[foogallery id=”794″]
Kembali Ke Tanah Air : Satu Langkah Menuju Cita, Pemimpin Masa Depan
Ahad, 6 November 2016. Kami bersiap kembali ke Tanah Air. Setelah seminggu kami melakukan kunjungan, presentasi, diskusi, observasi, interview di daratan eropa. Melakukan studi kepemimpinan dan manajemen di Belanda dan Jerman yang kelak akan kami komparasikan dengan Indonesia. Bertemu dengan beragam pihak terkait, mulai dari KBRI, para guru besar di universitas-universitas, pendidik di SMA, para ulama di Masjid-masjid, warga sekitar dan pihak lainnya. Tak waktu untuk rehat yang cukup. Selalu ada tugas tiap harinya. Juga banyak tugas dadakan bin improvisasi. Tiap hari rata-rata tidur 4 sampai 5 jam. Melelahkan memang. Namun, berkat dorongan motivasi diri, semua halangan dan rintangan kami terjang bak menerjang gulungan ombak yang tak ada hentinya. Alhamdulillah ada nashrullah di setiap gerak kami.
Setelah bersih diri, kemudian sarapan. Kami pun siap untuk melakukan perjalanan kembali menuju Indonesia. Di tengah persiapan kami meninggalkan hostel, tak disangka pemilik dan manajemen hostel menghampiri kami dan menyatakan, “you are the best student to come here, you managing everything so good…” Masya Allah, kami dinobatkan sebagai grup student terbaik yang pernah datang ke hostel tersebut. Terbaik dalam hal keteraturan, kesopanan dan ketaatan pada aturan. Memang itulah akhlak seorang muslim. Mereka pun minta izin untuk bisa berfoto bersama dengan kami. Masya Allah… Doakan kami agar dapat istiqomah terus menebar kebaikan dimanapun kami berada. Semoga itu menjadi sebuah catatan syiar dan dakwah kami di sini. Aamiin.
Setelah jeda foto, tak disangka Pak Kar (panggilan kami pada Pak Karebet, salah satu pembina kami) memberikan sebuah kejutan bagi kami. Semalam beliau juga memberi hadiah berupa penugasan kilat 3 jam efektif agar kami membuat 6 film jurnal pendek untuk diunggah di kanal youtube agar dapat diakses orangtua di tanah air sebagai obat rindu mereka. Lantas apalagi ini? Ternyata sebelum kami meninggalkan Berlin, kami akan kembali melakukan observasi dan interview dengan warga. Hanya ada waktu 2 jam. Kami pun segera meninggalkan hostel. Tujuan kami adalah Bradenburg Gate dan Gedung Parlemen Jerman. Dua tempat yang bersejarah dan menjadi icon Jerman khususnya Berlin. Melakukan Indept interview dengan warga sekitar dan turis dengan screening mereka tahu tentang Jerman.
Dalam perjalanan, kami pun berjumpa dengan turis mancanegara, Cina, Bangladesh, Turki dan tuan rumah negara-negara Eropa dll. Mereka sangat senang bertemu kami, bahkan mereka tertarik dengan Tim Akhwat yang mengenakan seragam jilbab rapi. Beberapa kami izinkan berfoto dengan aturan yang kami tetapkan, yakni mereka didampingi istrinya. Memang sedari menginjakkan kaki di Benua Eropa, Tim Akhwat selalu menjadi sorotan. Mayoritas yang bertemu sangatlah senang. Terlebih ditambah dengan akhlak yang baik dari diri seorang muslim. MasyaAllah.
Puas melakukan observasi dan interview. Kami pun segera menuju halte bus yang akan membawa kami menuju Tegel Berlin Airport. 30 menit perjalanan kami lalui, akhirnya kami pun sampai. Tak disangka, telah menunggu kami Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atikbud) KBRI Berlin, Bapak Ahmad Saufi PhD beserta staff. Di tengah kesibukannya, beliau menyempatkan diri untuk melepas kami terakhir kalinya. Sungguh rasa bahagia pun penghormatan bagi beliau. Insya Allah segala pesan yang telah beliau berikan, akan kami ingat dan jaga. Terimakasih kami untuk beliau, semoga selalu sehat, dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Aamiin.
Tak terasa, waktu boarding pun sudah masuk. Segera kami melakukan boarding dan memasuki pesawat. Perjalanan Berlin-Istambul ditempuh 2,5 jam. Kami transit di Attaturk Haveli International Airport. Waktu transit yang tidak lama, kami manfaatkan untuk membeli oleh-oleh khusus teruntuk adik kelas kami, yang tahun depan akan melanjutkan estafet ini, LKMA 2017 Goes to Turki… Sebuah pesan dan buah tangan yang semoga dapat memberikan semangat bagi adik-adik kami. Kami tunggu perjuangan kalian, dik. Tidak mudah memang merealisasikan LKMA ini, banyak pelajaran berharga yang akan kalian dapatkan, maka bersiaplah, dan songsonglah tangga perjalanan menuju cita besar kita, cita yang akan terus menjadi sebuah motivasi bersama, untuk menjadi, “Pemimpin Masa Depan”. Allahu Akbar!!!
