Momen Wisuda Tahfidz, Catatan Diary Terindah dalam Hidup

-

Momen Wisuda Tahfidz, Catatan Diary Terindah dalam Hidup

Penulis: Mila Sari

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ

Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (QS. Yunus: 92)

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu dan mengandung banyak manfaat serta hikmah, salah satunya memuat kisah-kisah terdahulu sehingga kita bisa mengambil pelajaran padanya. Qur’an surat Yunus ayat 92 misalnya yang mengabarkan tentang kisah Fir’aun, seorang penguasa dzalim dan sombong pada masanya, sengaja Allah Swt jadikan pelajaran untuk umat-umat setelahnya agar kita tidak terjerumus ke dalam kesombongan yang dapat mengundang murka Allah Swt.

Prosesi Wisuda Tahfidz kedua berlanjut di hari yang sama; Sabtu, 18 Juni 2022 di aula SDIT (Sekolah Islam Terpadu) Insantama. Bila sesi pertama diperuntukkan bagi santri SMPIT, maka di sesi kedua ini, peserta Wisuda Tahfidz merupakan gabungan dari santri SDIT dan SMAIT Insantama.

Dalam sesi yang kedua ini, ada rangkaian penting yang tak boleh terlewatkan, yaitu pesan dan nasehat dari gurunda ustadz Ismail Yusanto selaku Ketua (YIC) Yayasan Insantama cendekia Bogor di momen Wisuda Tahfidz untuk semua peserta dan audiens yang hadir.

“Alhamdulillah kita terus bersyukur karena hari ini kita menyaksikan keberhasilan para ananda kita menghafalkan Al-Qur’an, ada yang satu juz, dua juz bahkan lebih, sampai 30 juz. Terus kita do’akan semoga ananda semakin shalih shalihah dan kedepannya mampu menjawab tantangan zaman dengan tidak meninggalkan identitasnya sebagai seorang muslim.” Tutur beliau mengawali wejangan.

“Bapak, ibu dan anak-anak sekalian, Insantama adalah sekolah yang tidak menentukan tagline dalam menghafal Al-Qur’an. Tapi kita selalu serius dalam mendalami hal ini. Qiraati adalah metode terbaik yang diterapkan Insantama dalam membaca Al-Qur’an, baik itu dalam hal makharujul huruf, tajwid dan lain sebagainya yang dianggap perlu.” Ungkap beliau menjelaskan

“Adapun metode yang dipilih dan diterapkan di Insantama adalah metode TES (Tilawah Evaluasi Sederhana) yang secara filosofis; benar, mampu mengubah interaksi kita dengan Al-Qur’an, yang dengannya kita semakin sering membaca dan memudahkan untuk menghafal Al-Qur’an. Sebab bila kita tidak menangkap filosofi menghafal Qur’an, maka itu hanya akan sekadar hafalan. Tapi bila kita mengetahui, tentu ini akan menjadikan kita senantiasa dekat dengan Al-Qur’an dalam hal membaca, menghafal, mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan. Semoga para ananda sekalian menjadi generasi Qur’ani.” Ungkap beliau berapi-api

“Akhirnya, selamat untuk para ananda semua, sebab hari ini adalah hari yang spesial buat kalian. Hari ini anak-anakku sekalian, kalian diwisuda di hadapan orang tua kalian. Anak-anak sekalian, ini bukanlah terminal akhir antum untuk terus mendekat kepada Al-Qur’an, tapi ini adalah awal untuk antum membina diri agar kelak menjadi ‘Al-Qur’an yang berjalan’ seperti digambarkan oleh baginda Rasul Saw.” Ungkap beliau dengan penuh harap dan syukur.

“Anak-anak sekalian, ini adalah pondasi bahwa Al-Qur’an merupakan landasan yang utama bagi muslimin”. Semakin hari kecintaan dan pemahaman kita terhadap Al-Qur’an harus kokoh. Siapa saja yang dekat dengan Al-Qur’an maka ia menjadi mulia dan bulan saat turunnya A-Qur’an adalah bulan yang mulia, yaitu Ramadhan. Bila kita ingin menjadi mulia, maka jangan lepaskan Al-Qur’an, peganglah ia dengan kokoh.” Lanjut beliau.

“Berpeganglah engkau kepada dua perkara yang bila kita berpegang kepada keduanya, maka tidak akan pernah sesat selama-lamanya dan itu adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw sebagaimana layaknya pesan Rasul Saw.” Beliau memotivasi para santri

“Anak-anakku sekalian, catatlah agenda hari ini dalam diary hidup antum, sebagai sebuah momen yang penting, penuh haru dan rasa bahagia. Selepas ini lanjutkan pendidikan dengan terus bersahabat dengan Al-Qur’an. Tidak ada balas budi terbaik dari anak kepada orang tua, kecuali menjadi anak yang shalih shalihah dan antum telah berupaya mewujudkan hal tersebut dengan menjadi seorang hafidz dan hafidzah.” Ungkap beliau sebelum mengakhiri wejangan.

Wejangan ustadz Ismail Yusanto sangat luar biasa, semoga ananda senantiasa mengingat momen Wisuda Tahfidz ini dan terus semangat untuk terus berinteraksi dengan Al-Qur’an hingga menjadi penjaga Islam yang terpercaya.[]