Mendidik Anak Bukan Alakadarnya
Penulis: Sonny Lazuardi
Sungguh mengherankan ketika anak ditanya mengapa harus sekolah. Mereka tak bisa menjawab, atau menjawab terkesan asal tak bertanggungjawab.
Di sesi pembicara kedua Parentama 2022, pada Sabtu 16/7, pembinaan kesiswaan. Ustadz. M Karebet Wijajakusuma sebagai Direktur Kesiswaan (Dirsis) SIT Insantama, anandas harus mengetahui tujuan sekolah terlebih dahulu. Hasil survei beliau, 80 persen siswa Indonesia tidak mengetahui tujuan sekolah, sekalipun disebut tahu, mereka belum tentu tahu cara mewujudkannya.
Ustadz Karebet dengan panggilan akrabnya Pak Kar mengatakan, bila manusia punya akal tidak dipakai untuk berpikir, punya mata tidak dipakai untuk melihat dan punya telinga tidak dipakai untuk mendengar maka termasuk orang yang lalai. Adapun anak shalih ingin diwujudkan haruslah dengan ketakwaan yang terdiri dari iman dan amal shalih.
Beliau melanjutkan pembahasan berbagai pembinaan kegiatan siswa di SMAIT Insantama. Dimulai kelas X hingga kelas XII yang berkelanjutan, menguras energi dan pikiran harus siap dihadapi anandas.
Orang tua tak perlu khawatir ketika anaknya melakukan fundraising kegiatan kesiswaan. Anak bukanlah sebagai pengemis. “Fundraising bukan mengemis, agar tidak disalah-artikan,” tegas Pakkar.
Karakter, skill dan literasi pun diperlukan untuk menguatkan mimpi besar. Bagaimana anandas akan dibentuk pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan Islam (mindset Islami), skill diberikan sesuai panduan pada SKU dan SKK, serta kegiatan literasi yang sudah menjadi program kami, pemaparan Pak Kar.
Pak Kar memberikan ilustrasi yang sangat menarik, bagaimana Shalahuddin Al-Ayyubi telah diprogram jauh-jauh hari sebelum orang tuanya menikah. Najmuddin Ayyub dan Sit Khatun dipersatukan oleh Allah dengan visi yang sama. Shalahuddin terlahir dan terdidik untuk memiliki visi membebaskan Baitul Maqdis. Ditambah dengan sentuhan binaan seorang guru yang hebat yaitu Nuruddin Zanki. Inilah bukti kebutuhan pendidikan yang tangguh dari orang tua maupun guru dalam mendidik anak.
“Untuk itu saat memberi pendidikan kepada anandas, orangtua harus satu frekuensi terlebih dahulu dengan Insantama. Sehingga ananda ikhlas, ridha, siap dibina dan menjalankan biah shalihah di SMAIT Insantama”, paparan Pak Kar.
Diakhir sesi Kesiswaan, orang tua membaca Ikrar Kesiswaan sebagai pengingat bahwa di Insantama, anandas akan dipersiapkan menjadi pribadi yang tangguh, pantang menyerah terhadap kesulitan dan kelemahan, Pak Kar memberi contoh salah satu siswa yang memiliki keterbelakangan tetapi mempunyai semangat luar biasa seolah melebihi siswa normal lainnya, ia mampu menghadapi tantangan di Insantama dengan banyak kegiatannya yang dianggap berat.
Kemudian, orang tua secara berbarengan membacakan motivasi kesiswaan bersama Pak Kar, dipandu beliau dengan semangatnya dibacakan:
Pemimpin Sejati tidak dilahirkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan tak jarang air mata.
Mimpi Besar adalah perkalian antara Keyakinan yang kokoh dan kuat dengan Kerja keras, cerdas dan tak kenal menyerah. Team Building merapikan dan memuluskannya. Semuanya berlangsung dalam koridor Taqorrub ilallah.
Hasil tak pernah mengkhianati proses, maka nikmati saja prosesnya.
Dilarang Mengeluh! Mengeluh menjauhkan Mimpi Besar dari Kenyataan!
Sesi tanya jawab bersama Pak Kar tentang Kesiswaan, menekankan pentingnya mimpi besar. Sekalipun nilai akademiknya tidak tinggi tetapi lebih utama adalah memahami dengan baik visi, mempunyai mimpi besar. Maka segala keberhasilan berpeluang didapat.[]