Sebuah Renungan: Banyak yang Yakin Kematian, tetapi Sedikit yang Mempersiapkan

-

Sebuah Renungan: Banyak yang Yakin Kematian, tetapi Sedikit yang Mempersiapkan

Penulis: Irfah Zaidah

Dalam 2-3 pekan terakhir antara bulan Juni-Juli 2021 ini, kalimat thayyibah yang sering disebut adalah istirja’:

“Innalillahi wainna ilayhi raaji’uun”

Kalimat ini merupakan “petikan”dari ayat Al Qur’an:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
(Surat Al Baqarah: 156)

Kalimat ini diucapkan atau dituliskan atas suatu musibah atau sebagai tanda duka-cita. Akhir-akhir ini, istirja’ ini sering terdengar dari speaker masjid di lingkungan perumahan penduduk, dan akhir-akhir ini sering muncul juga baik di beranda FB maupun di WA. Dari awal-mula yang jarang-jarang hingga semakin hari makin susul-menyusul berita duka-cita itu.

Berita duka-cita juga datang dari beberapa orang tua siswa Insantama dan orang tua alumni:

“Allahummaghfirlahum⁣ warhamhum wa’afihim wa’fu’anhum wa akrim nuzulahum wawassi’madkhalahum ….”

Semoga beliau semuanya husnul khatimah dan keluarga beliau diberikan kesabaran.
Al Fatihah ….
Aamiin ….

Kondisi ini, sudah selayaknya membuat kita semuanya muhasabah diri bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk keberadaan manusia di muka bumi ini, setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Sebagaimana firman Allah SWT:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
(QS. Ali ‘Imran: 185)

Inilah peringatan Allah SWT kepada setiap manusia bahwa setiap dirinya akan berakhir dengan kematian. Dan peringatan ini bila kita perhatikan di sepanjang hidup kita adalah benar adanya. Bahwa setiap diri, pasti akan mati. Hanya saja kapan kematian itu datang, ini adalah rahasia Allah SWT semata.

Jadi, mengenai terjadinya kematian itu adalah sebuah keniscayaan/kepastian. Dan bukan rahasia karena kita bisa melihat faktanya. Sedangkan kapan, dimana dan dalam kondisi seperti apa kematian itu datang adalah rahasia Allah SWT.

Dan seharusnya bagi setiap muslim, kematian yang husnul khatimah adalah sebuah “cita-cita” yang harus ada dalam dirinya. Dan ada dorongan yang kuat untuk bisa menggapainya.

Akhir yang baik atau kematian yang baik (Husnul khatimah) ini sesuai dengan firman Allah SWT:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang ridha dan diridhaiNYA. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba – hambaKU. Dan masuklah ke dalam surgaKU”
(TQS. Al Fajr: 27-30)

Tak dapat disangkal bahwa setiap manusia pasti akan mati, bahkan satu-satunya peristiwa yang paling pasti diantara berjuta peristiwa yang akan terjadi pada fase kehidupan manusia.

Berarti mati, hanya masalah waktu. Dia akan datang baik diharapkan maupun tidak, ditakuti atau tidak, mau menerima atau pun tidak.

Kematian mau tidak mau pasti akan menimpa seseorang. Dan kebanyakan setiap orang meyakini bahwa dia akan mati, namun hanya sedikit yang serius mempersiapkan diri untuk menghadapi dengan sebaik-baiknya. Padahal kematian akan datang kapan pun, dimana pun, dalam kondisi apa pun.

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
(QS. Ali ‘Imran: 193)

Muslim yang Paling Cerdas

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ :
« أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ :
« أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.”
(HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).

Ya Allah, semoga Engkau karuniakan husnul khatimah di akhir hidup kami. Aamiin.[]