Literation Day; Mewujudkan Budaya Literat Tak Sekadar Seremonial
Penulis: Irfah Zaidah
Plaza Insantama kali ini tampak semarak, semesta pun mendukung dengan cuaca yang awalnya cerah dan hangat, alhamdulillah wa bi ‘idznillah makin siang cuaca bukan makin panas terik tetapi justru awan biru nampak nyata menaungi area panggung Literation Day (LD) SMPIT INSANTAMA dan sekitarnya pada Sabtu, 27/11/21 yang berlangsung pada pukul 07.30 hingga 10.00 WIB.
Hadir pada perhelatan LD tersebut Ustadz M. Ismail Yusanto selaku ketua Yayasan Insantama Cendekia (YIC) beserta ibu Zulia Ilmawati selaku ketua RnD YIC (Research and Development YIC), Bapak Mulyono Guro ‘Hasan Cinta’ Kepala Sekolah SMPIT INSANTAMA, bapak M. Sadikin selaku Pengawas Pembina Dinas Pendidikan Kota Bogor, ibu Mursyida Dinas Arsip dan Perpusda Kota Bogor, dan Pengurus FOSIS SMPIT INSANTAMA.
LD kali ini terasa istimewa dengan hadirnya Ustadz Ismail Yusanto yang memberikan sambutan yang isinya berupa motivasi yang istimewa pula “Membaca adalah budaya, akan tetapi budaya itu ternyata belum tumbuh di tengah-tengah kita. Terbukti dari berbagai data yang dilansir oleh berbagai pihak, menunjukkan bahwa budaya literasi kita di Indonesia ini ternyata berada pada posisi ke 60 dari 70 negara yang disurvey. Jadi ada di 10 bagian bawah,” ungkap Ustadz Ismail.
“Mengapa (itu terjadi)? Karena, ternyata memang kalau literasi itu didefinisikan sebagai kedalaman pengetahuan suatu subyek, yang itu pangkalnya adalah membaca, kegemaran membaca atau kebiasaan membaca di tengah-tengah masyarakat kita, itu sangat rendah. Point-nya itu 0,001 jadi dari 1000 orang, itu yang gemar membaca hanya 1 orang. Jadi sangat-sangat rendah,” Ustadz Ismail melanjutkan pemaparan.
Para peserta pun nampak antusias mengikuti rangkaian acara dan menyimak dengan baik data mencengangkan yang diungkap oleh Ustadz Ismail. Belum reda merasakan mirisnya kondisi literasi di Indonesia, Ustadz Ismail pun menambahkan, “Produk bacaan kita juga sangat rendah, score kita setiap tahun yang semestinya (dihasilkan) 3 buku baru, tapi di Indonesia hanya mampu menghasilkan 0,01 buku setiap tahunnya. Bandingkan dengan Korea dan Jepang, (yang menghasilkan) 20 buku baru setiap tahunnya per kapita. Ini menunjukkan bahwa budaya literasi kita masih sangat rendah, yang dipicu oleh budaya membaca yang sangat rendah”.
Sebuah pemaparan yang sarat dengan motivasi pun diuraikan oleh Ustadz Ismail, “Padahal, membaca itu semestinya menjadi budaya kita, karena membaca bagian dari tuntunan agama kita. Iqra’ ! (Perintah membaca) adalah ayat pertama, yang diturunkan oleh Allah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Pada saat itu Rasul diperintahkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril untuk membaca “Bacalah !” hingga 3 kali. Itu menunjukkan bahwa membaca adalah pangkal dari pengetahuan. Membaca itu ada 2: membaca teks yang tertulis dan membaca yang tidak tertulis, (yaitu) yang ada di alam semesta ini. Semua ini musti kita baca. Nah, ketika apa yang ada di alam semesta ini dibaca, diamati, kemudian diketahui rahasianya (dan) ditulis, jadilah ia pengetahuan yang tersistematis menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diaplikasi menjadi teknologi, dan kita semua ini hari hidup di zaman teknologi. Inilah yang kita kehendaki dari Literation Day ini”.
Ustadz Ismail pun menyatakan bahwa beliau memberikan apresiasi ‘Luar Biasa’ kepada pimpinan, para guru dan staf SMPIT Insantama yang telah berinisiatif sejak beberapa tahun yang lalu untuk menyelenggarakan acara Literation Day (Hari Literasi), sehingga di Kota Bogor berhasil sebagai (salah satu) Sekolah Penggerak Literasi.
Selain mengungkap data Literasi masyarakat Indonesia yang begitu memprihatinkan, dan memberikan motivasi, Ustadz Ismail pun mengingatkan terkait effort acara LD ini, “Tentu bukan sekadar seremonial-nya yang kita pentingkan, tetapi (budaya gemar membaca/literasi) harus membekas pada antum semuanya”.[]