Story Telling of Literation Day SMPIT INSANTAMA; Mengambil Ibrah dari Kisah Do’a Semut dan Nabi Sulayman AS.
Penulis: Irfah Zaidah
“Kita tidak boleh meremehkan siapa pun. Karena bisa jadi diantara makhluk Allah SWT itu, ada do’a-do’a mereka yang justru lebih didengar oleh Allah SWT sehingga lebih cepat dikabulkan daripada do’a-do’a kita. Berbuat baiklah kepada siapa pun, sekalipun kepada seekor semut yang sangaaaat kecil, karena bisa jadi do’a semut-lah yang lebih dulu dikabulkan oleh Allah SWT bukan do’a manusia”.
(Awanda Rizqia Locha, Tim Story Telling SMAIT INSANTAMA)
Metode belajar dengan menggunakan Story Telling, ternyata berkontribusi untuk menunjang penanaman karakter siswa. Tony R. Sanchez and Victoria Stewart (2006), dalam tulisan yang berjudul The Remarkable Abigail: Story Telling for Character Education menjelaskan bahwa keberhasilan pembelajaran di sekolah yang mencakup tiga ranah; aspek kognitif, afektif, dan psykomotorik, -seperti yang dianjurkan oleh John Dewey- ternyata fakta dilapangan bukan diperoleh dengan cara mengajarkan materi bahan ajar semata. Dalam penelitiannya Tony menemukan justru pembelajaran yang menggunakan metode bercerita (the art of story telling), bisa diperoleh hasil belajar yang mencakup ketiga ranah tersebut. Jadi, Story Telling dengan tema yang tepat bisa menunjang Pendidikan Karakter Siswa. Walaupun, tentu dibutuhkan juga keteladanan orang tua, guru, keluarga besar, masyarakat dan lingkungan. Itu yang nyata dan utama.
Banyak sajian menarik yang ditampilkan di acara Literation Day (LD) SMPIT INSANTAMA Sabtu 27/11/21 yang digelar di Plaza INSANTAMA. Salah satunya adalah sajian Story Telling dari Tim SMAIT INSANTAMA yang tampil pukul 09.00 WIB, hal ini sebagai bentuk partisipasi kakak kelas kepada adik kelas.
Tim Story Telling ini terdiri dari Awanda Rizqia Locha, Safira Amanda, Aisy Sakinah Firdausi, Qurratu Ainy, Rakana Nailah Putri. Mereka mengangkat tema ‘Do’a Semut dan Nabi Sulayman ‘Alayhis Salam (AS)’. Kisah Nabi Sulayman AS diabadikan oleh Allah SWT di banyak ayat Al Qur’an, diantaranya:
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
… Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
(Surat An-Naml ayat 19)
Tim Story Telling mengisah bahwa Nabi Sulayman AS dan semut berdo’a minta hujan, “Pada suatu ketika, pernah terjadi kelaparan besar di Palestina –tepatnya pada masa Nabi Sulayman AS. Saat itu juga, Nabi Sulayman AS pun berjalan bersama para pengikutnya dan pergi ke tempat terbuka di gurun untuk berdoa agar hujan turun” Demikian Awanda memulai kisah ini. Para peserta LD pun mulai terkesan dan terkesima pada penggalan awal kisah ini.
Kisah pun berlanjut, “Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut yang berbaring dengan punggungnya (terlentang), (dan) semua kakinya diangkat menghadap langit. Semut itu berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami sangat memerlukan guyuran air (hujan)-Mu. Jika Kau tidak mengguyuri kami (dengan air hujan-Mu), Kau akan membuat kami binasa.” Nabi Sulayman AS pun berkata:
” إرجعوا فقد استُجِيب لكم بدعاء غيركم“
Kembalilah, sungguh telah dikabulkan untuk kalian doa (meminta hujan yang dipanjatkan) oleh selain kalian (semut).” Tim Story Telling berkisah dengan sangat menarik. Untuk memperkuat illustrasi, tim menggunakan alat peraga gambar-gambar yang berbentuk semut hitam dan mahkota keemasan untuk mewakili kemegahan Nabi Sulayman AS.
Ibrah dan pesan moral yang juga terkandung dari kisah ini, disampaikan pula oleh adik-adik kelas dari SDIT INSANTAMA yang berani tampil ke panggung; Daryn siswa kelas 6 memetik ibrah bahwa kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat Allah SWT. Heka, siswa kelas 6 juga berpendapat bahwa ibrah kisah ini yaitu hendaknya manusia selalu taat kepada Allah SWT agar selalu ditambah nikmat.
Sesuai kredo Insantama ‘Sekolah Para Juara dan Sekolah Calon Pemimpin’, semoga dari Insantama terlahir Para Juara dan Para Calon Pemimpin yang peduli umat, peduli masyarakat dan tidak meremehkan orang lain, siapa pun itu.[]