Lisan dan Tanganmu Menjadi Penghalang Untuk Menggapai SyurgaNya

0
1573

“Diriwayatkan dari Abu Musa bahwa para sahabat bertanya, wahai Rasul, Muslim manakah yang paling utama? Rasulullah SAW pun menjawab, yaitu Muslim yang selamat lisan dan tangannya” (HR Bukhari), paparan pertama yang disampaikan Ustadz Muhibuddin, S.HI di depan siswa SMAIT Insantama.

Rasa hening di dalam kelas membawa ananda larut dengan paparan materi hari ini, Senin (22/07/2019). Kegiatan yang dilakukan di kelas masing-masing dengan tema Menjaga Lisan dan Tangan.

Pepatah mengatakan, mulutmu adalah harimaumu. Sebagai manusia yang diberikan akal dan mulut oleh Allah dan kemampuan untuk menyampaikan sesuatu. Dalam semua proses ini kita harus mampu menjaganya. Penjagaan terbaik untuk prilaku lisan dan tangan adalah iman. Demikian disampaikan oleh Ustadz Muhubuddin, S.HI. “Jangan menggunakan lisan hanya untuk kesenangan saja. Berpikirlah terhadap apapun yang akan diucapkan. Dalam Al Qur’an surat Al Ahzab: 70-71) Allah berfirman; Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalan kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Barang siapa mentaati Allah dan Rasulnya maka sesungguhnya dia telah memperoleh kemenangan yang besar.”

“Hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah mengatakan bahwa, Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” Ujar Ustadz Muhib memberikan penekanan pada materi yang sangat penting ini.

“Salah seorang sahabat Rasulullah yaitu Ali Bin Abi Thalib mengatakan, bahwa Lidah itu seperti singa, jika kamu membiarkannya lepas, ia akan melukai seseorang.” Kata Ustadz Muhib.

“Beberapa tips yang bisa dipakai untuk menjaga lisan adalah, Pertama Hendaknya pembicaraan selalu diarahkan ke dalam kebaikan. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah.” Ungkap Ustad Muhib pada anak-anak yang kian serrius mendengarkan materi.

Ustad Muhib menambahkan bahwa, tips yang kedua, tidak membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagi diri kita maupun orang lain yang akan mendengarkan. Tips ketiga. Tidak membicarakan semua yang kita dengar. “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seorang manakala ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim)

“Tips keempat, yang bisa dilaukan untuk menjaga lisan adalah, menghindar perdebatan dan bantah-bantahan. Rasulullah pernah menyampaikan dihadapan para sahabat bahwa, Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia berada pada posisi yang benar, dan Aku adalah penjamin istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun hanya sekedar bercanda.” (HR. Abu Daud).

Kelima, tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.

“Sering dalam pergaulan sehari-hari kita menyampaikan hal-hal yang menyakiti teman-teman. Walaupun kata yang kita sampaikan itu adalah kata-kata yang umum diucapkan, bukan berarti kata tersebut diperbolehkan disampaikan. Berpikirlah sebelum berucap dan bertindak. Antum tentunya sudah banyak memiliki kosa kata tersebut. Seperti menyebutkan nama binatang tertentu untuk teman, atau perkataan lain yang merendahkan. Ke depan hilangkan kosa kata tersebut dan buang jauh-jauh.” Ujar Ustadz Muhib.

Di sesi siang, oleh pantitian matrikulasi disiapkan simulasi. Simulasi dfalam bentuk bermain peran. Anak-anak dibagi perkelompok. Setiap kelompok diminta membuat naskah lengkap dengan dialog yang diucapkan dan dialog yang diperankan. Setiap anak harus mendapatkan peran yang membuat dia tampil untuk berdialog.

Kata-kata yang bernuansa tidak syar’i tidak diucapkan, cukup dengan memberikan isyarat atau dituliskan di kertas. Begitu juga dengan tindakan fisik atau tangan, tidak diperankan dengan sesungguhnya, cukup dengan gerakan yang pelan.

Suasana kelas kian ramai saat seluruh siswa memainkan peran. Lucu, hangat dan serius tergambar dari seluruh rangkaian cerita yang diperankan anak-anak.

Di akhir pertemuan, seluruh siswa diharuskan menghapal sebuah hadist, yang artinya “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”

Hadist di atas di hapal secara berantai untuk masing-masing kelompok. Dimulai dari siswa yang paling belakang terus lanjut ke siswa paling depan. Setelah semuanya hapal maka guru akan menerima setoran hadist tersebut lengkap dengan artinya.

Hadist ini akan dipakai sebagai senjata paling unggul untuk mengingatlan teman-teman yang tidak bisa menjaga lisan dan tangan. Keaktifan seluruh penghuni SIT Insantama dihidupkan untuk bersama-sama amar makruf nahi mungkar. Dengan penyampaian materi ini anak-anak semakin hebat dalam menjaga lisan dan tangan serta berani untuk mengingatkan teman-teman yang khilaf melakukan kesalahan.

@hdati