PTMT Nobar Film Sejarah Islam di Nusantara; Calon Pemimpin Harus ‘Melek’ Sejarah Islam

-

PTMT Nobar Film Sejarah Islam di Nusantara; Calon Pemimpin Harus ‘Melek’ Sejarah Islam

Penulis: Irfah Zaidah

“Nobar (Nonton Bareng) ini bukan sekedar siswa menghafal nama-nama tokoh, bukan juga sekedar menonton sebuah tayangan. Tapi, diharapkan setelah Nobar berefek untuk peningkatan keimanan siswa. Sehingga dengan iman yang meningkat, meningkat pula kesadaran dan kepedulian siswa untuk menjadi Generasi Pemimpin Ansharullah. Generasi Penolong Agama Allah SWT …. Allahu Akbar !”
(Bapak M. Iqbal Maulidi, Wakakur SMPIT)

“Allaaaaahu Akbaaaaar !”. Terdengar pekik takbir para siswa dari Aula SIT Insantama. Mereka antusias menyambut arahan dan pekik takbir Pak Iqbal selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (Wakakur) SMPIT Insantama Bogor, sebelum pemutaran Film Dokumenter Sejarah Islam di Nusantara, Jum’at 22/10/21. Acara ini terlaksana dalam rangkaian PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) siswa kelas 7 dan 8 sebagai peserta, teknisnya dengan pola hybrid (50% offline dan 50% online) mengingat masih masa pandemi. Dimana Kakak kelas 9 ? Istirahat dan belajar di rumah, selepas mengikuti LMT-3 Plus (gabungan agenda outdoor Permata dan Leadership and Management Training-3).

Mengapa acara ini penting ? Karena sejarah adalah cermin kehidupan masa lalu agar menjadi pelajaran dan teladan bagi generasi setelahnya (masa yang akan datang). Sebagai ‘Warming Up’ bagi para siswa, jelang Hari Pahlawan (10 November).

Ruangan berkarpet merah dan ber-AC itu memiliki akses 2 pintu, saat memasukinya serasa bak theatre room dengan 2 layar ‘perak’ siap menayangkan Film Dokumenter Sejarah Kesultanan-Kesultanan Islam di Nusantara. Setelah melaksanakan Biah Shalihah berupa rangkaian aktifitas mulai dari Shalat Dhuha 8 rakaat, tilawah, do’a, dzikir hingga ikrar Siswa dan Siswi Insantama di MPI (Masjid Pendidikan Insantama), semua siswa bergerak melalui connecting door menuju ke Aula SIT Insantama. Hingga semuanya duduk manis dan tertib, siap Nobar. Rangkaian dari awal hingga akhir diikuti dengan disiplin, infishal (terpisah siswa ikhwan dan akhwat) dan tentu saja taat prokes. “Nabila, maaf masker antum tepatkan ya !” kata teman di sebelahnya pada Zahrotun Nabila Nausrau. Siswa akhwat ini berasal dari Ujung Timur RI ‘Papua’ yang nampak paling bersemangat mengikuti acara Nobar ini, terbukti duduknya pun paling depan dan posisinya paling tengah. Masyaa Allah.

Berbicara, membahas dan menyajikan Sejarah, Kebudayaan dan Peradaban Islam di hadapan para siswa maka tentu para guru memahamkan bahwa Sejarah merupakan bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan kaum Muslimin dari masa ke masa. Betapa tidak, dengan memahami Sejarah dengan baik dan benar, baik guru maupun siswa bisa bercermin untuk mengambil banyak pelajaran yang berharga dan membenahi kekurangan atau kesalahan mereka guna meraih kejayaan dan kemuliaan dunia di masa depan dan keselamatan akhirat.

Allah SWT berfirman mengingatkan manusia mengenai pentingnya mengkaji sejarah,

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Maka ceritakanlah wahai Nabi kisah ini kepada kaummu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf: 176).

Tayangan pun berjalan lancar, memaparkan kesultanan-kesultanan dari Ujung Barat hingga Ujung Timur Nusantara. Diawali dengan penayangan Kesultanan-Kesultanan di Aceh, lalu Kesultanan-Kesultanan di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Kemudian Kesultanan-Kesultanan di Wilayah Timur Nusantara, seperti Kesultanan Ternate, Tidore hingga Kesultanan di Papua. Ternyata dulu Papua bernama Annuwaar yang artinya Tempat yang Bercahaya atau Bersinar. Mungkinkah sinar itu dari potensi gunung emasnya, hingga para leluhur Nusantara memberi nama ‘Julukan’ tersebut ? Wallahu a’lam bish shawab. Tentang Pahlawan Muslimah Aceh, salah satu aksi heroik dilakukan Laksamana Keumalahayati. Beliau berhasil menikamkan rencong dengan tepat sasaran ke tubuh Cornelis de Houtman (Penjajah Belanda), hingga ia tewas di atas geladak kapal pada 11 September 1599. Laksamana Keumalahayati; Sang Mujahidah.

Usai acara Nobar, Fachry Sofyan kelas 7A berpendapat “Nobarnya seru bu, ana jadi tahu tentang Pahlawan-Pahlawan Islam. Dan ana jadi tahu perjuangannya. Tekat ana, harus meneladani beliau-beliau itu untuk berdakwah dan berjuang”. Alhamdulillah, semoga sikap Fachry tersebut sebagai representasi dari teman-temannya juga.

Islam mengajarkan agar setiap diri berkaca pada Sejarah, kemudian mengambil ibrah dari Sejarah tersebut, sebagaimana yang tertera dalam QS. Yusuf ayat 111. SMPIT Insantama berkredo ‘Sekolah Calon Pemimpin’ tentu para siswanya harus ‘melek’ Sejarah, terutama Sejarah Islam. Tak sekadar untuk ‘Digging Up the Past’ (menggali masa lalu), bukan untuk romantisme sejarah masa lalu belaka. Tetapi lebih penting dari itu bahwa belajar Sejarah Islam untuk ‘Digging Up the Truth !’ (menggali kebenaran) untuk menegakkan kembali kebenaran itu.[]