Reportase Khas
Leadership and Management Training 4 (LMT 4) – Goes to Pare

Kelas IX SMPIT Insantama Bogor
Bizzartium Go To Pare
3 – 15 Januari 2019

Ahad, 6 Januari 2019
Day #3

Berguru Pada Sang Legenda

Sejuknya udara pagi ketiga di Pare membangunkan kami dari lelap. Tanpa basa-basi kami menyerbu kamar mandi. Bagaimana mungkin kami santai ? Bayangkan saja, kami yang ikhwan hanya bisa memakai lima kamar mandi dengan jumlah kami yang sebegitu banyaknya. Itu pun satunya ada di luar gedung. Eits, tapi jangan khawatir.. Mengakali kondisi kamar mandi yang terbatas. Kami harus bisa cepat beradaptasi. Speed n responsif! Selalu always… Dalam urusan mandi, kami berbagi diri dalam dua kloter. Dibekali dengan trik khusus mandi malam, kloter pertama mandi di malam hari sebelum tidur. Kemudian sisanya mandi di waktu Shubuh setelah bangun dari tidur. Yap, kamar mandi bukanlah alasan untuk telat mengikuti kegiatan.
✊🏻✊🏻✊🏻

***

Kami berjuang melaksanakan Sholat Tahajjud di masjid terdekat. Sebab suhu di sini tidak lebih nyaman buat sebagian besar kami. Panas. Jauh lebih panas dari Bogor… Jadilah kami pun selalu mandi keringat hampir setiap saat… Hehehe

Sambil menunggu datangnya waktu Shubuh, kami mengisi waktu dengan menghafal ayat-ayat pilihan. Yap, kami pun punya aganda tahfidz di sini. Agenda dilanjutkan dengan Sholat Shubuh berjama’ah, yang ditutup dengan Dzikir dan Do’a bersama.

***

Pare Challenge !!!
Nostalgia LMT2 dan LMT3 !!!

Yup, seperti namanya hari ini kami akan mengeksplorasi Pare lebih tajam dan lebih dalam !!!

Perjalanan diawali dengan mengkonsumsi satu telur rebus. Perjalanan dilakukan dengan berjalan. Rute yang dikelilingi ladang-ladang warga, plus suasana khas Pare di pagi hari, membuat siswa berjalan penuh semangat. Semangatt..!!!

Tak perlu waktu lama bagi kami untuk sampai di pos pertama, yaitu Taman Kilisuci. Di sana kami dibagi per kelompok untuk melakukan agenda You Speak. Masing-masing kelompok bebas memilih tempat ternyaman menurut mereka. Ada yang di rerumputan, pinggiran kolam, bahkan di atas jungkat-jungkit. Pokoknya, program-program yang disiapkan sangat seru bin menyenangkan..
😁

Perjalanan dilanjutkan menuju Masjid Darul Falah. Kaki para siswa yang sudah terasah kuat nan cekat, dihiasi betis yang membesar (maklum sudah 3 tahun di Insantama…hehehe) membuat waktu tempuh tak begitu lama. Sampai di sana, kami istirahat sejenak sembari menunggu datangnya tamu yang dari tadi kami tunggu, lebih tepatnya sih Tuan Rumah Sang Legenda. Sekotak nasi goreng lengkap dengan telur. Setelah menikmati sarapan pagi tahap tiga itu, tak lupa kami melaksanakan Sholat Dhuha.

***

Perjalanan dilanjutkan menuju BEC. BEC? Apa itu??

BEC atau Basic English Course adalah lembaga kursus tertua di Kampung Inggris. Jauh sebelum kami lahir, kursusan ini sudah berdiri. BEC didirikan tahun 1976 oleh seorang lekaki asli Kutai Kartanegara. Beliau biasa dipanggil Mr. Kalend. Alhamdulillah, pagi itu kami mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan beliau. Beliaulah Tuan Rumah kami yang spesial itu. Beliau legenda Kampung Pare! Kami harus mencari tahu mengapa para Pembina kami sebegitu keukeuhnya menyuruh kami bertemu dengan Beliau?
Eng ing eng ✊🏻✊🏻✊🏻

Forum pagi itu berlangsung sangat menyenangkan. Beliau tak mau model satu arah. Hanya mau jika diskusi yang dimulai oleh pertanyaan siswa!

Di luar dugaan Beliau, para siswa sangat antusias bergantian mengajukan pertanyaan. Dalam acara 90 menit efektif itu, tercatat 15 siswa silih berganti mengajukan pertanyaan. Mr. Kalend pun antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yg diberikan.

