Berguru Ilmu Teknik Hingga Sejarah Peradaban Islam

-

Sulaymania Day#3
2 November 2017

Berguru Ilmu Teknik Hingga Sejarah Peradaban Islam

Waktu berlari cepat. Sudah hari ketiga. Tak boleh sakit! Mesti sehat dan tetap fokus! Karena beda dengan sebelumnya, LKMA kali ini juga banyak belajar tentang sejarah kejayaan peradaban Islam langsung di tempatnya! Masya Allah.

Pagi masih gelap. Koper-koper merah maroon itu telah berjajar rapi di lobby. Tanda delegasi akan check-out dari tempat penginapan. Malam nanti kami akan terus “berlayar” menuju Ankara, ibukota Turki. Diantara koper-koper merah maroon itu, terdapat seragam putih dan abu-abu yang sudah duduk rapi menanti sarapan pagi. Alhamdulillah pukul 06.30 sarapan sudah siap. Menu yang disantap tidak berbeda. Namun, waktu makan kami sangat terbatas. Hanya diberi waktu sampai 07.15. Setelah itu, berkumpul seperti kemarin, di depan tempat penginapan.

Menjelang pukul 07.10, delegasi sudah mulai membereskan barang-barang di meja makan, mengangkat tas ransel lalu meletakkan di punggung. Setelah itu, beranjak ke depan tempat penginapan untuk berkumpul. Kali ini, suhu mencapai 4-5 derajat celcius. Masya Allah dinginnya… Tapi semangat tetap “memanas”. Kami berbaris lalu mendengarkan untuk mendengarkan briefing.

CoD kembali berganti. Tampuk kepemimpinan di tim ikhwan berganti dari Aldi ke Alif. Di tim akhwat, dari Sarah ke Kiki. Setelah itu, para CoD memberi sambutan kepada tim masing-masing mengenai himbauan, pesan, dan sebagainya dalam aktivitas hari ini. CoD Pembina berganti pula dari Pak Arif Yunus ke Ustadz Annas. Penyerahan bendera delegasi adalah bentuk peresmiannya.
“Saya terima amanah ini, semoga saya bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya”, jelas Pak Anas menghadap delegasi.

Setelah peresmian, delegasi ikhwan diminta berbaris lalu memindahkan koper ke bis ikhwan dan akhwat. Satu per satu koper merah maroon itu berpindah tangan. Dari tangan satu ke tangan lainnya menuju bagasi bis hingga selesai. Delegasi segera naik ke bis lalu berangkat menuju destinasi pertama yakni Istanbul Teknik Universitesi (ITU).

Sekitar 30 menit perjalanan, gerbang kampus akhirnya terlihat. Simbol lebah dengan tulisan Istanbul Teknik Universitesi yang tercantum di bawahnya tahun 1773 seolah menyapa hangat delegasi. Bis masuk ke dalam kampus lalu menyusuri jalan-jalan kecil menuju Fakultas Penerbangan yang menjadi destinasi kunjungan.

Fakultas yang cukup besar, dipenuhi banyak ruangan-ruangan. Kami berjalan-jalan diantara ruangan. Setelah itu, kami berhenti di depan ruangan yang menjadi tempat pertemuan kami di ITU dengan Prof. Vedat Ziya Dogan selaku Aircraft Structures, Mecanic Vice Dean on Aeronautics and Astronautics Faculty di Istanbul Tecnic Universitesi. Didampingi jajaran manajemen dan beberapa mahasiswa, beliau menyambut ramah kami.

“Selamat datang di Fakultas Penerbangan (Aircraft Faculty). Selamat datang juga di Turki. Kami sangat bangga kalian memilih ITU, khususnya Fakultas Penerbangan sebagai destinasi kunjungan. Di sini, kalian akan mengetahui banyak hal terkait teknologi penerbangan, jurusan-jurusan yang akan dipelajari, dan sebagainya”, jelas Prof. Vedat Ziya Dogan. Masya Allah.

Kami pun presentasi yang diwakili oleh 4 orang akhwat dengan kolaborasi bahasa Turki dan Inggris. Sebelum presentasi, acara dimulai dengan pembukaan oleh MC tim ikhwan. Pihak ITU sangat respek kepada presentasi delegasi. Beliau juga tertarik dan senang sekali dengan persembahan musik angklung kami, bahkan meminta stafnya untuk merekamnya! Setelah tampilan angklung, presentasi dan diskusi, Prof. Vedat mengantarkan ke short tour (tur pendek) melihat pembuatan instrumen dan perlengkapan penerbangan. Dari dalam fakultas, delegasi keluar melihat replika pesawat terbang. Pesawat hijau bernuansa militer terpajang apik.
“Pesawat ini dibuat pada era Turki pasca Ottoman”, terang salah satu guide.

Delegasi berjalan ke tempat lainnya. Ada satu ruangan besar yang berisi peralatan, perkakas, produk-produk buatan mahasiswa, dan sebagainya. Guide menjelaskan terkait produk-produk yang dihasilkan dari fakultas ini.

