Menyelesaikan Misi Sebagai Pengemban Amanah Dari Nikmat Allah

-

Hari Ke dua

Malam yang kian pekat terus dilalui mobil yang ditumpangi. Kabut juga kian kental menutup pandangan. Curahan sinar lampu mobil sedikit terhambat sehingga keremangan malam kian memperlihatkan kesombongannya. Istighfar terus bernyanyi dalam bathin untuk mengingatkan bahwa tiada yang lebih berkuasa selain kuasa Allah swt.
Deru mesin mobil terus bernyanyi seirimg berputarnya roda. Tidak lama, rombongan sampai di tujuan. Sebuah desa yang sangat terdalam letaknya dengan infrastruktur terutama jalan yang sangat parah.

Sebuah masjid berukuran sedang berdiri di tengah desa, disampingnya ada sebuah aula. Kedua bangunan ini berwarna kuning muda sebagai pemanis. Keramik yang berwarna putih mengkilat menawarkan sapaan, yang juga menggambarkan masyarakatnya selalu menawarkan kebersihan. Bergegas rombongan memasukir ruangan, yang berukuran 3 meter x 10 meter.

Sebuah karpet berwarna hijau dihamparkan memanjang, menandakan mereka selalu terbuka menerima kehadiran kami. Di sudut kiri, sebuah kursi tua berwarna coklat tua, di atasnya menumpuk beberapa lembar karpet. “Nah… ini ada karpet, ana memggunakan ini saja,” kata Fiat Maulana sembari tangannya menggenggam salah satu lembaran karpet.

Beberapa waktu berikutnya, rombongan sudah berdiri rapi dalam shaf yang tertata lurus. Bersiap menunaikan kewajiban sebagai seorang mukmin. Sholat Maghrib khidmat ditunaikan, diikuti Sholat Isya yang menggambarkan dimana dan kapanpun berada kami tidak akan melupakan kekuasaanNya.

“Ia, SKI itu POS II. Di sini peserta LDK 2 akan mendapatkan beberapa tugas yang ada kaitannya dengan mapel tertentu,” ujar Fahmi yang ditanyai oleh Rufi untuk memastikan roundown acara.

“Untuk anggaran bagaimana ya Pak?” tanya Fahmi tentang beberapa poin anggaran yang akan dijadikan acuan.

“Gambar ini juga ditampilkan ya Pak?”, tanya Shahabi yang sedang menyelesaikan pembuatan power point yang akan ditampilkan esok harinya di depan siswa kelas X angkatan sepuluh.

Gerakkan lincah jari jemari mereka mengalahkan rasa lelah dan ngantuk yang bergelayutan. Tugas ini harus segera diselesaikan supaya besok segera ditampilkan agar teman-teman mempunyai gambaran apa yang akan dikerjakan.

“Tahadjut….tahadjut…tahadjut…hayooo bangun. Masih ada waktu,” suara Pak Solih membangunkan rombongan yang masih terlelap. Jam dinding sudah menunjuk ke angka 04.00 subuh.

Saat air kran yang membuncah dari mulut kran rasa segar dan nyaman tidak bisa dihilangkan. Nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan? Sebuah firman Allah langsung membisik di kelopak hati. Kian membungkus diri untuk mencoba tafakur pada kuasanya. Delapan rakaat sholat Tahadjut selesai ditunaikan yang diitutup sholat Witir. Alhamdulillah, nikmat terbesar yang dianugrahkan Allah bagi rombongan ini untuk bisa tetap segar bugar menghadapi matahari di pagi ini.

Adzan Subuh menggema di seantero desa, memanggil yang beriman agar segera bangun untuk segera menunaikan ibadah. Allah menunggu kita untuk mendatangiNya. Pagi yang teduh, nyaman dan sejuk merupakan awalan terbaik untuk memulai hari ini.

Selepas melaksanakan Sholat Subuh berjamaah, beberapa orang kembali dengan aktivitasnya. Tiga sekawan yang dari semalam sibuk menyelesaikan tugas, kambali berdiskusi hangat untuk memfiniskan kerjaan. Segelas teh hangat mendampingi ananda dalam menyelesaikan tugas. Alhamdulillah, tugaspun selesai dirampungkan.

