Muhibbah, Obat Perindu Para Siswa
Penulis: Nono Hartono
“Bagi siswa sekolah adalah rumah ke 2 dan di sinilah mereka belajar menimba ilmu, bermain, menikmati pengalaman hidup yang diberikan para pendidik serta merajut hari demi hari demi untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik dan bermanfaat bagi umat”.
(Bapak Nono Hartono, Guru Senior SDIT INSANTAMA Bogor)
Muhibbah adalah kegiatan yang didesain manajemen SDIT Insantama sebagai media penjembatan siswa yang sudah sangat rindu dengan sekolah untuk bisa mengunjungi sekolah. Sudah lebih 1.5 tahun mereka tidak menginjakkan kaki di sekolah. Pun bagi manajemen, ini adalah sebuah simulasi untuk melihat sejauh mana kesiapan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) terhadap penanganan siswa yang datang ke sekolah. Terlebih, sebentar lagi pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) akan segera bergulir.
Rabu, 29 September 2021, kelas 5 C mendapat giliran datang ke sekolah untuk memenuhi undangan kegiatan muhibbah. Mereka mendapat jadwal shift 1. Kegiatan yang rencananya akan dimulai pada pukul 07.00 itu tidak menyurutkan semangat siswa untuk datang lebih awal, bahkan ada yang hadir sejak pukul 06.30. Hal ini menunjukkan betapa mereka sudah sangat rindu dengan sekolahnya. Saat para siswa datang, penerapan prokes pun tak lupa dilaksanakan. Sebelum masuk koridor, siswa yang datang disemprot tangannya dengan handsanitizer oleh guru piket. Siswa pun terlihat memakai masker plus face shield. Berikutnya, para siswa diarahkan menuju aula dan guru kelas sudah bersiap menyambut. Para siswa pun dipersilakan duduk dengan menjaga jarak sesuai dengan penempatan yang sudah disiapkan.
Tepat pukul 07.00 kegiatan muhibbah dimulai dengan pembacaan doa memulai belajar dan dilanjutkan dengan pembacaan surat-surat pendek dan doa harian. Ternyata banyak di antara siswa yang lupa bacaan-bacaan tersebut. Boleh jadi mereka kurang melaksanakan muraja’ah saat pembelajaran ‘Belajar Di Rumah’ (BDR). Semoga ini menjadi evaluasi bagi para orangtua untuk selalu mengawasi sekaligus melakukan pendampingan pelaksanaan muraja’ah putra-putrinya saat BDR. Di kesempatan ini, Pak Nono sebagai wali kelas juga mengingatkan para siswa untuk senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu, di manapun dan kapan pun waktunya.
Olahraga adalah kegiatan selanjutnya. Untuk memeriahkan suasana, sengaja Pak Nono dan Bu Dewi sebagai wali kelas, mensetting dengan senam penguin dan senam ayam. Anak-anak diminta menirukan gerakan yang dicontohkan di video yang terlihat di layar LCD di depan, di depan kelompok siswa ikhwan dan juga di depan siswa akhwat. Gerakan yang lucu membuat para siswa terlihat senyum-senyum dan bahkan tidak sedikit yang tertawa-tawa. Suasana menjadi riang gembira. Keringat dapat, hati pun senang karenanya. Terlihat lelah, Pak Nono pun mempersilakan para siswa minum dan sejenak untuk beristirahat.
Penyampaian materi pembelajaran menjadi agenda berikutnya. Bu Dewi pun sudah siap di depan para siswa untuk memberikan materi. Sistem pencernaan menjadi sajian materi pagi itu. Para siswa terlihat fokus memperhatikan materi yang disampaikan Bu Dewi. Hanya poin-poin penting saja yang dijelaskan Bu Dewi, mengingat waktu yang relatif singkat yang disediakan. Hanya 30 menit saja. “Silakan Antum melihat dan membaca lagi materi lengkapnya di PPt yang nanti akan Bu Dewi share, ya…,” jelas Bu Dewi memberikan keterangan sesaat setelah waktu pemberian materi sudah selesai. Terlihat memang beberapa siswa tidak puas dengan penyampaian materi yang relatif singkat, berbeda saat dilaksanakannya pembelajaran secara online.
Tidak terasa, rangkaian kegiatan muhibbah pun segera akan berakhir. Terlihat wajah-wajah kurang puas para siswa. Mereka sangat menginginkan lebih lama lagi belajar di sekolah. Pak Nono mengingatkan untuk selalu bersabar. Insya Allah pelaksanaan PTM akan segera tiba. Anak-anak diharapkan untuk selalu berdoa agar pandemi segera berakhir agar pembelajaran secara offline bisa segera dilaksanakan. Para siswa diarahkan menuju lapangan tengah untuk melaksanakan cuci tangan dan pembacaan doa penutup. Dan, para siswa pun diarahkan segera pulang bersama penjemputnya, karena para siswa shift 2 sudah menanti dan terlihat mulai berdatangan, untuk mengikuti kegiatan muhibbah serupa.
Walaupun hanya sekitar 1.5 jam para siswa berada di sekolah, cukuplah bagi mereka untuk mengobati rasa rindu mereka dengan sekolah yang selama ini terpendam.[]