Kuliah Malam Jumat
Cukuplah Kematian Sebagai Pelajaran
Menanggapi musibah kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang Senin (29/10/2018) lalu, Ust. Rahmat merasa terkejut campur syukur. Pasalnya, sabtu pagi dan ahad malamnya Ust. Rahmat sempat menjadi salah satu penumpang di pesawat nahas tersebut. “ Pesawat terbang Itu adalah pesawat yang saya naiki sehari sebelumnya.” Kenang beliau.
Memang saat saat di pesawat, Ust. Rahmat merasakan ada ganggguan. “ Ahad malam saat (pesawat itu hendak) landing, ada turbulensi sekitar 5 menit-an. Penumpang sudah pada panik, khawatir terjadi kecelakaan. Besoknya senin pagi, terjadilah kecelakaan itu yang tak terduga.“ cerita Ust. Rahmat kepada santri IBS Insantama di acara Kuliah Malam Jumat ini (01/11).
Tentu tidak ada orang yang mengharapkan dia celaka. Dan tidak ada pula yang membayangkan bahwa dirinya akan celaka. Namun, ketika terjadi kecelakaan maka hendaknya manusia yakin bahwa itu adalah ketetapan dari-Nya. Allah SWT berfirman:
…وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٢٤
“ …dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan..” ( QS. Al-Anfaal: 24)
Ketika berkumpul dua kehendak, antara kehendak Allah dengan kehendak manusia, maka tentu kehendak Allahlah yang akan terjadi. “ Allah menetapkan qadanya di luar kehendak manusia.” Terang Ust. Rahmat.
Sebagai buktinya, para penumpang pesawat Lion Air itu, tentu mereka semua mengharapkan keselamatan, sehingga mereka bisa kembali kepada keluarga dan juga pekerjaan mereka. Namun keinginan mereka tidak bisa mengalahkan sesuatu yang sudah Allah tetapkan. “ Ketika Allah nyuruh “pulang”, maka tidak bisa ditunda.” Terang Ust. Rahmat.
Setiap yang bernyawa pasti mati dan kematian itu pasti datangnya. Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ ٣٤
“ Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya” ( QS. Al-Araf:34)
“ Janganlah kita merasa nyaman (akan terhindar dari kematian), dengan alasan masih muda. ketika Allah memanggil (datang ajalnya), ya sudah siapa pun akan kembali kepadaNya.” Jelas Ust. Rahmat.
Kematian datang secara tiba-tiba, tidak peduli dengan kondisi seorang hamba apakah dalam keadaan ketaatan kepada Allah atau dalam keadaan sedang bermaksiat. Apakah dalam keadaan sakit ataupun dalam keadaan sehat. Apakah sedang berada di daratan, di lautan ataukah di udara. semuanya terjadi secara tiba-tiba ketika ajalnya memang sudah datang.
Adanya satu orang penumpang pesawat nahas itu yang gagal berangkat adalah bukti bahwa ajalnya memang belum waktunya datang kepada dirinya. Karena seseorang pasti mati ketika ajalnya memang sudah datang. Faktornya bisa bermacam-macam, ada yang karena sakit, tertabrak mobil, tenggelam di dalam air, kecelakaan pesawat dan lain-lain. Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ٥٧
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan” ( QS. Al Ankabut : 57)
Sehingga, masalahnya bukanlah pada kematiannya, karena memang kematian itu pasti datangnya, dan kita tidak perlu takut akan kehadirannya. “ Kematian itu begitu dekat dengan kita, karena tidak ada kata jauh bagi sesuatu yang pasti datang.” Jelas Ust. Rahmat.
Tinggal kemudian bagaimana upaya kita mempersiapkan diri kita menghadapi kematian. Karena sesungguhnya seseorang akan dicabut nyawanya berdasarkan kehidupan yang biasa ia jalankan. “ kalo ahlul quran, peluang besar dia mati sebagai ahlul quran, maka hendaklah kita menjadikan diri kita sebagai ahli taat, ahli taqwa.” Terang ust. Rahmat.
“ Di antara hikmah terbaik yang bisa di ambil dari peristiwa kecelakaan pesawat kemarin adalah, mengingatkan kita agar banyak-banyak mengingat Allah.” Lanjut Ust. Rahmat.
“ Lihatlah Saidina Umar r.a. Sekalipun beliau terkenal sebagai pribadi yang tegas dan kuat, namun beliau seringkali menangis ketika diingatkan dengan kematian.” Terang Ust. Rahmat.
Inilah ibrah yang bisa diambil dari musibah kecelakaan pesawat kemarin. Kita berlindung kepada Allah dari suul khootimah, dan berharap semoga kita semua dianugrahi husnul khotimah. Ajal menjemput tatkala kita sedang beribadah kepada Allah, tatkala bertaubat kepada Allah dan sedang ingat kepada Allah. Amin. ( Kur )