Taklukkan Anak dengan Sadar Kewajiban dan Komunikasi Efektif

-

Taklukkan Anak dengan Sadar Kewajiban dan Komunikasi Efektif

Penulis: Cut Putri Cory

“Anak adalah amanah bagi ayah dan ibu, kita harus menyeriusi dan istiqamah agar bisa mendidik anak-anak yang kelak bisa menarik kita masuk ke dalam surga. Karena sebenarnya apa yang terjadi pada proses pendidikan anak pastilah disebabkan oleh hasil didikan bapak dan ibu,” tukas Direktur Pelaksana SIT Insantama, Ustaz M. Adhi Maretnas pada agenda Parentama hari kedua ini, Ahad (17/7/2022) di Gedung Marcopolo, Bogor. Beliau menjelaskan materi bertema ‘Mendidik Anak dan Sinergi Sekolah – Orang Tua’.

Dalam paparannya, beliau sempat mengutip kalimat dari Ki Hajar Dewantara yaitu, “Peran orang tua tidak tergantikan oleh sekolah, lembaga pendidikan manapun tidak bisa menggantikan peran orang tua. Lembaga pendidikan, lembaga bakat, apapun itu. Pokok dari pendidikan harus terletak di pangkuan ibu dan bapak, karena dua orang inilah yang dapat berhamba pada anak dengan semurni-murni penghambaan dan seikhlas-ikhlasnya pengabdian. Sebab cinta kasih keduanya pada anaknya bisa dibilang cinta tanpa batas.”

Ustaz Adhi juga sempat menyampaikan perspektif Sayyidina Umar bin Khaththab tentang kewajiban ayah, “Ada 3 kewajiban ayah kepada anaknya dan itu menjadi hak anak dari ayahnya yang harus dipenuhi oleh ayah. Pertama adalah menyiapkan ibu yang bertakwa bagi si anak. Kedua, memberi nama yang baik. Ketiga, mengajarkan anak itu Al-Qur’an.”

Ustaz lalu menjelaskan bahwa harta dan anak-anak bisa menjadi fitnah, ini disebut di dalam Al-Qur’an. Juga disebutkan bahwa anak adalah perhiasan. Karena itu kita harapkan anak-anak kita menjadi perhiasan dunia dan akhirat kita, bukan fitnah, maka jangan sampai kita tidak serius mendidiknya. Sekarang itu ada ilmu yang sering dibahasakan ‘luka pengasuhan’, karena mungkin pengasuhan kita memang salah.

“Ada banyak kasus anak yang melawan orang tua, karena tidak ada koneksi. Karena itu mengokohkan koneksi seumur hidup itu penting. Kita tidak ingin bapak ibu menyekolahkan anak, kemudian berlepas diri. Kekuatan koneksi ayah dan ibu tidak bisa tergantikan oleh guru dan muaddib. Pemahaman bahwa anak adalah aset dunia akhirat mengharuskan kita, seumur hidup kita, proses mendidik anak tidak boleh berhenti,” tegasnya kepada seluruh peserta yang merupakan orang tua dari Ananda SMPIT Insantama Bogor.

Rasul Saw mengingatkan kepada kita, kata Ustaz Adhi, warisan terbaik kepada anak-anak kita adalah adab yang baik. Karena itu mendidik adab adalah bagian yang harus didahulukan sebelum bagian yang lainnya. Jadi, tarbiyah dan ta’dib itu didahulukan sebelum ta’lim. Tarbiyah itu pendidikan yang sering disebut transfer of personality, peralihan kepribadian. Karena itu tidak bisa melakukan tarbiyah kecuali di dalam dirinya sudah memiliki cukup banyak kebaikan yang dia contohkan.

Ustaz Adhi Maretnas melanjutkan, “Mendidik anak bukan juga sebatas hal yang baik, tapi ini memang wajib. Kalau dikerjakan mendapat pahala, kalau ditinggalkan mendapat dosa. Jadi bapak ibu sekalian tidak boleh putus dari niat ibadah, sehingga harta yang kita keluarkan buat sekolah itu bagian dari harta yang bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Melaksanakan kewajiban, dengan cara ini bapak ibu tidak akan pernah rugi.”

Ustaz Adhi Maretnas memaparkan bagaimana rezeki orang tua bisa mengalir dari do’a anak-anaknya yang di Insantama dibiasakan untuk senantiasa rutin salat dhuha, dan bi’ah salehah lainnya. Ustaz juga katakan tentang kemuliaan dan keutamaan para penuntut ilmu. Do’a mereka senantiasa dikabulkan oleh Allah, dan tentu saja ada do’a setia dari anak-anak itu untuk kedua orang tuanya.

