REPORTASE KHAS
LKMA 2018 ‘ADVANCE TO NEW ZEALAND’
Minggu-Senin, 4-12 November 2018
Day 1
Senin, 5 November 2018
Alhamdulillah, biidznillah wa binashrillah Delegasi LKMA 2018 ‘Advance to New Zealand’ dengan selamat mendarat dan menapakkan kakinya di Negeri Kiwi, yaitu New Zealand.
Beribu syukur tak henti diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, Allah SWT, yang telah memudahkan segala urusan kami.
Saat turun dari pesawat kami segera dibariskan dengan tertib untuk mendengarkan instruksi dari pembina. Pembina memperjelas kembali cara mengisi Arrival Card. Wait, what’s that? Arrival card adalah sebuah kartu (well, bahannya sih lbh cocok seperti kertas) yang berisi klaim dari setiap orang yang akan memasuki New Zealand.
Apa saja isinya? Banyak dan berbagai macam info, seperti apakah membawa barang yang dilarang di sini (seperti senjata), hingga makanan fresh seperti daging dan buah.
Loh, ribet banget ya?
Ya, karena New Zealand adalah negara yang sangat menjaga keamanannya dan mengedepankan kedisiplinan, serta ingin menjaga ekosistem yang ada. Alhamdulillah, kami melalui para pembina telah menjajaginya dengan baik. Mulai dari menghubungi Kedubes New Zealand di Jakarta, konfirmasi ke Kedubes Indonesia di Wellington, hingga survey untuk langsung mengecek ke lapangan. Bahkan h-4 keberangkatan, Bu Karmela yg selama ini sudah membantu kami dari Bagian Pendidikan Kedubes New Zealand pun berkenan datang ke sekolah memberikan kuliah umum. Strategi pun disiapkan matang, perlengkapan dan ransum pun dibawa khusus dalam koper tambahan untuk memudahkan pemeriksaan di pabean New Zealand. Alhamdulillah strategi ini pun nantinya terbukti ampuh. Alhamdulillah.
Mentari pagi terbit dari garis horizontalnya, menghiasi udara kering negeri kiwi. Delegasi berbaris rapi untuk mengambil kopernya masing-masing, untuk melewati berbagai rangkaian pengecekan barang di imigrasi dan custom. Meskipun terdapat beberapa pertanyaan kecil, karena sepertinya mereka belum pernah melihat ada ransum seperti yg kami bawa tapi itu tidak berarti karena para pembina dan Pak Salim selalu sigap menangani. Anandas juga mulai dilatih untuk satu per satu ditanya oleh petugas imigrasi dan custom. Grogi, tapi wajar karena baru sampai pagi ini. Hehehe..
Alhamdulillah tidak ada masalah berarti dalam pengambilan barang. Semua barang kami bisa masuk. Petugas pun tersenyum melihat rombongan the big number kami beserta semua barang kami. Alhamdulillah. Begitu kaki kami melangkah dari pintu keluar, angin sejuk kota Auckland mengucapkan selamat datang dengan caranya. Wush..
Masih setengah percaya bahwa kaki telah berpijak diatas tanah ini. Apakah kerja keras kami selama ini sudah membuahkan hasil? Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh penglihatan mata dan perasaan hati. Fa idza azzamta, fatawakkal ‘alallah..
Gerimis menemani saat kami singgah di Masjid Al-Maqtoum untuk sedekah pagi dari 360 sendi. Apa itu saudara-saudara? Yak! Apalagi kalau bukan sholat Dhuha 🙂
Kami ingin tempat pertama yang kami kunjungi adalah rumah Allah yang senantiasa terbuka untuk hambanya. Kami juga istirahat sejenak, menikmati khidmatnya suasana masjid di Auckland.
Jam menunjukkan pukul 10:00 waktu Auckland. Saatnya kami bersilaturahmi ke destinasi pertama: salah satu sekolah muslim di Auckland, yaitu Al-Madinah School. Guru, staff serta siswa menyambut kedatangan kami dengan antusias bahkan memberikan kejutan dengan berbagai tampilan mulai dari club masak, nasyid, tarian tradisional (poidance), bahkan kuis seputar New Zealand. Sebelumnya, kami pun disinggahkan untuk melihat farm sekolah, sebuah lahan kosong seluas 2 hektar yang dikelola sekolah untuk wahana pendidikan pertanian. Masya Allah.
Sebagai timbal balik tim Angklung dan tim Saman menunjukkan perfom terbaiknya betapa antusiasnya siswi al-madinah school mendengarkan melodi yang keluar dari seperangkat angklung terutama saat yang dimainkan adalah lagu kebangsaan mereka , God Defend New Zealand terlihat wajah-wajah bersemangat dari mereka.
