Menantang ‘Lomba Hifzil Qur’an di Surga’ Menuju Jannatul Ma’wa

-

Menantang ‘Lomba Hifzil Qur’an di Surga’ Menuju Jannatul Ma’wa

Penulis: Mila Sari

Dua sesi agenda wisuda tahfidz kali ini mengantarkan para santri dan orang tua mereka kepada suatu gerbang keberhasilan, yaitu limpahan kasih sayang Allah Swt. Jatuhnya butiran-butiran bening yang menganak sungai dari setiap sudut mata yang hadir, tak dapat dibendung menjadikan suasana di Aula SDIT Insantama saat ini semakin mengharu biru. Terlebih saat mereka lantunkan nasyid hafidz Qur’an bersama dengan seindah-indah suara mereka.
Tak lupa pula ustadz Fuad hadir, berbicara di hadapan mereka, menyemangati semua peserta sidang tahfidz.

“Jaga dan tambah hafalan Al-Qur’an kalian sampai 30 juz, karena Jannatul Ma’wa itu salah satunya diperuntukkan untuk penghafal Al-Qur’an sebanyak 30 juz. Dan mulai saat ini, bapak menantang kalian semua yang ada di atas panggung ini untuk berlomba-lomba menjadi penghafal Al-Qur’an. Dimana? Bukan disini, tapi di surga kelak dan pemenangnya akan mencapai surga yang sudah dijanjikan oleh Allah Swt, yaitu Jannatul Ma’wa.” Ucap Ustadz Fuad selaku Koordinator bidang Tahfidz SIT Insantama mengawali pembicaraannya di hadapan semua peserta yang hadir dalam agenda Wisuda Tahfidz

Alhamdulillah, masing-masing tingkat SD, SMP dan SMA telah menemukan juara terbanyak dalam menghafal Al-Qur’an. Di antaranya ada ananda Jihan dan Zaima dari tingkat SMAIT.

Dalam agenda ini, salah satu orang tua santri memberikan kesan dan pesan; “Ucapan terima kasih kepada para guru tahfidz yang luar biasa dalam mendidik agar para ananda senantiasa menghafal Al-Qur’an, meski saat pandemi sekalipun. Mohon do’a agar para ananda tidak berhenti sampai disini dalam menghafal Al-Qur’an.

Dari acara ini pula, dapat dipetik hikmah: Penghafal Al-Qur’an yang zalim, tidak melakukan kebaikan tapi malah sebaliknya. Hafidz Qur’an paket hemat; hafalan dan pemahamannya untuk dirinya sendiri tidak disalurkan yang terbaik. Penghafal Al-Qur’an yang diridai Allah Swt; lisan dan perilakunya merupakan cerminan dari Al-Qur’an itu sendiri.

Mencintai Al-Qur’an merupakan tanda mencintai Allah Swt. Orang yang membaca Al-Qur’an akan dimuliakan dengan dimasukkan ke dalam rombongan para malaikat yang mulia, dan yang berat serta susah menghafalkan Al-Qur’an maka juga akan mendapatkan pahala dan kebaikan.

“Semangat membaca, menghafalkan, mempelajari dan mendakwahkan Al-Qur’an sehingga kelak berhak menjadi bagian dari mereka yang mendapatkan syafa’at Al-Qur’an bukan orang-orang yang akhirnya digugat oleh Al-Qur’an!”. Ungkap salah satu orang tua santri kategori terbanyak menghafal Al-Qur’an.

Semoga kedepannya para santri lebih giat dan semangat lagi dalam menghafal Al-Qur’an hingga 30 juz. Dan semoga sesukses apapun mereka di masa depan kelak, tidak pernah jauh dari Al-Qur’an, menjadikannya cahaya dan petunjuk dalam kehidupan ini.[]