RUMUS MENJADI PEMIMPIN

-

Reportase Satu Insantama

RUMUS MENJADI PEMIMPIN

Penulis: Nur Fajarudin

Pernahkah kita membayangkan bagaimana proses pendidikan sosok-sosok seperti Shalahuddin Al Ayyubi dan Muhammad Al Fatih. Mereka tidak mungkin terlahir secara instan untuk menjadi sosok pemimpin hebat. Beruntung mereka berdua memiliki orang tua-orang tua yang hebat dalam sosok Najmuddin Ayyub dan Murad II yang memiliki visi menanamkan nilai kepemimpinan pada putranya. Mereka berdua juga memiliki guru-guru hebat yang berhasil menanamkan sifat ksatria dan kepemimpinan pada mereka berdua;Imam Ibnu Asakir guru Shalahuddin Al Ayyubi dan Syaikh Ibrahim Al Kurani serta Syaikh Aa’ Syamsuddin yang menjadi pendidik Muhammad Al Fatih.

Lebih dari itu, kedua sosok di atas berhasil mengalahkan sisi-sisi negatif pada diri mereka yang menghalangi cita-cita mereka. “Aku seperti binatang ternak yang digiring ke penyembelihan.” demikian keluh Shalahuddin remaja ketika mengiringi jihad pamannya, Asaduddin Syirkuh ke Mesir. Namun kemudian mengabdikan hidupnya untuk jihad dan membebaskan Baytul Maqdis. Juga bagaimana Muhammad Al Fatih menghilangkan bayang-bayang kegagalan ayahnya menaklukkan Konstantinopel dengan terus mengingat hadits Rasulullah SAW tentang pembebasan kota tersebut.

Begitulah kurang lebih cuplikan nasehat yang diberikan ust. M.Ismail Yusanto, selaku ketua Yayasan Insantama Cendekia kepada anandas peserta Satu Insantama pada Rabu (14/07/21) melalui ruang ZOOM. Pesan beliau, sosok-sosok hebat lahir dipengaruhi oleh 3 aspek; orang tua yang luar biasa, guru-guru terbaik, dan kesungguhan dalam diri untuk meraih cita-cita terbaik. Maka, pesan beliau kepada anandas, pertama, anandas harus memanfaatkan betul masa muda ini untuk menggali seluruh potensi. Kedua, pesan beliau adalah, jadilah pribadi yang sportif, inisiatif, dan pro aktif. Lalu yang ketiga adalah inilah saat memberikan persembahan bingkisan kepada orang tua, berupa prestasi dan kesungguhan dalam meraih cita-cita.[]