DOA UNTUK IBU GURU YANG DIKABULKAN ALLAH
Penulis: Yuli Nurhayati (Guru Olahraga)
Saya ingin bercerita awal mula kenapa saya di Insantama. Pada waktu antara tahun 2011 dan 2012 saya menginjak Bogor, saat itu bertepatan bulan Ramadhan. Sewaktu saya diterima di Insantama, saya datang tanpa bekal uang selain untuk transportasi saja dari Sukabumi ke Bogor.
Setelah saya diterima di Insantama, saya menjalani kehidupan baru di Bogor dan melaksanakan shaum Ramadhan dengan menumpang di boarding selama 1 bulan, karena pada waktu itu saya tidak mempunyai uang untuk indekos juga sekadar untuk makan berbuka puasa atau sahur. La haula wala quwwata illa Billah.
Pernah saat tidak mendapatkan kelebihan katering, saya hanya berbuka dan sahur dengan air putih saja. Sebenarnya para muaddibah pun selalu saling mengecek dan menawari apakah sudah makan semua atau belum, tapi karena sebagai seorang new comer tentu saja saya masih sangat malu untuk jujur tentang hal ini, saya lebih memilih menutupinya dan mengatakan sudah. Padahal saya membatin, “Sudah sahur/buka dengan air putih saja.”
Alhamdulillah bersamaan usai Ramadan, saya mendapatkan ujrah (gaji) pertama kalinya. Akhirnya saya bisa indekos dan melewati aktivitas harian dengan normal seperti umumnya orang lain. Saat itu saya mengajar di unit SD, walaupun sebenarnya saya mendaftarkan diri sebagai guru olahraga di SMP atau SMA, ternyata saya diterimanya di SD. Pun masih sebagai guru pendamping saja (bukan guru utama kelas).
Kemudian sekitar tahun 2016 saya berencana akan pulang kampung untuk melaksanakan amanah yang sudah diberikan oleh saudara di Jawa. Namun, pada waktu saya memutuskan untuk resign dan mau pulang kampung, tanpa saya duga sama sekali, saya dipanggil dan ditawari untuk mengajar di SMP sebagai guru olahraga. Sungguh, ini yang sebenarnya saya harapkan dari awal, ingin menjadi guru olahraga di SMP atau SMA. Maa syaa Allah! Luar biasa, terjawab sudah doa lama yang saya kira tidak akan terwujud melalui Insantama, mengingat perkembangan pendidikan di sini yang begitu cepat melajunya.
Saat itu saya teringat doa dan harapan salah satu murid saya, Rhowhauw, yang waktu itu dia masih kelas 6 SD. Dia pernah menyampaikan, “Bu Yuli, kalau ana SMP nanti, ana pengen Bu Yuli jadi guru ana lagi.” Nah, itulah yang saya yakini sebagai perantara terkabulnya doa saya yang sudah lama tertunda itu. Doa anak shalihah adalah sebuah nikmat yang sangat luar biasa bagi saya. Bahagia tak terkira saya diterima menjadi bagian dari keluarga besar SMPIT Insantama, terlebih lagi keberadaan saya yang begitu diakui oleh Bapak Hasan, Kepala Sekolah, yang memberi kepercayaan penuh kepada saya untuk mengajar olahraga sebagai salah satu guru utama di sini. Amanah ini benar-benar membuat saya bangkit dan semangat menjadi seorang pendidik di Insantama.
Bila saya diminta untuk berbagi inspirasi untuk warga Insantama, justru saya merasa bahwa yang paling layak memberi inspirasi adalah Insantama, juga para muridnya. Para murid dan Insantama adalah guru bagi saya, yang banyak mengajarkan ilmu kehidupan seperti ilmu keluarga, ilmu pendidikan, dan lain-lain. Bagi saya, keberkahan hidup yang menjadi hadiah terindah dari Allah adalah keberadaan saya di Insantama tercinta ini.[]
#SMPITInsantama
#SekolahCalonPemimpin