MENUJU HUSNUL KHATIMAH

-

MENUJU HUSNUL KHATIMAH

Penulis: Irfah Zaidah

Husnul khatimah bukan ditunggu tapi diupayakan oleh setiap kaum muslimin.

Jalan menuju husnul khatimah ada qarinah (indikasi – indikasinya) sebagaimana tergambar dalam sebuah hadits yang berisi dialog antara Rasulullah Muhammad SAW dengan shahabat beliau:
Rasul bersabda “Jika Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Allah menjadikan dia beramal(shalih)” Shahabat bertanya: “Bagaimana Allah SWT membuat dia beramal ya Rasulullah ?” Rasulullah menjawab “Allah SWT akan memberikan hidayah/petunjuk kepadanya (untuk beramal shalih) sebelum kematiannya dan kemudian dia menggenggam hidayah tersebut hingga kematiannya. Sehingga dia mati dalam keadaan beramal shalih”

Sebagai syawahid atau penguat maka dalam hadits yang lain disebutkan dengan kalimat:
“Allah membukakan amal shalih sebelum kematiannya hingga ridha kepadanya orang – orang di sekitarnya”.

Atau dalam hadits yang lain dengan kalimat yang lain:
“Jika Allah SWT menghendaki kebaikan kepada seorang hamba maka hamba tersebut akan DILEZATKAN untuk beramal shalih”. Kemudian shahabat bertanya: “Bagaimana caranya dia dilezatkan ya Rasulullah ?” Rasulullah bersabda “Allah SWT membukakan pintu amal shalih sebelum kematiannya dan menjadikannya mati dalam keadaan itu (beramal shalih )”.

Manusia akan nampak sebagai hamba yang husnul khatimah ataukah tidak, itu dilihat pada amal yang dia lakukan dipenghujung hidupnya: banyak beramal shalih ataukah tidak.

Dari sinilah manusia harus interospeksi diri, di sisa umurnya apalagi jika umurnya sudah 40 tahun ke atas: Apakah tanda – tanda akhir hidupnya mengarah kepada husnul khatimah atau su’ul khatimah ?

MEWUJUDKAN SEBAB-SEBAB HUSNUL KHATIMAH

1. Istiqamah dalam menaati Allah SWT

Allah SWT mencintai hamba yang beramal meskipun sedikit tetapi dilakukan secara istimror (terus – menerus) hingga akhir hayatnya.

2. Selalu husnudzan billah (Selalu berbaik sangka kepada Allah SWT).

Ciri-ciri husnudzan billah ada 3:
1. Tawakkal ‘alallah
Penyerahan diri secara totalitas hanya kepada Allah SWT semata. Selalu menyandarkan apapun yang terjadi dalam hidupnya hanya kepada Allah SWT semata.
2. Tsabat
Yaitu kokoh terhadap keyakinan husnudzan billah sepenuhnya.
3. Raja’
Hanya berharap keputusan terbaik dari Allah SWT.

Dalam keseharian kita berusaha untuk selalu:
1. Jujur
Tidak berdusta
“Tidak lurus iman seseorang, sebelum lurus hatinya. Dan tidak lurus hatinya sebelum lurus lisannya”
(Al Hadits).
2. Bertaqwa:
Melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganNYA, dengan demikian dia akan selalu bersikap hati – hati karena takut kepada Allah SWT.
3. Bertaubat
Banyak bertaubat sebelum datangnya kematian.
4. Banyak mengingat mati dan pendek angan -angan, bahkan harus fastabiqul khayraat (berlomba dalam kebaikan/tidak menunda – nunda amal shalih dan ibadah)
5. Berorientasi akhirat
Dalam pandangannya, akhirat ada di depannya.
Yaitu apapun yang dilakukannya selalu berorientasi AKHIRAT (berharap menjadi penduduk Al Jannah dan waspada dari siksa An Naar).
6. Lebih banyak mendekat dan banyak bersahabat dengan ahlul khayr dan shalih (Pelaku Kebaikan dan Amal Shalih).

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah: 8).[]

*Disampaikan:
oleh Al Mukarrom Kyai Muhibuddin
Pada MT FOSIS (Sebelum Pandemi)

 

Exit mobile version