Menelusuri Jejak Peradaban Manusia di Negeri Seribu Menara

-

Reportase Khas
LKMA 2019
Sails to Egypt, Next to Emirates
3-13 November 2019

Menelusuri Jejak Peradaban Manusia di Negeri Seribu Menara

Day #4
Kamis, 7 November 2019
Universitas Ain Shams
Museum Nasional
Nilometer

“Barangsiapa yang ingin melihat perumpamaan surga, hendaklah ia melihat tanah Mesir ketika berbunga”
Al Hadits

Demikian gambaran untuk negeri gerbang ilmu dan memiliki sejarah terpanjang di dunia, dimulai dari 5000 tahun sebelum masehi. Terima kasih wahai Allah Swt. yang telah meridhai delegasi LKMA 2019 menginjakkan kaki di Negara Mesir hingga hari ini, sehingga kami dapat mengobservasi Mesir lebih dalam lagi.

Informasi mengenai Universitas Cairo yang menolak kunjungan kami sempat membuat kami kecewa, tetapi semangat kami takkan surut. Kami yakin bahwa nasrullah itu dekat, jika terus berjuang keras meraih mimpi dan memperbaiki diri. We know that Allah is the best planner!

Seperti biasa, kegiatan kami dimulai pukul 03.00 waktu setempat dengan melaksanakan salat Tahajud di kamar masing-masing.

Pukul 04.45 kami berkumpul untuk menunaikan Shalat Subuh berjama’ah, bertempat di lantai 5 untuk akhwat dan lobby untuk ikhwan. Tak lupa setelah shalat kami berkumpul di lobby untuk tilawah kurang lebih 30 menit. Finally, it’s time to breaskfast!. Kami tetap menanti sarapan ini meski selalu dihadapkan dengan menu yang sama. Ups, curhat nih ceritanya. Hehe..

“Alhamdulillah, kunjungan kita diterima oleh Universitas Ain Shams,” ucap Pak Kar dalam kegiatan evaluasi dan briefing pagi. Seketika bibir kami mengucapkan syukur tiada henti. Benar, pertolongan-Mu sungguh dekat. Kami langsung mendapat destinasi pengganti dari jadwal ke Universitas Cairo sebelumnya. Masya Allah..

Sesi evaluasi pagi berlanjut. Kali ini Pak Kar memberi tantangan untuk menjelaskan segala yang telah kami dapatkan selama LKMA ini. Pepatah mengatakan, Anda jual, kami beli.

Lima ikhwan dan lima akhwat dengan sigap berdiri bergantian. Kami mengungkapkan bahwa LKMA merupakan proses pembelajaran yang luar biasa. Banyak hal yang kami dapatkan, seperti meningkatkan kedisiplinan, menjadi pemimpin yang siap memimpin dan dipimpin, memiliki kepedulian yang tinggi pada teman dan lingkungan, dan selalu ingat untuk amar ma’ruf nahi munkar.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 waktu setempat. Kami harus segera berbaris rapi dan masuk ke dalam bus untuk memulai agenda hari ini. Let’s Start!.

Pukul 08.15 bus berangkat menuju Universitas Ain Shams. Kali ini kami tidak menyia-nyiakan waktu saat di perjalanan. Kami aktif bertanya pada guide guna melanjutkan aktivitas observasi. Ia menjelaskan bahwa Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, yang melewati 9 negara di Benua Afrika. Negara Mesir juga tidak hanya terletak pada Benua Afrika, namun ada juga yang berada di Benua Asia dengan persentase 6% dari luas wilayahnya.

Pukul 09.31 kami sampai di Fakultas Pendidikan Universitas Ain Shams. Kami segera turun dari bus dan berbaris rapi. Saat menuju ruangan, banyak mahasiswa yang menyapa dan memandangi kami sepanjang jalan. Mungkin mereka sedang melihat calon mahasiswa Ain Shams di masa yang akan datang. Hehe..

“Kunjungan kalian sangat menarik. Semoga kalian mendapat manfaat dari kunjungan kalian di fakultas bersejarah ini,” sambut Wakil Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Ain Shams, Prof. Dr. As’ad Abdul Khalid.

Setelah penyampaian sambutan selesai, ternyata alokasi waktu untuk kami tidaklah banyak. Spontan, salah satu teman kami Hafidhuddin Hamam maju membawa laptop dan bergegas menayangkan video LKMA tahun lalu. Ini dilakukan agar jajaran pimpinan Universitas Ain Shams walau durasinya sempit, namun tetap berkesempatan melihat perjuangan kami di LKMA. Alhamdulillah, acara dapat dipandu oleh master of ceremony andal, Nila Sari Asdia dan Qoriatun Hasanah dengan presentator Fikri Himawan dan Muhammad Azzam Hamiludin dengan kombinasi bahasa Arab dan bahasa Inggris. Mantap pisan penampilan mereka. Jempol.

