Sarasehan Penuh Kerinduan di Hari Kemerdekaan:
Dua Catatan Penting Untuk Para Pendidik
Penulis: Eko Agung Cahyono
Setelah melaksanakan Upacara Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 pada Selasa (17/8/2021) lalu, para peserta upacara yang hadir di lapangan SIT Insantama spontan berfoto bersama. Walau tertutup masker, keceriaan tetap terpancar dari wajah-wajah mereka yang terekam jepretan sang fotografer. Ada semacam kerinduan yang tersirat tatkala sesi foto bersama itu spontan dilakukan. Protokol kesehatan pun tak lupa tetap diindahkan.
Pandemi dengan PPKM-nya membuat setiap orang menjadi terbatas untuk berjumpa secara langsung dengan sesamanya. Inilah yang menyebabkan rasa rindu itu muncul. Terlebih dengan orang-orang yang sudah dekat dan akrab.
Momen tatap muka langsung ini tidak disiakan. Setelah sesi berfoto spontan tersebut, para pelaku upacara langsung menuju halaman tengah Gedung-2 SIT Insantama untuk berbincang santai dalam Sarasehan bersama Bapak Ketua Yayasan Insantama Cendekia, Ustaz Ir. H.M. Ismail Yusanto, MM.
Di sofa berwarna merah marun, Ustaz Ismail duduk diapit oleh beberapa pengurus yayasan yang juga hadir dalam pelaksanaan upacara. Ada Bapak M. Adhi Maretnas (Direktur Pelaksana), Bapak H. Mashudi (Dirmanas), Bapak Dr. M. Rahmat Kurnia (Direktur Pendidikan) dan Bapak Imam Bukhoiri (Deputi Senior Dirlak) yang juga selaku moderator Sarasehan.
“Alhamdulillah kita sangat bersyukur kepada Allah SWT oleh karena atas limpahan rahmat-Nya lah setelah sekian lama -lebih dari satu setengah tahun- akhirnya kita berjumpa secara langsung meski hanya sebagian, 20-25 persen hadir disini. Sedangkan guru dan staf lain mengikuti secara daring dari rumah masing-masing,” kata Ustaz Ismail membuka perbincangan. “Mudah-mudahan pertemuan kita ini mendapatkan rahmat dan barakah dari Allah SWT.”
Ada dua hal penting yang disampaikan Ustaz Ismail Yusanto kepada para guru, staf dan keluarga besar Insantama. Pertama, bahwa rasa syukur dan terima kasih yang luar biasa kepada para guru dan staf. Dimana di masa pandemi yang memapar lebih 120 negara dengan korban meninggal dunia lebih dari 4 juta, dan di Indonesia lebih dari 120.000 korban meninggal; keluarga Insantama tetap diberikan dan dijaga kesehatannya oleh Allah. Dan dengan kesehatan tersebut, amanah pendidikan bisa ditunaikan.
“Di setiap pekan pertemuan pengurus yayasan, data kesehatan antum menjadi topik rapat yang nggak pernah ketinggalan, dari awal pandemi sampai ini hari. Mengapa? Karena kita tahu semua hal itu berpangkal dari kesehatan,” tegas Ustaz Ismail.
Yang kedua, adalah pentingnya visi yang harus menjadi orientasi bagi para pendidik. Visi adalah keadaan yang kita inginkan di masa akan datang. Bahwa SIT Insantama sejak awal hingga saat ini tidak merubah visinya, yaitu mewujudkan pendidikan Islam bermutu tinggi dan unggul di Indonesia. Ini yang harus terus terngiang di setiap diri para guru dan staf Insantama. Meski Office Boy sekalipun, dia tetaplah orang yang memegang visi.
“Visi Bill Gates pada suatu hari nanti, one computer in one house. Dan apa respon publik waktu itu, termasuk para pakar? Mereka tertawa. Ini tahun 80-an. Waktu itu nggak terbayang. Lha wong komputer waktu itu gedhe sekali. Tapi bagaimana hari ini? Satu rumah nggak hanya satu komputer, tinggal menghitung piro anak’e (berapa anaknya, red.). Jika dihitung sampai ini hari, ya 40 tahun visi Bill Gates itu tercapai. Itulah pentingnya visi,” tutur Ustaz Ismail yang menyedot perhatian hadirin.
“Pun demikian,” lanjutnya, “Kita semua mengagumi Muhammad al-Fatih. Tapi kita jarang tahu kalau al-Fatih itu adalah keturunan dari seseorang yang memiliki visi luar biasa, di saat dia (Ertughrul, buyut al-Fatih) itu pada keadaan yang sangat jauh dari apa yang dia pikirkan.”
Paparan Ustaz Ismail dilanjutkan dengan tanya-jawab yang melibatkan peserta yang hadir secara luring maupun daring. Banyak sekali pertanyaan yang disampaikan dari guru dan staf kepada Bapak Ketua Yayasan. Di antara pertanyaan tersebut juga muncul pernyataan dari staf yang menegaskan tentang kesyukuran bisa bersama di lembaga pendidikan ini.
Tak terasa hingga terdengar azan Zuhur, Sarasehan ini pun ditutup dengan doa yang disampaikan oleh Mudir Aam Islamic Boarding School (IBS) Insantama, Buya Muhibudin. []