Direktur Pendidikan Insantama: Taat adalah Kunci Keluarga Samara

-

Direktur Pendidikan Insantama: Taat adalah Kunci Keluarga Samara

Penulis: Cut Putri Cory

“Acara ini akan bermanfaat apabila bapak ibu bersungguh-sungguh mengikutinya. Kalau kita tak sungguh-sungguh, maka manfaat yang kita dapatkan tak sebanyak orang yang bersungguh-sungguh. Sebuah pertanyaan, kenapa penting untuk membahas keluarga? Bukankah kita sedang membahas sekolah? Sekolah dan keluarga tak bisa dipisahkan, maka pertanyaan yang penting adalah kemana keluarga ini harus kita bawa?” Ujar Ustaz Rahmat Kurnia, Direktur Pendidikan Sekolah Islam Terpadu Insantama pada agenda Parentama (Parenting Insantama), Sabtu (16/7/2022).

Ustaz Rahmat mengajak seluruh orang tua yang hadir untuk merenungkan perannya dalam penciptaan oleh Allah SWT. Dia membujuk akal untuk mengakui bahwa seluruh manusia lemah dan tak punya apapun kalau dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lain. Kalau begitu, menurutnya, hidup dan keluarga kita harus kita persembahkan untuk Allah SWT. Siap untuk mempersiapkan anak, istri, dan suami kita untuk Allah SWT.

Ustaz menampilkan komitmen di slide power point-nya, kalimat mulia itu dibaca oleh seluruh orang tua sambil berdiri. “Bulatkan tekad, minta pertolongan Allah SWT supaya kita bisa menjalankan komitmen ini. Keluarkan kalimat-kalimat ini dari jiwa, hati, dan iman,” katanya, lalu para peserta secara bersamaan berkomitmen.

“Kata kuncinya ketaatan. Karena Rasulullah bersabda, jika aku engkau taati, aku ridha kepadamu. Jika aku ridha kepadamu, akan aku berkati kamu, dan ingat bahwa berkahku itu tak terbatas. Itu kata Nabi Saw. Untuk menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah, kata kuncinya adalah taat,” tukasnya.

Di tengah peran keluarga yang tergerus sekularisme, Ustaz Rahmat menegaskan, “Pertama kita harus memiliki dasar ibadah, karena kita bukan apa-apa, dan kita bukan siapa-siapa tanpa pertolongan Allah. Dengan dasar ibadah, kita menikah, terjadilah proses, di situ ada hak dan kewajiban. Ini perlu berpegang kepada tiga prinsip keluarga dan delapan fungsi keluarga, dan diarahkan kepada 5 goal setting keluarga, untuk mendapatkan kebahagiaan.”

“Ada hak dan kewajiban. Pernikahan itu ikatan yang sangat kuat. Setiap anggota keluarga adalah pemimpin. Artinya, apapun posisi kita, kita punya tanggung jawab masing-masing. Prinsipnya adalah adil. Kalau ihsan, melakukan kewajiban dan yang lebih darinya. Jadi kalau kita shaum, tak hanya pada bulan Ramadhan tapi juga yang sunnah. Lebih dari kebutuhan, itu namanya ihsan. Berbakti kepada suami, istri yang ihsan akan berikan yang lebih dari menjalankan kewajiban, sementara haknya dikurangi untuk dituntutnya,” jelas Ustaz Rahmat.
Ustaz kemudian menjelaskan 8 fungsi berkeluarga yaitu: reproduksi, ekonomi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi, edukasi, dan reliji. Menurutnya kedelapan fungsi ini penting dan harus mendarahdaging.

“Kita lihat anak kita, istri dan suami terbiasa bangun malam. Ada kebahagiaan yang tidak boleh diabaikan, yaitu kebahagiaan ideologis saat anak berpegang teguh terhadap aturan Islam. Laksanakan delapan fungsi keluarga, tetapkan tujuan dengan landasan ibadah, insya Allah kebahagiaan didapatkan,” tukasnya.

Menurut Ustaz Rahmat, saat kedua orang tua bercita-cita memiliki generasi yang saleh salehah, maka kesalehan kedua orang tua adalah keharusan. Hal ini merupakan kewajiban yang harus diupayakan oleh ayah dan bunda. “Jadi, kita yok bersama-sama menjadi istri dan suami yang saleh, mudah-mudahan anak-anak kita menjadi anak-anak yang saleh salehah.”

