Wejangan Berguna, LMT-2 Semakin Bermakna
Penulis: Irfah Zaidah
“LMT-2 ini bukanlah acara main-main, bukan sekadar jalan-jalan. Tetapi di LMT-2 ini antum semua akan belajar tentang kepemimpinan, kerjasama dalam tim, ketaatan kepada pemimpin dan berbagai hal positif lainnya”.
(M. Adhi Maretnas, Dirlak SIT Insantama)
Bertagline Sekolah Calon Pemimpin, SMPIT Insantama pada Senin, 15/8/22, melepas peserta LMT-2 bertajuk “Taklukkan Bogor !” sebanyak 436 siswa ikhwan dan akhwat yang terdiri dari 5 kelas 7, 5 kelas 8 dan 5 kelas 9. Rombongan long march ini diikuti oleh para guru sebagai panitia sekaligus pendamping siswa dan dibantu para kru termasuk OB, serta tak lupa Fosis (komite sekolah).
Tepat pada pukul 06.00 WIB, peserta LMT-2 dilepas oleh Pak Dirlak ditandai dengan pemasangan topi lapangan LMT-2, yang secara simbolis dikenakan kepada Satriyo Wicaksono ketua OSIS terpilih periode 2022-2023. Pak Dirlak memberikan wejangan terlebih dahulu, setelah itu melepas rombongan LMT-2 dengan ucapan bismillahirrahmanirrahiim.
Target dari LMT-2 ini adalah melepas ‘Rantai Gajah’, yaitu persepsi atau pemikiran yang memengaruhi sikap seseorang. Sehingga ia merasa kebiasaan buruk dan kondisi buruk yang ada pada dirinya itu tidak bisa dilepaskan. Padahal inilah yang menghambat seseorang untuk maju.
‘Rantai Gajah’ ini pun dikenal pula dengan istilah ‘Toxic Thinking’. Suatu kondisi pola berpikir yang bisa meracuni pemikiran, karena berburuk sangka terhadap diri sendiri. Kondisi ini berbahaya, karena jika dibiarkan dapat membelenggu potensi dan kemampuan yang ada dalam diri seseorang. Dampaknya akan membuat seseorang menjadi takut untuk mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya, jadi tidak yakin pada diri sendiri, ketika pada suatu saat harus mengambil keputusan ataupun memulai suatu pekerjaan, ia menjadi takut berkreasi, berimprovisasi, berinovasi, ragu tuk raih prestasi dan lain sebagainya.
Pikiran negatif tentu tidak boleh ada pada diri seorang pemimpin, oleh karena itu harus bisa dihilangkan dalam LMT-2 ini, apalagi mereka sedang berproses menjadi pemimpin sejati ansharullah.
Long march LMT-2 kali ini menempuh jarak 14 km, setelah 2 tahun tak bisa leluasa akibat pandemi. Garis besar rutenya melewati kawasan Jalan Hegarmanah-Sirnagalih-Pagentongan-Ciomas dan sekitarnya, dan puncaknya menjadikan YAPIPI (Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia) sebagai assembly point.
“Alhamdulillah, rombongan LMT-2 ikhwan dan akhwat sudah berkumpul pada satu ‘titik’, ini pertanda antum sudah menempuh 50% perjalanan. Itu artinya, setelah rehat, makan siang dan shalat dzuhur, antum semua bisa melanjutkan perjalanan kembali ke kampus tercinta: Insantama. Senang kan ? Alhamdulillah”.Closing Pak Muslim, berupa pertanyaan retoris.
Menelaah wejangan Pak Dirlak, pada kalimat “…. di LMT-2 ini antum semua akan belajar hal-hal positif lainnya”. Nah, justru hal-hal positif inilah yang banyak didapat selama melakukan long march 14 km dan rute yang cukup berkelok-kelok, serta menaklukkan tanjakan, melewati pematang sawah, melintasi sungai, ada jalanan yang licin dan ada yang berbatu, ada jalanan becek tapi ada juga yang berdebu, ada cuaca hangat bersahabat, panas terik, semakin sore cuaca mendung meredup, gerimis rintik-rintik hingga hujan lumayan deras.
Inilah kiranya yang dikatakan oleh Pak Dirlak sebagai hal-hal positif yaitu banyak pengalaman yang didapat oleh setiap peserta: sikap sabar saat menghadapi halang rintang di perjalanan, tangguh, mandiri, bertanggung jawab, tak jarang dibutuhkan gercep membuat keputusan terbijak, memiliki daya tahan tinggi saat dihadapkan pada kondisi keterbatasan dan kekurangan, mampu memotivasi tim saat lelah dan stagnant melanda. Itu semua sikap-sikap yang dibutuhkan untuk mencetak seorang pemimpin sejati ansharullah.
Yel-yel penyemangat diserukan, saat jeda rehat di titik-titik pemberhentian:
Aurell ketua divisi akhwat OSIS SMPIT Insantama memotivasi “Siapa kita ?”. “Insantama !” Sahut teman-temannya. “Sedang apa kita ?” Tanya Aurell penuh power. “Taklukkan Bogor !” Jawab peserta LMT-2 itu dengan semangat dan optimis.[]