LIPUTAN KHAS PERMATA 19/20 SMPIT Insantama: Kami Tidak Mengenal Kata Menyerah

-

LIPUTAN KHAS PERMATA 19/20
SMPIT Insantama

Kami Tidak Mengenal Kata Menyerah

Embun pagi baru saja turun dari puncak Salak. Serangga malam tengah bernyanyi menyambut purnama yang tersibak dini hari tersebut. Jarum jam menunjuk pukul setengah dua. Orang-orang masih terlelap menuai mimpi, namun anandas peserta PERMATA telah memulai beraktifitas. Hari kedua adalah hari penuh tantangan. Anandas ikhwan memulai aktifitas sejak dini hari. Mental Exercise adalah aktifitas pertama bagi anandas ikhwan.

Apa itu Mental Exercise? Ini bukan sekedar acara Jurit Malam yang biasanya jadi ajang keisengan panitia. Acara Mental Exercise lebih mengedepankan latihan mental pada para peserta. Peserta diuji mentalnya hingga tingkat tertinggi untuk usia mereka. Bahwa yang paling menakutkan adalah ketakutan itu sendiri. Berjalan di tengah kegelapan adalah ujiannya. Mereka yang memiliki keberanian maka memiliki tingkat konsentrasi tertinggi dan mampu melewati jalur tantangan dengan aman, karena jalur tersebut telah mereka lewati pada siang sebelumnya.

Usai melewati ujian Mental Exercise, anandas melanjutkan pada acara Muhasabah Diri. Siapapun diri mereka, sejatinya hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib tunduk taat kepadaNya. Inilah inti dari latihan kepemimpinan, karena pemimpin sejati bukanlah mereka yang paling kuat dan cerdas tapi yang paling bertakwa. Muhasabah Diri ini meliputi Qiyamul Lail hingga Sholat Shubuh berjamaah.

Matahari mulai terbit, anandas berolahraga dan mengikuti permainan santai. Usai sarapan dan bersih diri, ananda kembali berkumpul di lapangan. Inilah saatnya acara utama di hari kedua;mendirikan tiang bendera dari rotan. Acara mendirikan tiang bendera ini menjadi semacam gengsi bagi tiap angkatan. Tiap angkatan seakan ingin berlomba sebagai yang tertinggi serta tercepat dalam mendirikan tiang bendera rotan. Di sisi lain, mendirikan tiang bendera membutuhkan kerjasama tim, kekompakan, kecerdasan strategi, kesabaran, kegigihan, dan mental yang kuat.

Setelah mendapatkan arahan dari kak Triana dan kak Muslim, tim akhwat yang terdiri dari dua kelompok dan tim ikhwan yang terdiri dari dua kelompok mulai menyiapkan tongkat-tongkat rotan, tali temali, dan pasak-pasak. Jam menunjukkan pukul 08.30, it’s showtime!!

Mentari siang menaungi bumi perkemahan. Peluh mulai bertetesan, tapi show must go on. Belum ada satupun tiang yang berdiri, tapi tidak ada kata menyerah. Segala usaha telah dilakukan, saatnya meminta kepada Dzat Yang Mengabulkan Segala Permintaan, sholat Dhuhur berjamaah dilaksanakan, doa dipanjatkan. Rehat sejenak dilakuka, diselingi makan siang untuk menambah asupan energi. Kerja cerdas dan kerja keras kembali dilanjutkan, saatnya mengukir sejarah.

Sore mulai menjelang, hujan kembali rutin menyambangi lereng-lereng gunung Salak. Belum ada kata menyerah dari para anandas. Memang benar adanya, tidak ada yang bisa mengusir semangat mereka yang sedang ingin mengukir sejarah. Tenaga boleh mulai tandas, tapi tekad mendirikan tiang bendera tak musnah dari dada anandas.

Pukul 16.30, tiang pertama berhasil tegak oleh kelompok akhwat. 8 jam mengeluarkan segala daya upaya, terbayar sudah dengan tegaknya tiang bendera rotan dengan gagah.

Gelap mulai merambat, senja datang dan puncak Salak mulai menghilang berselimut halimun. Belum satupun tiang bendera tegak oleh tim ikhwan. Tapi selama lurus tiang rotan, liat tali-temali, dan kukuh pasak besi, tak ada kata menyerah dalam dada kami.

(Ayah-Bunda, doakan kami agar meraih cita tertinggi)

bersambung…
(Fajar_Duta)

 

Exit mobile version