Pesan Menggugah Bagi Penuntut Ilmu
Ringkasan Khutbah Jum’at
Khatib: Ustadz Yusef Syamsul Bahri
Masjid Pendidikan Insantama, 8 April 2022
Pendidikan yang sejati adalah dari Allah SWT, berupa hidayah, rahmat dan kasih sayang dari-Nya. Dan ini adalah mutlak kebenarannya.
Pendidikan tentunya membutuhkan proses dan panggung, dan ini tidaklah bisa didapat dengan instan. Karena pendidikan membutuhkan waktu bagi manusia, yang sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti, dari mengerti menjadi paham, dari paham hingga bisa melakukan. Maka pendidikan itu berproses dan berjenjang.
Dan ini tidak lepas dari tujuan yang akan dicapai. Tujuan Pendidikan haruslah sesuai dengan maksud Sang Khaliq, yaitu untuk apa manusia diciptakan?
Pun demikian dengan sekolah ini. Visi dan misi sekolah telah dicanangkan untuk dicapai. Berusaha menghadirkan pendidikan Islami untuk mencetak peserta didik yang berkepribadian Islam, memiliki tsaqofah yang cukup sebagai bekal hidup dengan tetap menguasai sain da teknologi.
Salah satu penampakan dari keberhasilan pendidikan itu adalah anak didik yang terbiasa bersikap hormat, sopan dan santun. Anda para siswa tetap memposisikan setiap guru di sekolah ini adalah guru Anda. Meski Anda duduk di jenjang SMA maka tetap memandang guru di SD dan SMP adalah juga guru Anda, demikian pula Antum yang duduk di bangku SD atau SMP. Memuliakan guru adalah karakter anak-anak yang dididik secara islami.
Inilah para santri dan siswa yang akan mampu menjadi generasi masa depan gemilang yang selalu takriman wa ta’dziman terhadap para guru. Dan tak cukup dengan itu, Antum para pelajar harus memiliki mimpi dan cita-cita. Gantungkan cita-cita itu setinggi-tingginya dan gapailah. Jaga cita-cita itu dengan usaha tanpa kenal menyerah.
Kisah Thomas Alfa Edison dan Muhammad Al Fatih adalah hikmah yang patut kita jadikan penyemangat. Seribu kegagalan Thomas dalam percobaannya hingga mampu menciptakan bola lampu . Dan bola lampu itu hingga kini menjadi manfaat bagi kehidupan manusia.
Pun demikian dengan upaya Muhammad Al Fatih. Berabad-abad benteng Sang Adidaya Bizantium tak mampu ditaklukkan oleh bangsa manapun. Al Fatih membutuhkan waktu lebih-kurang 53 hari dengan 200 ribu pasukan dan 320 kapal perang, termasuk temuan meriam terbesar sepanjang abad dicurahkan untuk menundukkan benteng, hingga kapal-kapal yang berlayar di atas bukit. Sungguh aksi di luar pemikiran manusia… hingga Allah menurunkan izinnya dengan tunduknya kekuasaan Romawi Timur.
Semua itu berawal dari cita-cita yang kemudian dijaga oleh kesungguhan dan aksi nyata pantang menyerah.
Dengarkanlah pesan Ibnu Arabi, “…Sekiranya engkau bisa melewati setiap sosok ulama dan ahli zuhud maka lakukanlah. Mereka adalah manusia biasa dan engkaupun manusia biasa. Dan janganlah engkau duduk berpangku tangan, kecuali memang engaku senang dengan kehinaan dan rendahnya cita-cita”.
Syeikh Dr. Muhammad Al Yamani berkata, “Ilmu diperoleh dengan belajar kepada guru, barokah diperoleh dengan mengabdi kepada guru, dan kemanfaatan didapatkan dengan mematuhi perintah guru”.
Nabi SAW menegaskan kepada Anda wahai penuntut Ilmu:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى
Nabi ﷺ bersabda, “Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR. Baihaqi).
Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya menjadi ‘Alim (orang berilmu, guru, pengajar). Jika belum sanggup, jadilah Muta’ammilan (orang yang menuntut ilmu, murid, pelajar, santri) atau menjadi Mustami’an (pendengar yang baik), paling tidak menjadi Muhabban –pecinta ilmu, simpatisan pengajian, donatur lembaga dakwah dan pendidikan dengan harta, tenaga, atau pikiran, atau mendukung majelis-majelis ilmu.
Rasulullah ﷺ menegaskan, jangan jadi orang kelima (Khomisan), yaitu tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi simpatisan atau supporter. Celakalah golongan kelima ini.