Memilih Peluang Agar Selalu Beruntung

-

Seorang atlit dengan tekunnya berlatih, disiplin, memiliki jadwal dan target berlatih, memikirkan strategi, serta harus memiliki ambisi untuk menang. Sementara abai akan membuatnya kalah tanding.

Padahal, ia sendiri tidak tahu ketika bertanding akan menang atau kalah. Namun, peluang menang lebih besar selama ia bersunguh-sungguh.

Mempersiapkan diri, itulah yang harus dilakukan. Semisal dengan ketekunan, kedisiplinan, tanggungjawab, memiliki misi visi, membangun relasi, dan selalu mendekatkan diri pada Sang Kuasa. Adalah upaya untuk bernasib baik. Membiarkan sesuatunya seperti air mengalir maka peluangnya gagal.

Banyak orang ingin hasil terbaik (sukses) namun usahanya kurang. Maka peluangnya tetap gagal. Sementara nasib baik bisa diusahakan.

Ilmu peluang tak boleh dilupakan. Diajarkan dalam matematika, bukan sekedar diketahui tapi perlu diyakini. Pasalnya, manusia pun dapat mengalami berbagai “peluang kondisi” Kondisi sehat atau sakit, selamat atau terkena musibah, menjadi kaya atau miskin, melakukan ketaatan atau kemaksiatan, bahkan mati su’ul khatimah atau husnul khatimah dapat terjadi pada setiap orang.

Tentunya, setiap orang ingin mendapat “kondisi” (peluang) baik dan menguntungkan bukan? Sehingga tentang apa yang telah dilakukannya menjadi penting.

Dalam sejarah, sekaliber Bal’am bin Ba’ura, sosok wali dengan maqom yang tinggi, dikenal sebagai ulama dengan keluasan ilmunya, yang juga memiliki keistimewaan Ismul Azhomnya yang jika berdoa selalu menembus Arasy langit,  namun bernasib malang mati tanpa iman dalam keadaan lidah terjelir seperti anjing, lantaran mendoakan keburukan untuk Nabi Musa dan pengikutnya. Ia tertipu nafsu dunia dengan segala keindahannya yang diberikan penguasa zhalim untuk memusuhi Nabi Musa. Peluang keberuntungan berganti menjadi malapetaka

Nasib seseorang hari ini adalah hasil kumulatif di masa lalu. Dan sebagaimana nasib esok tergantung apa yang dilakukannya hari ini.
Nasib seseorang dikemudian hari tidak ada yang tahu. Tetapi, ingin memilih nasib baik itu bisa diusahakan. Itu bukanlah takdir. Mau yang bagaimana?

“… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”(QS Ar-Ra’d: 11).

Ingin ke depannya baik, lakukan yang baik-baik yang Allah perintahkan. Juga sebaliknya, lakukan yang buruk atau jahat maka nasib ke depannya pun akan suram.

Kemenangan hari ini, bukanlah kemenangan esok. Pun sebaliknya, kekalahan sekarang, esok lusa pintu kemenangan masih terbuka lebar.
Melainkan masalah keistiqomahan pada ketaatan aturan-Nya adalah yang paling penting untuk keberhasilan apapun.

Bila hari ini menjadi orang kaya,  sukses, sehat, dan cerdas, tetaplah ia berpeluang melarat, bangkrut, sakit, bahkan pikun. Bermakna, manusia tidak bisa sombong dan harus selalu meminta perlindungan-Nya.

Kekurangan dan kesalahan sebagai alat mawas diri seseorang untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya agar selalu diberi keberuntungan.

Pilihlah peluang-peluang yang baik dalam berbuat maka keberuntungan akan dekat. Meski suatu kegagalan mendera, orang ini tak akan kecewa tetapi akan terus belajar. Caranya dengan patuh dengan apa yang diajarkan-Nya dalam Islam.