PEMIMPIN SHALIH YES! RUWAIBIDHAH NO!

0
1578

Reportase:
SaTu Insantama
(Masa Ta’aruf Siswa Insantama) 2019-2020

PEMIMPIN SHALIH YES !
RUWAIBIDHAH NO !

Derap kaki siswa ikhwan dan akhwat SMPIT Insantama Bogor melangkah dengan penuh semangat menuju ke lantai 2 MPI (Masjid Pendidikan Insantama). Wajah – wajah ceria mereka membuat gurunya pun tervibrasi oleh semangat mereka. Mereka siswa – siswi yang shalih dan shalihah, bahkan mengingatkan para gurunya bahwa siang ini jangan sampai terlambat untuk mengikuti acara “Nasihat Ulama” yang merupakan salah satu rangkaian dari agenda SaTu Insantama (Masa Ta’aruf Siswa Insantama) 2019-2020.

Di sebakda shalat Jum’at 9 Agustus 2019, bertepatan dengan hari puasa tarwiyah yaitu 8 Dzulqa’da 1440 Hijriyah. Sungguh siang ini adalah siang yang hangat, istimewa dan penuh barakah. Karena, ustadz Muhibudin, SHI selaku kepala Islamic Boarding School of Insantama akan berkenan hadir dan memberikan ilmu, taushiyah serta pencerahannya. Alhamdulillah …..

Tema yang diangkat dalam acara ini adalah “Pemimpin Shalih, Dambaan Umat”. Mengawali taushiyah, ustadz Muhib -demikian kami memanggil beliau- me-refresh hadits tentang kepemimpinan yang teksnya sebagai berikut:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Ibn Umar RA berkata : Saya telah mendengar rasulullah SAW bersabda : Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara harta/barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Maka kamu sekalian pemimpin akan mempertanggungjawabkan tentang kepemimpinan kalian terhadap rakyat.
(HR. Bukhari & Muslim)

Kemudian untuk lebih mempertajam dan memfokuskan pembahasan di siang itu, ustadz Muhib mengerucutkan fokus pembahasan pada kepemimpinan per-individu manusia. Maka di sini ustadz Muhib mengajak semua siswa untuk muhasabah diri, tentang keberadaan kita di dunia ini diberi tugas (duty) oleh Allah SWT yaitu menjadi pemimpin yang membawa misi perubahan “The agent of change“. Dan setiap manusia akan ditanya tentang kepemimpinan sesuai perannya masing-masing. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut:

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Artinya:
Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati. (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Dan, selanjutnya ustadz Muhib membantu para siswa untuk menggarisbawahi tentang apa yang menjadi syarat kepemimpinan seorang muslim, yaitu ada 2 hal berikut ini:
1. Qawiyyun/Kafaah/Mampu
Jika seseorang itu tidak mampu memimpin, tetapi memaksakan diri untuk menjadi pemimpin maka itulah yang disebut sebagai ruwaibidhah (Pemimpin yang bodoh)
2. Amanah
Dan pada titik pembahasan ini, ustadz Muhib mengingatkan bahwa pembahasan pada point 2 yaitu tentang amanah lebih banyak dan lebih rinci pengupasannya di dalam Islam dibandingkan pembahasan pada point 1. Diantaranya adalah firman Allah SWT dalam QS. Al Anfaal ayat 27:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Dan juga dijelaskan tentang pentingnya amanah dalam hadits berikut ini:

Laa iimana liman laa amanata lahu, wa laa diina liman laa ‘ahda lahu
(Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa menepati janjinya).
(HR Ahmad).

Waktu pun bergulir, hingga di hari yang semakin sore ustadz Muhib menekankan kembali kepada para siswa tentang betapa pentingnya sikap-sikap kepemimpinan dan adab Islam terutama sikap amanah. Dan bukti terkuat dari sikap amanah seorang pemimpin adalah dia mau dan mampu menerapkan syari’ah Allah SWT dengan kaaffah dan istiqamah.

Di penghujung acara ustadz Muhib berdialog dengan para siswa, dengan membuka forum tanya jawab dan beliau cukup dibuat terkesima karena secara tak disangka ternyata para siswa banyak sekali yang antusias mengacungkan tangan sebagai tanda mereka speed and responsive terkait pertanyaan yang dilontarkan oleh ustadz Muhib, karena waktu yang terbatas maka ustadz Muhib memilih beberapa siswa diantara siswa yang menjawab adalah Telaga Kautsar dan Haifah dari kelas 9, Rafsyaa dan Atikah dari kelas 8 dan ada juga siswa baru tetapi pemberani dalam kebenaran yaitu Asma dari kelas 7.

Semoga dari pertemuan ini, akan lahir generasi calon pemimpin yang menjalankan tugas kepemimpinannya dengan penuh amanah yaitu generasi calon pemimpin yang shalih dan mushlih yang peduli terhadap kebangkitan Islam dan kemuliaan umat. In syaa Allah, aamiin…

Penulis: Irfah Zaidah