Parentama 2022: Sinergi Orang Tua, Berikan Pendidikan Anak dengan Islam

-

Parentama 2022: Sinergi Orang Tua, Berikan Pendidikan Anak dengan Islam

Penulis: Sonny Lazuardi

Pagi itu mentari tampak bersembunyi, digantikan rintikan air langit turun membasahi bumi. Di bawah langit mendung dan rintiknya hujan tak seperti biasanya ruang Sky Ballroom hotel Bogor Icon dipenuhi banyak orang. Mereka orang tua siswa baru, yang akan menitipkan anaknya di SMAIT Insantama. Rasa penuh harapan, mendapatkan pemahaman mendidik anak dengan visi Insantama dalam Parentama 2022.

Lantunan ayat suci Al-Quran mengawali langkah kegiatan sebagai penyejuk hati, dibacakan ananda Nabil Ashari (kelas XI-2), dan Mustanir Muqorrobin (kelas XI-1) saritilawahnya, surat Ali Imran 102-104 al Mujadalah 11, memberikan kesejukan hati di pagi hari sebelum melangkah lebih jauh menjalankan berbagai kegiatannya. Pada Sabtu, 16/7/2022. Setelah dipandu duo MC, pak Indra Rukmana dan Ahdati Warman.

Pada kesempatan itu, Ustadz M. Ismail Yusanto, MM sebagai ketua Yayasan SIT Insantama mengatakan “Pendidikan adalah perspektif”. Tergantung orang memandangnya, pendidikan yang baik adalah pandangan tentang visi dan misi manusia. Sejalan dengan tujuan penciptaan manusia. Yaitu manusia sebagai Abdullah, untuk beribadah kepada Allah. Taat kepada-Nya.

Beribadah, beriman dan menjalankan syariat-Nya. Kemudian manusia sebagai khalifatullah, pemakmur bumi. Penerapan saintek dan syariah untuk rahmatan lil’alamin. Sehingga dapat menguasai saintek dibarengi tsaqofah Islamiyah-nya, agar kehidupan terkendali dengan baik, papar beliau.

Sain dan teknologi itu harus dikendalikan dengan syariah, aturan Allah. Tidak mungkin sebagai muslim melakukan bayi tabung dengan pembuahan sel bukan dari pasangannya, penjelasan beliau. Tak mungkin pula muslim melakukan perawatan wajah dengan janin manusia, tambahan contoh dari beliau.

Ustadz Ismail menguatkan, pendidikan yang baik agar manusia tidak meninggalkan keturunan yang lemah. Dalam Islam terlarang menjadi manusia lemah, bukan sebatas lemah ekonomi, tetapi dimulai dari lemahnya tauhid (lemah keimanan) yang berdampak pada lemah jiwa, lemah semangat, dan lemah yang lainnya. Pendidikan yang baik dalam pandangan Insantama untuk menjadikan generasi yang kuat.

Insantama berupaya membentuk Syakhsiyah Islam (kepribadian Islam) untuk anak didik. Dengan mengkondisikan lingkungan sekolah, atau budaya sekolah yang menghindari kemaksiatan dan mendekatkan pada ketaatan. Kepribadian Islam dapat dibentuk dari didikan dan kebiasaan, tegas ustadz Ismail.

Disamping itu, beliau menyampaikan Insantama dengan tagline “Sekolah Calon Pemimpin,” berupaya mencetak pemimpin bukan sembarang pemimpin tetapi harus mampu menegakkan kebenaran, menolong agama Allah ‘Ansharullah’. Agar manusia hidupnya terhindar dari hal yang buruk, tidak diharapkan.

Paparan beliau, orang tua perlu kesabaran mendidik anak. Einstein adalah sosok jenius yang dulunya bermasalah secara akademik, bahkan sikap aneh dilakukannya; ketika hujan di sekolah dia mengambil payung ke rumah kemudian memakai payung di sekolah untuk pulang ke rumah. Anak yang saat ini bermasalah boleh jadi dikemudian hari menjadi manusia yang unggul dan bermanfaat.

Selanjutnya, ustadz Ismail  memperkenalkan “Metode T.E.S”, peserta Parentama diberi kesempatan membaca Al-Qur’an 10 menit. Metode ini upaya interaksi bersama al-Qu’ran dengan aturan membacanya, yaitu 10 menit per- dua jam sekali. Semisal 10 menit mampu membaca 5 halaman dimana 1 halaman 15 baris, dan 1 barisnya 30 huruf, maka dalam 10 menit akan mendapatkan 2.250 kebaikan dari huruf yang dibacanya. Metode T.E.S sudah memiliki rumusan tilawah,  Insantama menggunakan metode T.E.S, untuk anak didiknya, yang baik untuk diamalkan. Setidaknya, diharapkan satu bulan sekali dapat mengkhatamkan Al-Qur’an.

Semoga memberi kesan mendalam bagi peserta parentama di awal kegiatan menuju akhir yang baik.[]