Jadilah Generasi Rabbani, Bukan Sekadar Generasi Ramadhani
Penulis: Irfah Zaidah
“Ramadhan boleh saja berlalu dari hidup kita, tetapi Rabbul Ramadhan, Al Khaliq -Pencipta Ramadhan- Hayyun La Yamuut. Allah SWT akan tetap hidup dan tak kan pernah mati. Itu artinya ketaatan kita harus sepanjang hayat kita, jangan taat sebatas Ramadhan saja. Maka, kita harus menjadi ‘Generasi Rabbani bukan sekadar menjadi Generasi Ramadhani’.
Memang sangat manusiawi, setiap perpisahan terhadap apa saja yang kita sayangi akan mengiris hati. Manusiawi pula, hati kita menjadi sedih, saat harus kehilangan sesuatu yang bermakna dan berharga dalam hidup kita. Namun, apa daya; Setiap pertemuan, pasti ada saat perpisahan. Cepat atau lambat, suka atau kita tak suka itu terjadi. Begitu pada galibnya ketentuan ‘Hukum Alam’ terjadi di dunia fana ini.
Ramadhan 1443 H pun demikian, tak terasa ‘kan berlalu meninggalkan kita di usianya yang telah memasuki hitungan hari ke 29. Pastinya, menyisakan sedih, perih dan teriris di hati, terasa ‘terselip bawang’ di kelopak mata, berkaca-kaca, suara pun bergetar menahan keharuan.
Sabtu, 30/04/22 sebakda subuh, Ustadz Dr. Muhammad Rahmat Kurnia -selaku Imam Besar Masjid Pendidikan Insantama (MPI)- selain memberikan nasihat sebagaimana tertera pada ‘lead’ tulisan ini, beliau juga melanjutkan wejangan, “Pada satu sisi, kita selayaknya merasa sedih atas ‘kepergian’ Ramadhan. Namun di sisi yang lain, di penghujung Ramadhan kita layak juga untuk bergembira, mengekspresikan kegembiraan kita dengan melantunkan takbir, tahlil dan juga tahmid untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal 1443 H). Namun, tak sebatas bergembira; Kita harus membangun komitmen dan merealisasikan serta melanjutkan di luar Ramadhan, apa yang sudah kita laksanakan selama Ramadhan.” Papar beliau mantap dan bersemangat.
Siapa yang tak sedih ditinggal Ramadhan ? Mukmin wal mukminat pasti sedih. Mengingat betapa mulianya bulan ini; Beribadah di bulan ini, Allah SWT mudahkan dosa-dosa diampuni, doa-doa di-ijabah, pahala dilipatgandakan serta berbagai ‘keajaiban dan kenikmatan’ lainnya.
Terdengar suara bergetar dari Ustadz Rahmat dan beliau pun tersedu sambil menuntun peserta i’tikaf Ramadhan baik jamaah ikhwan di lantai 2 maupun akhwat di lantai 3 MPI, untuk membaca doa dari Rasulullah Muhammad SAW yang beliau ajarkan kepada salah satu sahabat terkasih beliau; Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu saat Ramadhan berakhir yang terjadi pada zaman Rasul SAW
اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْع لْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا
“Ya Allah, janganlah Kau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai Bulan Ramadhan terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang mendapat rahmat-Mu (Engkau sayangi) dan janganlah Engkau jadikan aku orang yang malang (terhalang dari rahmat kasih sayang-Mu)”.
“Alhamdulillah. Sesi pertama ‘Taklim Bakda Subuh’ pun tuntas, kini kita akan ikuti sesi kedua yaitu ‘Penutupan Kegiatan I’tikaf’ secara resmi akan dipimpin oleh Ustadz Ir. Muhammad Adhi Maretnas Harapan”. ujar MC kali ini Ustadz Kurnia Wahyudi, beliau salah satu tim manajemen IBS (Islamic Boarding School) Insantama. Beliau juga salah satu tim panitia i’tikaf, selama 9 hari terakhir Ramadhan, memakmurkan masjid dan mengawal pelaksanaan i’tikaf di MPI bersama tim panitia lainnya, diantaranya; Ustadz Sanudin, Bapak Mastah, Ibu Ody Rodiyah, dan Ibu Popon Fathonah.
“Jazakumullahu khayran katsiiraan, terima kasih kepada seluruh jama’ah i’tikaf; Seluruh siswa dan santri boarding, seluruh guru, keluarga besar Insantama dan tim panitia i’tikaf yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan tempat dan segala sesuatunya termasuk mempersiapkan makan sahur, bahkan jam 02.00 WIB pun sudah sibuk menyiapkan makan sahur jama’ah i’tikaf. Semoga Allah SWT memberikan ridha dan pahala-Nya kepada semuanya yang turut menyukseskan kegiatan i’tikaf ini dan semoga semangat ibadah Ramadhan tetap berlanjut di hari-hari ke depan kita”. Demikian ustadz Adhi memberikan sambutan dengan penuh keramahan beliau. Tak lupa beliau pun mengingatkan tentang ‘Keutamaan memakmurkan masjid-masjid Allah SWT’ sebagaimana tertera dalam QS. At Taubah: 18.
Sambutan dari salah satu peserta; Bapak Imam Syafii, yang berharap dan berdoa semoga Allah SWT berkahi segala amal ibadah Ramadhan yang telah dilaksanakan dan semoga Allah SWT izinkan kita semua bertemu lagi dan beribadah Ramadhan di tahun depan dalam kondisi sehat wal ‘afiat. Insyaa Allah, aamiin. Mushafahah yang mengharukan dan saling mendoakan kebaikan, menutup seluruh rangkaian acara.[]
—–
Pantun Ustadz Adhi
“Shalat tarawih di MPI, jangan lupa memakai topi”
“Cakeeeeep !”
“Meskipun Ramadhan akan segera pergi, semangat ibadah tak boleh berhenti!”