Urgensitas Keteladanan Para Pencetak Generasi Pemimpin Ansharullah ‘Achieving The Impossible’

-

Urgensitas Keteladanan Para Pencetak Generasi Pemimpin Ansharullah ‘Achieving The Impossible’

Penulis: Irfah Zaidah

“Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berperan untuk masa yang akan datang”.
(Edgar Dale, Ahli Teknologi Pembelajaran; Penemu Teori Cone of Experience/Edgar Dale’s Pyramid of Learning).

Berbeda dengan raker (rapat kerja) yang telah dilaksanakan 4 hari sebelumnya (4-7 Juli 2022), raker 12 Juli 2022 terasa istimewa. Bertempat di Villa Edwin yang rindang, sejuk dan asri di kawasan Tamansari kabupaten Bogor. Gemericik air dari sungai dan kolam di sekeliling area villa, serta semilir angin nan sejuk seolah menjadi healing bagi manajemen dan para guru SMPIT Insantama yang sedang memasuki hari kelima raker yang cukup melelahkan di tahun ajaran baru 2022-2023. Raker terbagi menjadi 4 sesi; sesi 1 (Pak Dirsis), sesi 2 (Pak Wakakur), sesi 3 (Ibu Wakasarpras) dan sebagai closing sesi 4 (Tim Kesiswaan) dengan range waktu 08.00-14.45 WIB.

Yang tak kalah istimewanya dari raker tersebut, kehadiran Ustadz M. Karebet Widjajakusuma selaku Dirsis (Direktur Kesiswaan) SIT Insantama. Beliau famous dipanggil ‘Pak Kar’. “Umat sedang mencari jalan menuju kemuliaannya. Bagi seorang pendidik, bapak dan ibu guru sudah semestinya memiliki mimpi besar ‘Saya ingin dikenang sebagai pendidik yang menyiapkan generasi pemimpin Ansharullah’ “. Pak Kar memantik semangat para manajemen sekolah dan para guru yang hadir.

Pak Kar fokus menjelaskan tentang filosofis pembinaan kesiswaan “Posisi pembinaan kesiswaan membantu fungsi utama pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di SIT Insantama sesuai kredo, untuk SMPIT Insantama ‘Sekolah Calon Pemimpin’. Penampakan utamanya pada aspek Syakhshiyah Islamiyah; adab, akhlak, takdzim terhadap guru …”. Manajemen sekolah dan para guru antusias menyimak dan terlihat mencatat poin-poin penting penjelasan Pak Kar.

Satu hal yang sangat urgent untuk digaris bawahi dari reminder Pak Kar “Pendekatan seorang pendidik tidak cukup dengan sekadar memberikan nasihat dan teguran kepada siswa, yang lebih penting daripada itu adalah keteladanan”.

Bagaimana heroiknya keteladanan Shalahuddin Al Ayyubi ‘Sang Penakluk Al Quds’ pun diangkat menjadi ibrah oleh Pak Kar. Di saat Shalahuddin Al Ayyubi selalu memperhatikan tenda-tenda pasukannya pada sepertiga malam, apakah para pasukannya melaksanakan shalat tahajud ataukah tidak. Keesokan harinya, pada saat pasukan berbaris siap ke medan perang, Shalahuddin berteriak tegas dan lantang, “Barang siapa yang tidak melaksanakan shalat tahajud, tidak usah ikut perang!”

Strategi jenius Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel selain meriam, juga mengerahkan kapal perang dan pasukan khusus Janisari yang terlatih. Penaklukan ibu kota Byzantium memang tidaklah mudah, salah satu kegagalan itu karena keterbatasan serangan yang dilancarkan dari darat. Tibalah saat, Sultan Muhammad Al Fatih memerintahkan kapal perangnya agar diseret naik melalui Bukit Galata menuju ke Tanduk Emas (Golden Horn) dan memerintahkan pasukannya menguatkan al quwwah ar ruhiyyah (kekuatan spiritual) dengan taqarrub ilallah berpuasa sebelum serangan dilakukan. Hingga pada 29 Mei 1453, membawa hasil dengan takluknya Konstantinopel di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Al Fatih ‘The Conqueror’ (Sang Penakluk).

Bila disimpulkan dari 2 peristiwa heroik tersebut di atas, kunci kemenangan dan kesuksesan tak semata perkara fisik dan materi saja, lebih dari itu diperlukan biah shalihah diantaranya berupa ibadah shalat tahajud dan berpuasa.

Sekolah (Guru Insantama) harus memiliki effort untuk mewujudkan keteladanan lillah dan istiqamah terkait pelaksanaan biah shalihah, include semua pembiasaan amal shalih, adab dan akhlaq al karimah. Didukung juga 2 unsur lainnya terkait suksesnya penyelenggaraan pendidikan; peran orang tua (do’a, pola asuh orang tua) dan masyarakat (dukungan dan kontrol sosial). Bila mengingat wise word ‘Ucapan orang tua dan guru pun bisa menjadi do’a buat putra-putri (siswa-siswi). Guru dan orang tua sedapat mungkin menjaga perilaku dan ucapan, hanya berperilaku dan berucap yang makruf saja. Hingga nantinya 3 unsur pelaksana pendidikan (sekolah, orang tua, dan masyarakat) yang selaras dengan kredo SMPIT Insantama dapat berjalan sinergis dalam menyiapkan generasi pemimpin ansharullah.

Tak dapat dipungkiri untuk mewujudkan sinergitas memang tidaklah mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Jargon penaklukan Sultan Muhammad Al Fatih saat menemukan tingkat kesulitan tinggi pada saat proses penaklukan Konstantinopel ‘Achieving The Impossible’ sungguh inspiratif untuk menjadi fighting power booster saat para guru SMPIT Insantama ‘berjibaku’ untuk membimbing, membina dan mendidik generasi calon pemimpin ansharullah di tahun ajaran baru 2022-2023.

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

…. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(QS. Ali ‘Imran: 159).[]

Exit mobile version