Sesi tanya jawab pun dibuka. Salah satu anggota delegasi bertanya, “Pengangguran di Mesir mencapai 12% dan didominasi oleh usia produktif, bagaimana Universitas Ain Shams tetap dapat mencetak lulusan yang memiliki peluang kerja yang luas?” tanya Faris Abdurrahman.

Dr. As’ad Abdul Khalid menjawab, “Untuk menciptakan lulusan yang berpeluang kerja kami melakukan beberapa hal. Pertama, mengembangkan UMKM. Kedua, menerapkan pendidikan yang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan pasar. Ketiga, meningkatkan loyalitas para mahasiswa agar tidak hanya sekadar mendapatkan pekerjaan tapi juga menciptakan lapangan kerja.” Kereeen..

Alhamdulillah. Berbagai informasi dan jawaban yang telah disampaikan memberi gambaran kepada kami mengenai sistem pendidikan di Mesir. Ini juga semakin memudahkan kami dalam melaporkan hasil studi komparasi antara Indonesia dengan Mesir khususnya dalam bidang pendidikan.

Pukul 12.45 waktu setempat, kami melanjutkan perjalanan menuju Museum Nasional Mesir. Museum ini menyimpan lebih dari 120.000 barang bersejarah dari peradaban Mesir kuno. Sebelum kami memasuki museum, kami harus menggunakan headset khusus yang terhubung dengan guide kami, karena di dalam museum tidak diperkenankan untuk bersuara keras.

Subhanallah.. Begitu memasuki museum, mata kami langsung disambut oleh patung-patung besar dan ukiran-ukiran dengan bahasa yang tidak kami mengerti. Beberapa ukiran tampak berupa gambar-gambar sederhana seperti burung, manusia, tongkat, dan sebagainya.

Ternyata pada Masa Pertengahan, menurut guide kami, manusia sudah mempercayai bahwa ada tuhan yang menciptakan. Hanya saja karena pada masa itu belum ada Nabi yang diutus kepada mereka, sehingga penyembahan mereka salah arah. Ada yang menyembah ular, matahari, batu, dan sebagainya. Mereka juga sudah mempercayai bahwa akan ada kehidupan kedua setelah kematian. Ditunjukkan kepada kami beberapa makanan untuk bekal yang ditaruh dalam peti mayat. Namun ini bukan makanan asli ya, melainkan ukiran yang diserupai bentuknya seperti makanan.

Masya Allah.. Ternyata naluri menyembah itu merupakan fitrah manusia, bahkan sejak ribuan tahun yang lalu.

Pukul 14.50 waktu setempat, kami menuju Nilometer. Nilometer lebih dikenal sebagai titik pengukuran debit air Sungai Nil. Dari sini akan terdeteksi manakala sungai akan meluap maupun menyurut. Dari titik ini distribusi air menuju lahan-lahan pertanian diatur. Tempat ini pula yang diduga kuat merupakan tempat saat Gubernur ‘Amr bin Ash r.a. melempar surat yang ditulis oleh Umar bin Khatab. Surat itu ditulis untuk mengatasi kekeringan yang melanda sungai Nil dan sekaligus memutuskan tradisi menumbalkan perempuan perawan yang biasa dilakukan masyarakat agar Sungai Nil tidak mengalami kekeringan.

Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Amma Ba’du.
Wahai sungai Nil, hamba Allah, jika kau mengalir karena dirimu maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkanmu adalah Allah, maka kami mengadukanmu dan memohon kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk mengalirkanmu kembali.
Demikian kurang lebih isi surat tersebut.

Setelah melempar surat itu, sesaat kemudian dengan kuasa Allah SWT akhirnya Sungai Nil mengalir 16 hasta dalam semalam. Sungguh tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan aqidah, yang meningkat keimanan kami saat mengunjunginya. Alhamdulillah..

Demi menjadi insan yang utama, kami senantiasa melakukan evaluasi setiap harinya. Pemimpin sejati harus mengevaluasi diri dan terus memperbaiki diri. Evaluasi rutin harian pun kami lakukan. Evaluasi berjalan seperti biasa, hingga kami diberi tahu bahwa ada kabar baik untuk kami. Wah, apakah itu?

Bapak Rahmat Kurnia kemudian maju ke depan. Beliau menyampaikan pesan yang disampaikan oleh pihak Universitas Ain Shams. Alhamdulillah wa asy-syukru lillah, ternyata pihak universitas membuka peluang kepada kami untuk menyusun kerjasama khusus sehingga kami dapat dengan mudah menjadi mahasiswa nantinya. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..

Hari yang penuh ilmu, nikmat dan kabar baik untuk kami. Alhamdulillah.. Tak henti kami panjatkan syukur kepada-Nya. Tak lupa pula kami berdo’a, semoga lelah kami menjadi lillah. Semoga Allah SWT catat aktivitas ini sebagai amal ibadah bagi kami, orangtua, guru dan kakak-kakak alumni kami.

Hari esok telah menanti, dengan segala tantangannya. We born as Leader, so Allah already prepare not easy part for us.

Sumangat semuanya!
Allahu akbar!
Jayyid!

Reported by: Alfi Majiidah

Exit mobile version