Tak terasa waktu boarding pun tiba, kami pun bergegas menuju pintu keberangkatan, dan kemudian bersiap untuk terbang menuju Jakarta. Perjalanan Istambul-Jakarta ditempuh kurang lebih 10 jam. Cukup banyak kesan dan pengharapan tertuju pada kami. Tak terkecuali Bapak Salim yang biasa kami sebut Abah Salim, Owner Safina Travel, yang banyak membantu kami, khususnya dalam pengurusan tiket dan visa. Beliau bahkan ikut mendampingi kami. Di atas pesawat, Beliau menuliskan kesannya terhadap kami,
“Tidak mudah membuat program, mengatur, mengurus perjalanan studi jauh ke Eropa (Belanda dan Jerman) bagi sebanyak 62 siswa/I SMA. Namun para guru, pendamping telah membuktikannya bisa dan berhasil…Alhamdulillah. Kerja keras, kesiplinan, komitmen serta kerjasama yang solid telah menjadikan ‘Mimpi Besar’ mereka dapat terwujud…Bravo untuk SMAIT Insantama. Semoga program-program seperti ini (LKMA) dapat menginspirasi dan dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah lain di Tanah Air…” Masya Allah…
Sebuah kejutan pun muncul kembali, pembina dan coach kami yang setia membimbing kami sedari awal, Pak Kar memberikan sebuah pesan penting yang sengaja dikirim via WA group koordinasi kami,
“LKMA 1 Miliyar Bi Idznillah Sempurna”
Bi Idznillah, harga mahal LKMA kalian bayar dengan sempurna. Ada nashrullah di setiap langkah gerak kalian. Masya Allah.
Kalian sering kali terjatuh namun berkali-kali itu pula mampu berdiri. Setiap kali jatuh kalian mampu cepat berdiri. KALIAN TANGGUH.
Kalian terus maju untuk meraih mimpi kalian. Tak mudah, malah terjal, namun semua kalian hadapi. KALIAN TAK MUDAH PATAH.
Perintah sudah tak terbilang. Tugas sudah tak terhitung. Selalu ada di setiap kesempatan. Seringkali di luar batas batas kewajaran. Namun terus berupa memenuhinya. KALIAN SABAR.
Istiqomah itu memang sulit. Tak mudah melakukannya. Tetap shalat dhuha di tengah suhu ekstrim. Tetap tahajjud di tengah jadwal yang kepayahan. Segera beristighfar tatkala keliru. Tetap berupaya dalam koridor hokum syara. Kalian tetap berupaya memenuhinya. KALIAN TAAT.
Setiap tugas kalian laksanakan. Setiap tantangan kalian hadapi. Seringkali salah, tapi seringkali pula kalian mampu menutupinya dengan improvisasi yang lugas, pas dank has. KALIAN PENUH IMPROVISASI.
Tak salah jika semua yang datang pada kalian selalu bersyukur bertemu kalian.
Tak salah jika semua yang kalian hampiri selalu respek pada kalian.
Tak salah jika semua yang kalian kunjungi selalu penuh harap pada kalian.
Sungguh, kalian itu pemimpin umat masa depan. Kalian sudah membuktikan itu semua.
Teruslah menjadi pemimpin sejati. Umat menanti kalian.
Di atas langit dunia yang mengharapkan kalian
7/11/2016
Saudaramu
Sengaja tak dibacakan, khawatir memancing turunnya air mata seperti yang sudah-sudah. Haru menyelimuti. Tak ada kata yang dapat disampaikan kecuali doa untuk beliau dan para pembina yang lain, Ya Allah berikanlah kebaikan dan keselamatan selalu untuk beliau semua. Aamiin.
Akhirnya setelah melakukan penerbangan yang cukup melelahkan, kami pun mendarat di Bumi Pertiwi. Syukur Alhamdulillah, kami terus panjatkan, karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami akhirnya berhasil menaklukkan Belanda dan Jerman. Setelah memasuki Bandara kami pun melakukan sujud syukur atas kenikmatan yang telah Allah Swt berikan kepada kami. Tak kami pedulikan pandangan penumpang lain dan petugas yang ada. ‘Ya Allah, berikanlah keistiqomahan kepada kami, terus jadikan kami seseorang yang terikat kepadaMu.’ Aamiin …
Setelah sampai di SIT Insantama, kami pun disambut dengan riuh gempita oleh adik-adik kami. Suasana mengharu biru kami rasakan. Bahkan kakak-kakak kami di Ikatan Alumni Insantama (IKATAMA) menyambut kami dan mempersembahkan sebuah video kepada kami, pesan mreka bahwa perjalanan belum berakhir, mereka menunggu peran kami di kampus perjuangan, kelak. Insya Allah.
Tak terasa, prosesi penyambutan pun berakhir. Kembali menjadi santri boarding. Kembali bersekolah untuk menggapai cita lain. Kami pun sadar, kami memiliki tanggung jawab untuk membina dan memberikan contoh terbaik bagi adik-adik kami. Kami pun diharapkan kakak-kakak kami untuk merajut sebuah tali perjuangan, untuk terus meneruskan estafet perjuangan di Kampus Perjuangan, kelak. Terakhir, mohon doa dari semua untuk segala kebaikan untuk kami, adik-adik kami, kakak-kakak kami, guru-guru kami, pembina kami, orang tua kami, dan semua yang telah membantu dan berharap pada kami.
Insya Allah, kami menjadi Jannisarry yang sesungguhnya.
Selesai. Bersambung di Masa Depan…