PARENTAMA SMPIT INSANTAMA 2020/2021 #1

-

Tetap Bersinergi Meski Di Kala Pandemi
(Reportase Hari Pertama, 11 Juli 2020)

“Setiap bayi tidak dilahirkan ke dunia ini kecuali dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang kemudian menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi.”
(HR. Ahmad)

Hadits di atas menjadi pembuka acara PARENTAMA SMPIT Insantama 2020/2021. Ust. Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM., menyampaikan hadits tersebut di hadapan orang tua calon siswa kelas 7 SMPIT Insantama Bogor. Sebagai bagian upaya untuk menyinergikan sekolah dan orang tua, parenting Insantama penting dan wajib diikuti oleh orang tua siswa baru baik di jenjang SD, SMP, maupun SMA di lingkungan SIT Insantama. Acara yang berjalan selama dua hari ini berisi pemaparan visi dan misi serta program-program sekolah juga penyamaan frekuensi antara sekolah dan orang tua. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kegagalan pendidikan di negeri ini, sering disebabkan karena ketidaksinkronan program sekolah dengan orang tua.

Ada yang sedikit berbeda pada gelaran PARENTAMA tahun ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, PARENTAMA diadakan dalam format semi seminar dan tatap muka secara langsung. Namun pandemi COVID-19 mengharuskan acara PARENTAMA diadakan secara daring. Panitia dan pengisi acara menyapa orang tua siswa yang berada di rumah masing-masing di seluruh Indonesia. Patut dipahami, siswa SMPIT Insantama Bogor bukan hanya berasal dari sekitar Bogor Raya dan Jabodetabek, namun ada yang berasal dari Medan hingga Merauke.

Materi pertama disampaikan oleh Ust. Ismail Yusanto, selaku ketua Yayasan Insantama Cendekia. Beliau menyampaikan materi bertema Keinsantamaan. Dalam pemaparannya beliau menyampaikan visi dan misi Insantama. Bagaimana sebuah pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menitikberatkan pada tujuan hidup manusia. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk menjadi pengelola bumi (Khalifatullah). Maka pendidikan tersebut harus (pertama) mampu membentuk kepribadian manusia. Kepribadian ini harus berpijak pada aqidah Islam, karena manusia sejatinya adalah hamba Allah SWT. Berikutnya (kedua) adalah menanamkan tsaqafah Islam. Karena tsaqafah Islam inilah yang akan memperkuat kepribadianIslam peserta didik. Juga (ketiga) membekali dengan ilmu kehidupan (sains dan teknologi). Karena mana mungkin sebuah generasi bisa menjadi pengelola bumi apabila ia tidak memiliki ilmu pengelolaan tersebut? Beranjak dari sinilah Insantama hadir untuk memberikan pendidikan maksimal kepada generasi yang diharapkan nanti mampu membangkitkan kejayaan Islam.

Materi kedua dan ketiga, disampaikan oleh Ust. MR. Kurnia, selaku Direktur Pendidikan SIT Insantama. Beliau menyampaikan materi keluarga SaMaRa (Sakinah Mawaddah wa Rahmah) dan konsep Belajar Di Rumah (BDR).

Bahwa kunci keluarga SaMaRa adalah “ngaji”. Maka wajib hukumnya agar tercipta suasana SaMaRa di rumah, keluarga harus akrab berinteraksi dengan Al Qur’an. Karena Al Qur’an adalah kunci ketenangan hati manusia. Ketika ayah, ibu, dan anak-anak akrab dengan Al Qur’an, maka Insya Allah akan tercipta ketenangan dan ketentraman pada keluarga tersebut.

Adapun materi berikutnya adalah konsep Belajar Di Rumah (BDR). Konsep ini muncul ketika seluruh dunia dilanda pandemi COVID-19. Menanggapi hal ini, SIT Insantama telah menggariskan konsep Belajar Di Rumah (BDR) dengan menghadirkan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta dalam ruang lingkup visi dan misi Insantama melalui metode daring. Melalui BDR diharapkan terjadi sinergi antara peserta didik-orang tua-sekolah dalam usaha mendidik ananda semua selama masa pandemi ini.

Bunga mawar, bunga melati
Indah warnanya, semerbak harumnya
Cukup sekian reportase kali ini
Kita akan berjumpa pada reportase berikutnya (fajarudin212)

Penulis: Nur Fajarudin