seluruh delegasi menyalami beliau dengan mengucapkan terima kasih banyak atas ilmu-ilmu yang diajarkan. Delegasi kemudian melanjutkan perjalanan ke Masjid Muhammad Al-Fatih untuk menunaikan ibadah shalat dzuhur dan ashar jama’ qashar ta’khir. Setelah itu, delegasi berkumpul di depan masjid lalu menuju ke bis dan berangkat ke tempat penginapan.
Alhamdulillah bi nashrillah wa idznillah, kami tiba di tempat penginapan pukul 20.30. Agenda selanjutnya evaluasi sejenak agar tujuan LKMA bisa tercapai sesuai harapan. Evaluasi diberikan oleh pembina dan siswa. Semua kesalahan, kekeliruan meski kecil tak terlihat dibongkar paksa. Mungkin kecil untuk ukuran orang lain, tapi sangat besar buat kami. Semua harus tahu, karena kami adalah tim yg satu. Hakikatnya harus 1 perasaan, 1 pemikiran dan 1 juga aturannya. Team yg harus solid, bukan hanya di dunia tapi juga berdampak di akhirat!
Setelah itu, delegasi pun beristirahat sejenak untuk bersiap menghadapi esok hari.
Turkey, 31 October 2017
Reported by Team