LIPUTAN KHAS PERMATA 19/20
SMPIT Insantama
Hujan Tidak Menghalangi Kami
Tes..tes..tes..titik-titik air hujan turun dari langit. Mendung yang sebelumnya menaungi puncak Salak turun dibawa angin ke tempat perkemahan. Namun hujan tidak menyurutkan langkah ananda untuk mengikuti tantangan pertama pada acara PERMATA ini.
Tantangan ini berupa jelajah medan yang diselingi pos-pos dengan tema-tema tertentu. Pos pertama adalah pos tandu, ananda semua ditantang untuk membuat tandu serta mempraktekkannya. Pos yang diampu oleh kak Cahyadi ini membutuhkan kekompakan tim. Usai pos pertama, ananda akan memasuki wilayah yang ditumbuhi pepohonan pala nan lebat. Di area ini ananda berjumpa dengan kak Farah yang menjaga pos dua. Di pos ini ananda mendapat tantangan untuk melakukan pembidaian. Salah satu praktek P3K ini membutuhkan kecermatan khusus. Lepas dari pos kedua, masih di area yang sama telah menunggu kak Solikan di pos ketiga. Di pos ketiga ini ananda ditantang untuk membaca kompas. Setelah area pepohonan, ananda akan menyusuri area padang rumput dan persawahan. Di area ini terdapat pos keempat yang diampu oleh kak Triana. Dinaungi gunung Salak nun jauh di selatan, ananda ditantang untuk baris-berbaris. Usai di pos keempat, ananda akan melewati pematang sawah.
Liukan pematang sawah menjadi hiburan tersendiri bagi ananda. Saking asyiknya mereka tidak terasa sampai di pos kelima. Inilah saatnya uji keberanian. Tantangan pertama adalah merayap melewati terowongan lumpur. Awalnya ada rasa jijik, namun menjadi sensasi tersendiri bagi ananda. Lepas dari terowongan lumpur, sensasi berikutnya adalah menangkap belut dan kodok sawah. Tak sedikit ananda baik ikhwan maupun akhwat yang histeris ketika melakukan tantangan ini. Usai berkotor-kotor ria, ananda menghadapi tantangan terakhir, yaitu meniti titian bambu yang dibentang di atas kolam. Selain uji keberanian, tantangan ini juga dimaksudkan untuk membilas pakaian kotor bekas bermain lumpur.
Usai sudah seluruh tantangan dilewati. Saatnya bersih diri, sholat ashar, dan memasak untuk makan malam. Anak-anak ikhwan yang selama ini jarang berurusan dengan dapur, sekarang berubah bak chef jempolan. Mereka dengan piawai memotong, membumbui ayam, serta membuat saos asam manis. Ada pula yang menarik, dalam rangka mengefektifkan kerja dibuatlah sebuah kompor portabel dari kayu.
Tidak terasa adzan maghrib berkumandang. Saatnya melaksanakan sholat berjamaah.
bersambung…
(Fajar Duta)