Reportase Khas
Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Menengah (LKMM) 2018
Kelas XI SMAIT Insantama
Cigalontang, Tasikmalaya
24-27 September 2018
Day #2
Selasa, 25 September 2018
Pemimpin Terbaik, Dinanti Ummat
Mentari muncul dengan malu-malu dari horizon laut, seakan menyambut dengan kalimat indah “Selamat datang di Kampung Cibaeud, wahai calon pemimpin masa depan..” 😃
SDN Nagalintang, saksi bagi kami memulai melangkahkan kaki, mengukir mimpi, mewujudkan misi mulia. Pukul 6.30 pagi, kami tiba di lokasi acara. Setelah sebelumnya kami menempuh perjalanan malam dari Bogor, dan sholat shubuh di Masjid Agung Singaparna.
Sepanjang jalan, kami berjumpa dedaunan hijau yang menandakan asrinya lingkungan. Bak petani menyambut musim panen, warga Kampung Cibaeud senang menyapa kami dengan sapaan hangatnya. Memberikan kami asa untuk melanjutkan mimpi besar di tahun kedua ini.
Nasi oncom dikombinasikan dengan lalapan, ikan asin, serta tahu tempe siap disantap untuk sarapan. Makanan ringan pemberian warga juga datang silih berganti. Fabiayyi aalaai robbikumaa tukadzdzibaan.
Setelahnya, kami pun bersegera bersih diri dan melaksanakan salat dhuha. Bentuk syukur kami atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kami. “Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Pukul 08.30, agenda pembukaan LKMM dimulai. Delegasi disambut oleh Ustadz Gungun selaku tokoh di desa ini dan sekaligus tuan rumah bagi kami. Beliau memberikan sambutan singkat namun penuh energi… “Selamat Datang anak2 sekalian. Semoga kegiatan kalian ini dicatat sebagai ibadah. Sekalipun perubahan belum tentu membawa kemajuan, tapi kalau tidak mau berubah, tidak mungkin kita bisa maju. Nah, setelah kunjungan kakak kelas kalian tahun lalu, warga desa ini terus membicarakan Insantama, anak-anak ini berbeda dengan umumnya anak-anak seumuran mereka. Sampai-sampai warga kami berazzam suatu saat anak keturunan kami harus bersekolah di sekolah ini. Indonesia butuh pemimpin2 seperti kalian di masa depan. Semoga kalian istiqomah dalam Islam.”
Beliau pun menutupnya dengan kalimat pamungkas, “Pemimpin yang baik bukan dilihat seberapa banyak pengikutnya, namun seberapa mampu ia melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik,” tuturnya. Bola matanya seakan menaruh harapan besar adanya perbaikan desa setelah kedatangan kami.
Kata “punten” dan “mangga” bersahutan, sepanjang observasi yang dipandu oleh Aparat Desa. Kami mengelilingi desa dengan jarak kurang lebih 20 km di tengah hari sembari mendengarkan penjelasan dari sekdes mengenai seluk beluk desa, pertanian, hingga sumber air. Medan yang naik turun sempat membuat kami kehilangan imun. Namun, saat kami menjumpai masjid, kemudian salat zuhur dan asar dengan jama qasar, membuat energi terasa pulih kembali. Ditambah dengan pesona keindahan alam desa ini, yang membuat lisan tak henti mengucap syukur.
Setelah perjalanan panjang nan melelahkan, delegasi diberikan waktu bebas hingga azan magrib bergema. Alhamdulillah, dengan semangat berjuang dan tawakal kami dapat menuntaskan observasi kali ini.
Langit berbintang menggantikan senja. Meski rasa lelah itu masih hinggap dalam diri, bukan berarti menggantikan semangat untuk tetap melanjutkan hari. Setelah shalat maghrib berjama’ah, Ustadz Muhibuddin, Mudir IBS Insantama memulai kultumnya di tengah-tengah masyarakat. Memantapkan diri dalam menerapkan Islam secara totalitas.
“iman itu harus dijaga, karena iman seperti pakaian yang bisa lapuk apabila dibiarkan,” tuturnya.
Ustadz Muhib lantas mengakhiri kultumnya saat terdengar azan isya’ memanggil untuk melaksanakan shalat isya’ berjama’ah.
Selepas shalat isya’, saatnya kami memenuhi kebutuhan, yaitu makan malam. Melepas penat meski hanya sejenak.
Untuk mempersiapkan agenda esok hari, yaitu melakukan survey di lapangan dan pembagian wilayah sesuai kelompok, kami mendapat pelatihan dari Pak Kar dimulai pukul 20.00 WIB, “Pelatihan seperti ini biasanya dilakukan oleh mahasiswa dalam bentuk kuliah 12 kali pertemuan. Tapi, kalian melakukannya hanya dalam waktu semalam,” ucap Pak Kar dengan penuh motivasi.
Saat lelah itu lillah, tak ada kata menyerah dalam berjuang. Wahai dunia, inilah langkah awal perjuangan kami menjadi pemimpin penebar Islam Rahmatan lil Alamin… Allahu Akbar!
Reported by Alfi dan Jasmin