Tarik Tambang yang Ceria dan Jenaka

-

“Tari, Tari apa yang berat?” Tanya salah satu bapak guru kepada kerumunan siswa.

“Tari …. k tambang” sahut pak guru diantara jawaban para siswa.

Tarik tambang adalah salah satu lomba hari ke-1 di Hari Kreativitas Siswa (HKS) SDIT Insantama Bogor Tahun Ajaran 2024-2025. Lomba ini termasuk lomba beregu atau kelompok yang sudah dibagi bapak ibu guru jauh hari sebelumnya.

Hampir setengah jumlah siswa SDIT Insantama Bogor mengikuti lomba ini, yaitu sekitar 304 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Nantinya akan keluar juara di setiap angkatan baik ikhwan dan akhwat.

Serunya HKS tampak dari Ananda yang mengikuti perlombaan tarik tambang.

Banyaknya siswa yang mengikuti lomba ini menyebabkan bapak ibu guru panitia HKS membagi menjadi 2 tempat. Membagi tempat tarik tambang mungkin tak semudah membagi lahan tambang agar siswa bisa lebih leluasa. Untuk kelas 1, 2, dan 3 lomba dilaksanakan di lapangan upacara dan kelas 4, 5, dan 6 di sekitar kebun warga dekat sekolah.

Menurut Dr. Rina Setiawati, seorang pakar psikologi sosial, lomba ini lebih dari sekadar permainan fisik; ia melambangkan semangat kerjasama dan kebersamaan dalam masyarakat. Tarik tambang juga melambangkan nilai-nilai perjuangan dan persatuan untuk meraih satu tujuan.

Tampak dari para siswa yang mengatur strategi, membagi posisi, serta menyemangati satu sama lain. Berlumuran tepung saat ekspresi cooking sudah hal biasa, namun kali ini mereka melumuri tangannya dengan tepung untuk berlomba di tarik tambang ini. Ada pula yang menggunakan sarung tangan. Semua itu dilakukan untuk safety atau keamanan para siswa yang sedang berlomba.

“Lomba, lomba KHS apa yang cuma buat kelas 3B dan 6A?” Tanya Pak Sena sekali lagi.

“Tarik Bambang” sahut pak sena sambil menggandeng Pak Bambang Sumantri guru kelas 3B dan Pak Bambang Haryanto guru kelas 6A.