Kegiatan dilanjutkan dengan tour de campus, delegasi diajak untuk mengenal bagian-bagian AMS mulai dari kelas terkecil sampai tertinggi. Mereka terlihat senang sekali saat beberapa dari kami ikut bermain di taman. Kegiatan ditutup dengan makan bersama. Kami mendapatkan banyak sekali pelajaran dan kebahagiaan di sini. Singkat, namun bermakna.
Syekh Asin Ali, Kepala Sekolah, mengapresiasi kami. ‘Kita ini berbeda asal, tapi kita disatukan di sini dengan Islam! Kalian menampilkan Islam. Kalian juga memilih menampilkan budaya yang tidak bertentangan dengan Islam. Saya respek pada Kalian. Karena itu istiqomahlah pada Islam!’
“Sesungguhnya sesama Muslim itu bersaudara”. Mungkin itu adalah kata yang tepat untuk mengambarkan kebersaman di AMS pagi ini , enggan rasanya berpisah akan tetapi kami harus rela melanjutkan perjalanan LKMA ini dan semoga Allah SWT mempertemukan kami kembali suatu saat nanti di jannah-NYA.. amiin allahumma amin.
Setelah dari Al Madinah School, kami kembali lagi ke Masjid Al Maqtoum untuk makan siang bersama dan dilanjutkan dengan sholat dzuhur yang dijamak dengan sholat ashar. Setelah itu kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke salah satu Universitas yang akan kami kunjungi, yaitu Massey University Auckland campus menggunakan bis yang sama dengan sebelumnya. Sepertinya bis ini akan menjadi teman setia kami selama perjalanan di New Zealand.
It’s already 2.50 PM.
Alhamdulillah sampai juga di Massey. Saat kami menapakkan kaki di salah satu kampus terbaik di NZ. Seperti biasa, angin dingin setia menyapa meskipun sekarang sedang summer di negeri paling selatan ini.
Di Massey, kami disambut oleh Mr. Bryan dan diajak mengunjungi beberapa fasilitas yang disediakan oleh universitas tersebut. Setelah beranjak dari titik awal kami di depan kafetaria, kami berjalan kaki ke beberapa tempat sambil mendengarkan cerita inspiratif yang di lontarkan oleh “Mas” Brian. Ya… hitung-hitung kami Luminary latihan listening sebelum kami menghadapi UNBK nantinya.
Kami mengunjungi beberapa tempat, termasuk gedung untuk olahraga. Ada gym, lapangan indoor, dan berbagai fasilitas lain. Setelah berkeliling, kami akhirnya berhenti dan membuat forum di Group Fitness Studio yang saat itu sedang tidak ada pemakainya. Mr. Bryan pun akhirnya menjelaskan keunikan, program spesial, dan lain sebagainya mengenai Massey University.
Sesi QnA pun di buka seperti biasanya. Betapa antusias kami bertanya. Ada salah satu siswa yaitu Imtihani yang bertanya “Is there any particular achievement that have been give by massey university?”
Mr. Brian menjawab “Obviosly its not really that franky and I think the achievement is long term for example we re a helping a farmers in agriculture….”
Seperti di kunjungan-kunjungan yang sebelumnya, kali ini kami juga mempersembahkan angklung dengan membawakan lagu Kebangsaan Selandia Baru, God Defend New Zealand dan juga presentasi singkat oleh kawan kami, Ariefta Vera Utami. Mr. Brian sangat respek pada kami. Ini program unik katanya. Kalian masih muda tapi mampu melakukannya seperti layaknya profesional.
Setelah acara usai, kami kembali bergegas menuju bus sambil menerjang rintikan hujan yang jatuh. Bus pun siap mengantarkan kami kembali ke Masjid Al Maqtoum.
Sesampainya di Masjid, tepatnya pukul 5.00 PM, kami melanjutkan aktivitas persiapan menuju Wellington. Kami juga diperkenankan untuk rehat sejenak. Saat usai sholat maghrib yang dijamak dengan isya, kini saatnya kami bertolak dari Auckland menuju Wellington menggunakan bis nyaman kami. Bis ini sebenarnya adalah bis sekolah, namun sudah seperti bis wisata. Bis yg nyaman dengan harga paling murah yang kami dapatkan. Alhamdulillah.
Dari kemarin hingga hari ini, kami terus belajar. Banyak hal yang kami dapatkan. Tak hanya studi tentang kepemimpinan dan manajemen pembangunan tapi juga lainnya yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Ini benar-benar latihan untuk mempraktekkan semua ilmu yang sudah kami dapatkan. Termasuk fiqhus safar! Kami juga melihat bagaimana mereka begitu menghormati kedatangan kami. Alhamdulillah.
Wah kalau sudah begini.. seperti apa ya Wellington nanti?
Tetap sabar dan pantau terus perkembangan kami ya 🙂
Bi idznillah..
Wellington, kami datang….!
Reported by Salwa, Sifwah dan Ilmi