Ustaz menegaskan bahwa untuk mewujudkan itu, keluarga perlu menjaga iman dan takwa bersama-sama. Saling mengingatkan. Perlu keterbukaan pikiran dan hati dari ayah, ibu, dan anak-anak. “Tanpa itu takkan bisa, karena diingatkan malah marah. Kedua, menjaga senantiasa saling taat.”

Untuk itu, menurut Ustaz, keluarga harus mendukung dakwah. “Jadi, kalau anak-anak terlibat dalam kegiatan dakwah, maka kita dukung. Ketika kita mendukung dakwah, maka anak juga mendukung dakwah. Kalau kita ingat anak menutup aurat, maka kita pun melakukan hal yang sama.”

Ustaz Rahmat memaparkan dengan tegas, untuk mewujudkan keluarga samara, harus luruskan niat semata-mata karena Allah SWT. Dia juga menjelaskan apa yang disampaikan oleh Rasulullah pada saat Haji Wada’. Rasulullah meminta seluruh Muslimin untuk bertakwa kepada Allah, terhadap istri-istrinya, pun pelajaran yang bisa didapatkan dari Nabi Ibrahim as.

“Kita harus terus menerus berada di jalan Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan memberi petunjuk. Jadi kita itu kalau ingin memiliki anak yang saleh, tetapkan kita senantiasa berada di jalan Allah. Kita taat kepada Allah SWT, setelah itu kita berdoa kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita menjadi saleh salehah,” paparnya.

Ustaz melanjutkan, “Anak-anak itu, jangan sampai menjadi generasi yang lemah secara fisik dan ekonomi. Bertakwalah kepada Allah, dan katakanlah kalimat yang benar. Bekali anak dengan ilmu Islam dan ilmu kehidupan. Ini yang dibina di Insantama.”

Lalu, kata Ustaz Rahmat, keluarga harus sepemikiran dan seperasaan dalam keterikatannya terhadap Islam. “Semua anggota keluarga harus saling menjaga dari api neraka. Karenanya harus memahami tsaqafah Islam bersama-sama, karena itulah di Insantama, bapak-bapak dan ibu-ibu ada kegiatan untuk mengikuti kegiatan mendalami tsaqafah Islam.”

“Ketiga, jadikan kebiasaan membaca, mengkaji Al-Qur’an dan ibadah (tahajjud, shaum, dan sebagainya) sebagai kebiasaan keluarga.” Ustaz menjelaskan sambil mengutip hadits Rasulullah Saw bahwa Allah berjanji kepada siapapun yang banyak membaca Al-Qur’an akan diberikan baginya sakinah, mawaddah, dan rahmah.

“Jadi kalau di keluarga kita apa-apa marah, sedikit-sedikit marah, jangan-jangan kita tidak dekat dengan Al-Qur’an. Itulah kenapa Insantama telah memproklamirkan kepada seluruh yayasan dan seluruh staff juga kepada bapak ibu sekalian sebagai keluarga besar pembaca Al-Qur’an,” tegas Ustaz Rahmat.

Keempat, kata dia, harus jelas arah dan tujuan. “Tujuan seorang mukmin adalah untuk masuk surga bersama-sama. Andai anak yang kita sayangi tiba-tiba menjelma menjadi musuh kita di hadapan Rabbul ‘Alamin, kesedihan seperti apa yang akan kita rasakan? Na’udzubillahi mindzalik. Itu kesedihan besar yang tak bisa diobati, jangan sampai. Oleh karena itu, tak ada titik untuk kembali, kita harus membentuk keluarga sakinah mawaddah dan rahmah untuk masuk surga bersama-sama, serta membentuk anak-anak yang saleh salehah.”

Ustaz kemudian menyampaikan kalimat yang begitu sarat hikmah, “Penting menanamkan kebiasaan hidup berjamaah dan kejuangan. Ini diterapkan di Insantama dalam rangka mencapai tujuan generasi saleh salehah. Keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah keluarga yang penuh dengan ketenangan atas dasar iman yang bertujuan masuk surga bersama-sama dengan terus mendidik anak menjadi saleh/salehah dan calon pemimpin ansharullah,” tutupnya.

Parentama 2022 kali ini mengambil tema “Mempersiapkan Generasi Tangguh Calon Pemimpin, Sinergi Orang Tua dan Sekolah Bangkit Pasca Pandemi”. Acara ini dihelat di Marcopolo, Bogor, dalam dua hari sejak Sabtu (16/7/2022) dan Ahad (17/7/2022) menghadirkan pemateri hebat dari keluarga Insantama yang berpengalaman dalam penghebatan generasi calon pemimpin ansharullah.[]