Namun, Ustaz juga mengingatkan jangan sampai ada pola pendidikan anak versi bapak ibu yang saling berbeda, jangan single fighter. Juga harus sefrekuensi dengan sekolah. “Kita sering menemukan kasus, misalnya, di sekolah anak-anak kita diajari cara menutup aurat. Bisa jadi di rumah, bapak ibu atau saudara yang lain menganggap itu tak perlu. Ini yang perlu disamakan. Di sekolah diajarkan laki-laki dan perempuan itu terpisah, bukan berarti tidak berinteraksi, tapi interaksi yang terkontrol. Nah karena itu visi dan misi ini perlu kita samakan bersama,” ujarnya.

Kemudian Ustaz Adhi menjelaskan urgensitas membekali tsaqafah Islam bagi anak-anak, “Anak kita harus tahu ilmu tentang membaca Al-Qur’an, karena ini tidak bisa diwakilkan kepada bapak ibunya. Ilmu tentang ulumul Qur’an, ushul fiqh, tafsir, itu fardhu ‘ain. Termasuk bahasa Arab, sebagai ilmu dasar yang kita harus kuasai.”

“Bekal ini yang akan mewujudkan anak-anak kita menjadi berkepribadian Islam dari bangun sampai tidur lagi, ditunjukkan oleh pikirannya dan pola sikapnya. Apa yang Islam bolehkan, ia bolehkan. Apa yang Islam larang, maka ia melarangnya. Ini semua tak bisa dipisahkan dari kesalehan dan keridhaan orang tuanya dulu. Karena itu penting bapak ibu men-salehkan diri dengan banyak belajar, dengan mengikuti kajian, lalu mensalehkan anak-anak kita dengan pendidikan kepada anak-anak kita,” lanjut Ustaz Adhi.

Ustaz Adhi mengungkap, “Sekarang banyak sekali kursus parenting, tidak ada nilai selain relijiusitas yang bisa menguatkan norma-norma keluarga. Hanya standar agama yang bisa digunakan untuk melawan budaya liberal. Karena itu, perpaduan antara sikap dan keahlian kita dalam mendidik anak yang terus kita asah. Bagaimana panduan Qur’an dan Sunnah. Jangan sampai anak menjadi korban keinginan orang tua yang berlebihan. Jangan paksakan anak-anak itu.”

Ustaz Adhi Maretnas merupakan pemateri pertama dalam agenda Parenting Insantama (Parentama) hari kedua ini, dia hadir menyampaikan motivasi yang begitu kuat, terutama terkait komunikasi efektif antara orang tua dan anak.

Menurutnya, “Dalam mendidik anak, kita pasti butuh waktu lama untuk berada dalam jalan kebaikan, jadi bapak ibu jangan cepat putus asa. Istiqamah. Kalau sekarang bapak sudah kalah, sampai seterusnya akan kalah. Kemudian, istikharah. Bapak ibu harus berusaha mencari langkah terbaik. Ini penting. Ketiga, istighfar. Tentu, memohon ampun kepada Allah, bisa jadi dari sebagian dari daging yang tumbuh dalam diri anak-anak kita itu berasal dari amal yang kurang baik.”

“Komunikasi itu dikatakan efektif ketika dia memunculkan kesamaan persepsi antara komunikan dan komunikator. Inilah yang harus dibangun oleh bapak ibu dengan anak-anak,” tegas Ustaz Adhi.

Dia melanjutkan, “Komunikasi efektif itu harus memiliki respek, menghargai anak dengan rasa hormat. Lalu, empati. Jadi salah satu bentuk empati adalah ketika anak punya masalah, jangan jadikan dia sebagai tambahan kekesalan, tapi tolonglah dia. Jangan berkomunikasi dengan menuduh, memvonis, dan menghakimi. Kemudian audible, bisa didengar dengan baik. Bapak ibu terkadang kalau marah sering terlalu kencang berbicara, audible ini bisa didengar dan dimengerti. Kemudian keterbukaan dan humble.”

Ustaz Adhi kemudian membagi tips untuk menaklukkan anak dalam berkomunikasi, “Gunakan kalimat menemani atau mendampingi, bukan menggurui apalagi menghakimi. Jadi kalau anak-anak banyak masalah, jangan ditambah lagi oleh bapak ibu di rumah. Tidak apa-apa anak-anak berbuat salah, tapi bapak ibu bantulah sekolah kalau ada kasus-kasus itu.”

“Gunakan kata dan kalimat memotivasi dan penuh kebaikan untuk kita semua. Insya Allah anak-anak bisa melewati masa remajanya bersama Insantama dengan lebih baik. Insya Allah bapak ibu tidak salah memiliki sekolah, di SMPIT ini biarlah menjadi penyempurna amal kita sebagai ayah dan ibu. Sehingga umur anak-anak kita bukan hanya berkah, tapi kita pun bahagia dan puas mendidiknya,” tutupnya.[]