Membuang kejenuhan pagi dengan tugas yang seabarek, langkah kaki diayunkan untuk menikmati alam desa. Alam nan indah, jauh dari polusi kota tapi terbengkalai dari pengelolaan dan belaian pembangunan pemerintah.

Maasyaa Allah, mentari yang mengintip di balik embun pagi membawa kami untuk mensyukuri nikmat Allah. Tidak ada yang bisa disampaikan selain syukur padaNya.

“Bapak-bapak dan anak-anak, sarapan sudah siap silakan sarapan dulu, setelah itu kita akan melanjutkan perjalanan ke Kota Cianjur,” Ajakan Ustadz Aan yang membuyarkan kami untuk terus menikmati alam ciptaan Allah swt.

“Alhamdulillah, nikmat yang tidak pernah berhenti diberikan oleh Allah.” Ucap Pak Solihuddin menanggapi ajakan terbebut.

“Menunya nasi goreng, goreng telor mata sapi ditambah sambal dilengkapi kerupuk, wah nikmatnya…dan rasanya betul-betul mengalahkan rasa masakan di rumah makan mana saja.” Berlinang air liur saat mendengar ucapan Ustadz Zakki yang baru saja menyelesaikan kuyahan pertamanya.

“Alhamdulillah, kembali kita diberikan curahan nikmat dari Allah yang membuat kita harus tetap mensyukurinya. Karena kita akan zalim kalau tidak mau mensyukurinya.” Ustadz Azzam ikut menimpali atas nikmat yang diberikan oleh Allah.

“Segar, segar, segar…dan nyess…” Saat seteguk air kelapa muda menyusuri kerongkongan Fahmi. Betul-betul beda dengan kelapa muda yang ada di pasaran. Ada sensasi spritenya dan rasanya manis, hauspun hilang. “Seteguk air degan santri (biasa disebut) membuat kian sempurna nikmat Allah di hari ini.” Ustadz Aris ikut menimpali bagaimana rasanya air kelapa muda khas Desa Cikancana ini.

Mentari yang kian tengadah di atas kepala, membuat langkah kaki ingin beranjak untuk kembali ke Kota Bogor. Agak berat memang untuk meninggalkan desa ini, tapi demi tugas yang diemban maka harus direlakan untuk melangkahkan kaki kembali ke kampus SIT Insantama.

Sebuah mobil los bak sudah menunggu untuk kami tumpangi menuju Kota Cianjur. Untuk selanjutkan akan kami tetuskan dengan kendaraan lain menuju sekolah.

Ditemani cahaya mentari yang berarak di atas kepala. Dihembus lembut angin desa yang ditingkahi debu-debu jalanan, deru mobil terus membelah jalanan desa. Jalanan yang tidak terawat dan penuh dengan lubang menggoyangkan tubuh dengan irama tidak tentu. Kabut jalanan yang berterbangan lebih diperparah karena musim kemarau yang cukup panjang. Nampak, gulungan kabut menghambat pandangan yang seakan menyampaikan pesan kepada pejabat penguasa. Tengoklah kami, ulurkan cinta dan kasih kalian untuk membangun kami dan menjadikan warga pribumi penikmat pembangunan bukan hanya sekedar peraup suara disaat kalian berlomba mencari tumpukkan suara. Untuk menghantarkan kalian sebagai pemimpin dunia.

Deretan pepohonan disepanjang jalan menyampa kami dengan tarian lembut mereka. Tatapan mata mereka melepaskan kepulangan rombongan survei LDK 2 Taklukkan Cianjur Angkatan 10 SMAIT Insantama. Selamat bertemu lagi di minggu depan saatnya rombongan besar membelah desa dengan ide-ide brilian anak pembangun peradaban dunia di bawah panji-panji Rasulullah saw. Ikuti syariat Allah maka Hidup akan lebih baik.

(@W)