Akilah, “Lebah Peracik Madu Pengetahuan” dari Insantama

-

Akilah, “Lebah Peracik Madu Pengetahuan” dari Insantama

Penulis: Adi Fadjar Nugroho

Sigrid Hunke seorang sejarawan Jerman dalam Allahs Sonne Ueber dem Abendland menggambarkan kaum Muslim di abad pertengahan, “Lebah yang sedang meracik madu ilmu dari ribuan bunga pengetahuan”. Mereka mempunyai budaya baca dan literasi yang tinggi dipadukan dengan semangat mengamalkan ilmu agar bermanfaat. Dua hal ini membuat kaum muslim saat itu menjadi peracik-peracik ilmu yang pahalanya akan mereka bawa di kampung akhirat.

Dengan semangat yang sama, Akilah Azza Divia salah satu siswi kelas 4B SDIT Insantama yang berhasil menembus 10 finalis lomba KJSA ( Kalbe Junior Scientist Award ) mencoba menjadi salah satunya. Berbekal informasi dari Bu Ade, PJ sekaligus pembina Saintis di SDIT Insantama, bahwa ada Lomba Karya Sains tingkat SD seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh PT. Kalbe Farma Tbk. setiap tahun sejak 2011, Ananda bertekad mengikutinya. Lomba ini dinamakan KJSA (Kalbe Junior Scientist Award) dengan tujuan mengajak peserta melihat permasalahan di sekitar dan mencari pemecahannya melalui karya sains (ilmiah).

Persis seperti lebah peracik ilmu yang diilustrasikan Sigrid Hunke, maka Akilah mencoba berbicara dengan Bunda Akilah.
“Bu apakah ini lomba sains? Akilah penasaran ingin ikut lomba,” cerita sang bunda saat pendaftaran dibuka. Ia mencari permasalahan yang ada disekitarnya dan pemecahan yang mungkin difikirkan anak seusianya. Alhamdulillah sang bunda dengan sigap membantu Akilah dalam proses ini. Sederet pertanyaan diajukan Akilah dan sang bunda kepada Bu Ade, “Bu, jika lombanya tentang kesehatan, Akilah punya ide jumpsuit penurun demam pada bayi. Apakah ini bisa diajukan ke panitia? Apakah ini aplikatif dan sederhana? Apakah masuk kategori yang ditetapkan panitia? Saya akan coba desainnya jika dirasa cocok untuk ide lomba ini.”

Dengan segenap keyakinan maka Ananda mencoba mendaftarkan ide ini ke ajang KJSA. Pandemi tidak menyurutkan Akilah mempersiapkan hal ini. Alhamdulillah pihak sekolah menjembatani hal ini dengan Zoom Meeting penjaringan ide, dilanjutkan pembuatan proposal mini yang dikumpulkan lebuatwat Google Form. Total terkumpul 13 karya yang didaftarkan pihak sekolah ke pihak KJSA untuk bertanding dengan 180 karya se-Indonesia. Masa pengumuman pemenang membuat “dag dig dug” para peserta. Demikian hati-hatinya para juri sampai menunda pengumuman selama 1 minggu. Akhirnya hari yang ditunggu tiba, Senin, 4 Oktober 2021 tepat jam 10.00 WIB, tertulis nama Akilah Azza Divia sebagai salah satu dari 10 finalis KJSA. Sang Bunda dan murid yang lembut dan pendiam ini tidak menyangka akan lolos tahapan ini. Ucapan selamat dan doa segera terucap dari para guru, dan segenap civitas Insantama.

Ide dasar dari karya Akilah adalah sebuah pemikiran bagaimana membantu sang adik saat ia sakit. Suhu tubuh yang tinggi akan membuatnya rewel dan tidak nyaman. Biasanya bunda akan mengkompres adik di kepala sampai panasnya turun. Akilah merasa jika kompres dilakukan di banyak bagian tubuh tentu akan mempercepat proses ini. Ia berfikir bagaimana menjadikan Jumpsuit dengan beberapa gel dari daun dadap yang sering dipakai nenek moyang kita untuk menurunkan panas sebagai salah satu solusi. Jumpsuit ini juga dilengkapi sensor suhu yang akan membunyikan suara sebagai penanda suhu sudah turun dibawah 37.5 derajat celcius. Sungguh suatu ide yang sangat sederhana yang bisa difikirkan Ananda yang masih duduk di kelas 4. Alhamdulillah, ide sederhana ini menawan hati para juri untuk dijadikan sebagai salah satu dari 10 finalis KJSA.

Perjuangan belum selesai. Ananda Bersama sang bunda dan Bu Ade sebagai pembimbing bekerja sama menjadikan ide ini menjadi alat siap pakai yang bisa dipresentasikan di depan juri pada tahapan setelahnya. Mereka bertiga berperan sebagai lebah peracik ilmu dengan studi literatur, bertanya kepada ahlinya dan mencoba-coba formula yang paling tepat. Searching di internet dilakukan untuk menambah khazanah ilmu yang diperlukan di proyek ini. Bertanya-tanya ke ahli robotik untuk membantu menciptakan sensor yang cukup kecil agar bisa dijadikan pin di Jumpsuit ini. Tidak ketinggalan menyambangi laboratorium kimia agar bisa menjadikan daun dadap menjadi gel yang bisa dimasukkan ke beberapa kantong di baju yang didesain.

Akhir kata, Ananda dan pihak sekolah memohon doa dari semua civitas academica Insantama untuk kelancaran ide ini. Semoga ide ini adalah salah satu ilmu yang bisa diracik Ananda menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan pahala di hadapan Allah SWT. Besar harapan Ananda dan sekolah bahwa ide kecil ini bisa menjadi salah satu karya terbaik. Akan tetapi jika itu belum terjadi maka Akilah masih bersyukur pernah mengikuti lomba ini sebagai ajang meningkatkan valensi diri. Semoga dengan segala proses ini, Akilah menjadi salah satu “Lebah Peracik Madu Pengetahuan” dari Insantama dimasa sekarang dan menjadi ilmuwan muslim yang berguna bagi bangsa dan agamanya di masa akan datang.[]