” Apa yang kita lakukan harus selalu mendapat berkah, berkah itu ketika apa yang kita lakukan mendatangkan kebaikan-kebaikan ”

” Ketika mempelajari suatu ilmu, termasuk bahasa, kita juga harus memperhatikan dan menjaga kebersihan hati kita ”

Ada yang unik di sana. Di atas aula tempat kami berkumpul, ada sebentang spanduk dipasang. Tulisannya kurang lebih seperti ini :

“Bagi anda yang berniat ingin belajar di BEC, harus berniat mau diatur dan bagi anad yang tidak mau diatur, kami mohon untuk membatalkan niatnya untuk belajar di BEC”

Moga Taufik yang tertarik pada spanduk itu menanyakan makna dari tulisan itu kepada Mr. Kalend.

“*Jadi kalau ada siswa yang tidak mau mengikuti aturan, maka akan kami pulangkan. Karena kami tidak mau repot dengan mereka” tegas Mr. Kalend. Sekilas, kami belajar, bahwa tidak cukup hanya niat sebagai modal kita dalam belajar. Harus ditambah dengan kesediaan ketaatan di dalamnya.

Sesi tanya jawab dilakukan kurang lebih 90 menit. Kemudian dilanjutkan foto bersama Mr. Kalend dan pamit kepada keluarga besar BEC.

Terik matahari makin ganas saja. Peluh bercucuran membasahi pakaian kami. Tapi bukan anak Insantama kalau tidak punya rasa penasaran yang tinggi.

Setelah rehat, sholat dan makan siang sejenak, tanpa basa-basi kami lanjut berkeliling untuk melakukan observasi dan wawancara sebagai bahan untuk kami analisis dan menentukan SWOT yang dimiliki Kampung Pare ini. Bekal kami saat LMT3 Bedah Desa dulu. Bedanya, kini kami dituntut hanya dalam waktu 30 menit harus bisa menganalisis SWOT! Hadapi !

Panasnya matahari tak menyurutkan langkah-langkah kami. Dengan cekatan kami mendatangi beberapa penduduk setempat dengan latar belakang berbeda. Kami melakukan wawancara dengan pedagang, petugas keamanan, ibu rumah tangga, dan sejumlah warga lainnya. Setelah berkeliling melakukan wawancara, kami kembali berkumpul untuk mengolah hasil observasi dan wawancara tadi untuk menentukan kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang dimiliki kota Pare ini.

Oh iya, dalam sesi ini kami diizinkan membeli merchandise dan buah tangan khas Pare. Bahkan kami jadikan sebagai pengantar wawancara… Hehehe. Kami dibagi dalam dua kelompok. Mulai dari gantungan kunci, miniatur, hingga baju kaos Pare mereka beli sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman di Bogor.

Lanjut…

Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil analisis yang mereka lakukan. Secara bergantian perwakilan kelompok maju kedepan mengutarakan hasilnya. Presentasi menggunakan Bahasa Inggris. Mereka berhasil mengidentifikasi poin-poin kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dari Kota Pare dalam waktu yang sangat singkat. Tiga puluh menit untuk observasi dan wawancara, dan 30 menit selanjutnya untuk berdiskusi. Beberapa hasil analisis mereka mengatakan, bahwa salah satu kekuatan yang dimiliki Pare adalah banyaknya lembaga kursus Bahasa Inggris yang menarik banyak siswa untuk datang berbondong-bondong ke tempat ini. Banyaknya siswa yang datang berdampak pada aktivitas ekonomi penduduk sekitar yang meningkat. Sejumlah warga yang diwawancara memberi apresiasi, ‘wah ini kerjaan mahasiswa dilakukan siswa SMP!’ Tim Tutor pun geleng-geleng tanda ekspresi. Pertama karena waktunya super singkat. Kedua mengolah dan menyampaikannya harus dalam bahasa Inggris ! Hemmm. Kalau Pendamping jangan ditanya lagi!
😊

Setelah melakukan presentasi, kami kembali ke camp untuk bersih diri dan makan. Mengambil rute berbeda sambil tetap observasi.

Nah, ini nih yang paling ditunggu-tunggu.

It’s time to call parents !!!

Sesaat setelah hp selesai dibagikan. Kami tenggelam dalam pembicaraan via telpon dengan orang tua kami. Melepas rindu. Memberi kabar. Bertanya keadaan. Berbagi cerita.
Saling mendokan. Kami sangat senang rasanya. Waktu 60 menit pun tak cukup rasanya. Tapi, kami mesti tahu diri, kami tak boleh cengeng. Perjalanan kami masih panjang. Umat menanti kami! Apa jadinya kalau kami menyerah di tengah jalan?
Insya Allah akan kami kabari lagi di kesempatan lain wahai Ibunda dan Ayahanda di rumah.

Doakan anakmu selalu sehat dan dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya di tempat ini. Karena ini bagian penting dari persiapan kami yang tak boleh kami sia-siakan! Dunia menanti kami!

Salam rindu dari kami para pemimpin masa depan…

Reported by Aslam