Kami menerima banyak informasi. ITU berdiri sejak 1773 di masa Daulah Utsmani. Berasal dari pengembangan Sekolah Artileri militer Utsmani. Menjadi bagian strategis dari kekuatan litbang dan militer Turki hingga hari ini.
Kekuatan militer Turki disegani di kalangan NATO. Turki mampu membuat dan mengembangkan perlengkapan militer sendiri. Ini juga karena Turki saat ini menghadapi tantangan teritorial. Litbang Turki juga berkembang menopang banyak sekali pemenuhan kebutuhan dalam negeri Turki sendiri dari pertanian hingga software IT. Kerja serius. Hari hari di Turki memang kami jumpai semangat hidup sebagai bangsa Turki. Kepercayaan Diri yang tinggi mampu berdiri di atas kaki sendiri!

Waktu terus berjalan. Delegasi segera beranjak menuju destinasi berikutnya.

Yap, Sulaymania Camii, Masjid Sulaymania sudah menunggu kehadiran kami. Perjalanan sekitar 20 menit hingga tiba di lokasi. Kami turun dari bis lalu beriringan ke satu jalan cukup kecil hingga mencapai masjid. Rombongan panjang satu banjar terus berjalan hingga sampai di pintu masuk masjid. Taman hijau, pohon-pohon tinggi, menara-menara menjulang menyambut kami. Di sini, shalat jama’ taqdim qashar.

Pandangan menjadi luas ketika masuk ke dalam masjid. Kaligrafi-kaligrafi diwani, tsulatsi menghiasi langit-langit masjid. Dinding-dinding marmer yang mengkilat, indah dipandang. Ruku’ dan sujud kami tunaikan. Maa Syaa Allah. Sulaymania Camii, membuat kita memahami salah satu warisan dari Khalifah Sulaiman Al-Qanuni yang dikenal sebagai Al-Qanuni, yakni undang-undang. Maksudnya adalah Ia salah satu khalifah yang dikenal dengan jasanya dalam menjaga berlangsungnya kekhalifahan Islam termasuk undang-undangnya. (Sayang peri kehidupan Beliau yang indah digambarkan dalam film yg sempat diputar di tanah air penuh dengan hal-hal yg kontradiktif). Kami pun menyelami sejarah kehidupan beliau yg sesungguhnya. Seorang kepala negara yg menjadi salah satu ikon pemimpin masa Utsmani.

Selepas dari Masjid Sulaymania, perjalanan dilanjutkan ke Eyup Camii (Masjid Ayyub). Langit Istanbul yang sudah memerah, membuat kami bersegera untuk berbaris rapi jali berjalan menuju bis.

Tak lama, sekitar 10 menit, kami tiba. Kanan dan kiri kami ada makam-makam yang mengelilingi Eyup Sultan. Kami terus berjalan hingga masuk ke gerbang cukup besar yang ditutupi bendera bulan sabit Turki. Delegasi kemudian bersiap-siap shalat maghrib dan isya jama’ taqdim. Lepas sholat kami menuju makan Sultan Eyup. Beliau adalah Shahabat Rasulullah SAW. Nama Beliau lengkapnya Abu Ayub al Anshori. Sosok penting yg mendengar langsung dan menjadi penyampai bisharah nabawiyah atau kabar gembira masa depan tentang akan ditaklukkannya kota Konstantinopel di tangan Islam. Sosok sepuh penuh semangat inilah yang memaksa ikut ekspedisi penaklukan era Muawiyyah hingga akhirnya wafat dan sesuai wasiatnya dimakamkan di lokasi terdekat tembok kokoh Konstantinopel. Masya Allah, sungguh sebuah teladan sejarah apik tentang sebuah keyakinan, kesungguhan dan pantang menyerah yg sempurna. Sebuah teladan bagaimana tawakkal yg seharusnya. Bayangkanlah, beliau melakukan itu di usia 83 tahun!

Setelah itu, kami mencari makan malam hingga pukul 19.30 lalu berkumpul kembali di Depan Eyup Sultan Camii. Inilah kali pertama kami diizinkan untuk mencari makan sendiri. Jumlah kami yg terbilang banyak, tempat makan yg berdekatan satu sama lain dan pertimbangan keamanan menjadi alasannya. Selama ini kami bertahan dengan ransum sepesial yg kami bawa. Hehehe. Kami diminta pembina untuk mencoba beragam makanan khas Turki berapapun harganya. Jika mahal, jadikan ini pengalaman hidup. Jadi jangan dijadikan beban. Tapi tentu sesuai dengan kapasitas kantong kami masing-masing. Hehehe.

Mendekati pukul 19.30, delegasi sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah disepakati. Kami pun melanjutkan perjalanan.

Alhamdulillah, bi idznillah wa bi nashrillah, agenda berikutnya adalah perjalanan menuju Ankara. Sekitar 5 s.d 6 jam perjalanan dengan bis. Ini juga berarti kami akan menginap di bis, hotel berjalan. Yap, saat berada di dalam bislah, kami semua memanfaatkan waktu untuk rehat. Di luar bis, kami harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memburu ilmu dan wawasan sebanyak-banyaknya.

Di Ankara, kami akan berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara dan tempat lainnya. Semoga perjalanan ilmiah atau rihlah ‘ilmiyyah ini terus diberikan keberkahan oleh Allah swt. Aamiin.

Ankara, 2 November 2017