Salah satu kegiatan ekspresi yang menjadi favorit siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDIT Insantama adalah ekspresi bela diri Thifan. Beragam alasan yang mereka berikan namun umumnya mengarah pada satu tujuan. “Ingin bisa menjaga dan membela diri dari orang yang berniat tidak baik,” ujar Adnan, Kelas 5C, mewakili alasan kebanyakan siswa lainnya.
Sementara itu jawaban agak berbeda disampaikan Haura, Kelas 4D. “Di ekspresi bela diri seru… Ada visitingnya, ada mabitnya, ada latihan memanah, dll… pokoknya seru dech,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Bela diri Thifan merupakan salah satu kegiatan ekspresi pilihan di Insantama yang diberikan khusus untuk siswa kelas 4 dan 5 yang berminat mengasah kemampuan fisiknya. Menurut Marsambas, penanggung jawab Ekspresi Thifan, tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk meraih kecintaan Allah, karena mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim); membekali siswa untuk berjaga di jalan Allah; serta untuk bisa membela diri saat diperlukan. Kegiatan bela diri Thifan ini mempunyai target, yaitu peserta memiliki keterampilan jurus tangan kosong, bisa memainkan pedang, memanah, dan juga mampu bertarung.
Thifan merupakan jenis beladiri yang lekat dengan dakwah Islam. Tatacara latihan dan pemilihan materi pelajarannya sangat dipengaruhi oleh akidah Islam. Konon, pernah di suatu masa orang yang boleh mempelajari beladiri ini harus hafal Al-Qur’an dan minimal seribu hadits.
Ulasan sejarah perguruan ini tak lepas dari kitab-kitab yang menjadi pedoman intern keluarga besar Thifan Pokhan, yaitu Kitab Zhodam yang berisi riwayat Thifan Pokhan, serta Kitab Thifan Pokhan sendiri yang memuat teknik-teknik bela diri dari Turkistan Timur (penjajah Cina mengganti nama Turkistan Timur menjadi Xinjiang). Keduanya diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada tahun 1920 dari bahasa aslinya, Urwun.[]