NEKAT KARENA TEKAD

-

SDM-nya terdiri dari 32 guru terbaik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekecamatan Taktakan, Serang dan menjadi salah satu anggota Klinik Pendidikan Matematika dan IPA.

Prestasi siswa-siswi cabang Serang pun tidak perlu diragukan lagi. Selama setahun terakhir ini mereka menjuarai berbagai lomba dari tingkat kecamatan, kota, provinsi hingga nasional. Di tingkat nasional misalnya, Harapan 2 Cerpen Pemula tingkat Nasional, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015. Di tingkat provinsi meraih Juara 2 Menggambar, Peresmian Museum Negeri; dan Juara 3 Pencak Silat Putri, Untirta Festifal 2015.

Di tingkat kota, Juara 2 Matematika, OSN Tingkat Kota Serang 2015; Juara 3 Menggambar dan Juara 3 Pildacil, Grand Opening Bina Bangsa Islamic School 2015. Sedangkan pada Tingkat Kecamatan Taktakan, pada OSN 2015 meraih Juara 1 dan Juara 2 Matematika. Dalam FLS2N di tingkat yang sama Juara 1 Melukis. Juga Juara 2 Cerdas Cermat PAI. Pada O2SN di tingkatan serupa Juara 3 Pencak Silat Putri; Juara 2 Renang Putra.

Memasuki awal 2016, juara kembali diraih di tingkat kecamatan. Di antaranya Juara 1 Matematika, OSN; Juara 1 Melukis, FLS2N; Juara 2 Renang, O2SN; Juara 2 Cerdas Cermat, PAI dan Juara 2 Pencak Silat Putri, O2SN.

“Tidak terbayang oleh kami bahwa Sekolah SDIT Insantama Serang bisa tumbuh dengan baik. Itu semua adalah berkat anugerah Allah SWT dan perjuangan kami antara pengurus yayasan, jajaran staff guru dan terutama orang tua wali murid yang telah mempercayai kami untuk menyelenggarakan sekolah ini,” ungkap Ketua Yayasan Mitra Insantama Serang Banten Endang Rusnandar.

KARENA TEKAD

SDIT Insantama Cabang Serang berdiri pada 2006. Pendiriannya berawal ketika Endang Rusnandar dan istri tercinta Eli Heliana kebingungan memilih sekolah dasar untuk anak pertamanya Iqbal Imaduddin Zaki yang baru saja lulus TK. “Kami melakukan survei ke seluruh sekolah di Serang, kesimpulannya adalah kami tidak menemukan yang sesuai dengan keinginan kami berdua,” kenang Endang.

Dalam masa pencarian sekolah, lelaki kelahiran Bogor 17 April 1974 tersebut pun mudik. Alumnus Sekolah Analisis Kimia Bogor (1989-1993) mendengar kabar bahwa di Gunung Batu, Bogor Barat ada sekolah SDIT yang memiliki idealisme yang sama yakni sekolah yang berbasis karakter Islam dan bertsaqafah Islam yang lebih kental agar terlahir generasi yang tidak mudah terpengaruh oleh dunia materialisme dan hedonis.

“Saya datang ke Insantama Bogor tahun 2006, Februari atau Maret saya lupa pasnya. Saat itu ada Market Day, tertarik kepada anak-anak yang berani menawarkan makanan kepada saya untuk membeli, kemudia anak-anaknya begitu senang dan sepertinya sangat betah walau kelasnya sangat sederhana. Sopan berani dan mandiri,” kenang Endang.

Empat hari Endang mengamati sekolah itu dan merasa cocok dengan cara Insantama mendidik siswa-siswinya. Eli Heliana pun merasakan hal yang sama. Namun, muncul kendala. Bagaimana menyekolahkan anaknya di lokasi yang sangat jauh dari rumah. Pindah rumah tidak memungkinkan, meminta orang tua mengasuh anak ya kasihan. Maka keputusan nekat pun diambil… bikin sekolah saja, jadi cabang Insantama tentunya.

Bermodal semangat mendidik anak seoptimal mungkin, Endang pun menemui Ketua Yayasan Sekolah Insantama Cendekia, Muhammad Ismail Yusanto dan melakukan kesepakatan dengannya untuk membuka SDIT Insantama cabang yang pertama. Saat ditanya dimana lokasi tempat sekolahnya dengan mantap Endang menjawab, “Di Serang!”

Ketika ditanya apakah sudah ada lahannya, dengan senyum-senyum Endang menjawab. “Belum Ustadz, tapi ana akan mencari lahannya secepatnya, yang penting kita sudah tanda tangan,” jawab Endang.

Begitulah awalnya Endang mendirikan sekolah ini tepatnya pada Maret 2006. Bermodalkan nekat karena tekad mendidik anak secara ideal ia mencari lahan. Ada 6 target lahan dan bangunan yang diajukan untuk itu tapi pemiliknya menolak. “Sampai akhirnya saya diterima di TK Al-Istiqomah Kepandean Persis belakang Lotte Mart yang sekarang sudah berdiri,” beber Endang.

Setahun kemudian, cabang Serang tidak mendapatkan kesempatan untuk menyewa lagi. Untung saja mendapatkan lokasi pengganti yang tidak jauh dari situ seluas 3.000 meter. Yaitu di Ranca Pelupuh Taktakan Serang. Di atas tanah tersebut dibangunlah bangunan yang setengah tembok setengan blong tanpa tembok.

“Hehehe lucu memang ada sekolah yang terbuka. Sehingga saat belajar banyak anak-anak kabur loncat tembok yang tingginya tidak lebih dari 1,5 meter. Kemudian bangunannya pun dirombak total hingga seperti yang ada sekarang ini,” ujarnya.

Sekolah yang awal berdiri hanya memiliki 29 siswa-siswi termasuk Iqbal Imanuddin Zaqi kini siswa-siswinya berjumlah 297 orang. Sejak 2015, dibuka pula SMPIT Insantama Cabang Serang dengan jumlah siswa 13 orang.

BERKHIDMAT

Mengurus sekolah yang ideal tidaklah mudah, Endang Rusnandar pun dituntut untuk berkhidmat secara total, maka lelaki yang sudah bekerja di bagian labolatorium PT Mitsubishi Chemical Indonesia (MCCI) sejak 1993 dengan senang hati mengundurkan diri pada 2006. Tetapi tidak sedikit orang mengira, keluarnya dari pekerjaan karena sekolah yang didirikannya merupakan bisnis yang menggiurkan. “Padahal tidak! Yang terjadi justru nombokin 6 juta perbulan buat gaji guru he…he…he…,” aku Endang blak-blakan.

Maka, untuk menutupi biaya yang kurang tersebut Endang berjualan apa saja yang bisa menghasilkan uang. Mulai dari usaha burger, cendol, es bantal, buku ensiklopedia, baju Muslimah, karpet bulu dan lainnya.

Ia merasa senang dengan apa yang telah dilakukannya. Lantaran, bukan hanya anaknya yang pertama dapat sekolah di sekolah yang sesuai keinginannya. Lebih dari itu setamat SD pun Iqbal mendapatkan beasiswa meneruskan sekolah enam tahun di Al Ain Abu Dhabi Uni Emirat Arab (setingkat SMP hingga SMA). Dan anak-anak Endang yang lainnya ketika memasuki usia sekolah dasar, tentu saja disekolahkan di Cabang Serang, sekolah yang sesuai dengan idealismenya. Alhamdulillah.[]

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër