Inilah Kebiasaan Pelajar SMPIT Insantama Sebelum Memulai Belajar

-

Lantunan asmaul husna para siswa SMPIT Insantama di pagi hari mengiringi kedatangan siswa-siswi yang lain. Semangat pagi dengan intipan sang fajar, menghangatkan badan untuk memasuki gedung sekolah. Satu persatu siswa meletakkan sepatu di rak dan menempatkan tas di dalam tas.

Jam menunjukkan pukul 07.15 WIB pagi merupakan waktu permulaan proses pembelajaran di sekolah. Semua siswa ikhwan setelah meletakkan tas dan bersuci wudhu, langsung bergegas ke auditorium lantai tiga dengan membawa Al-Qur’an. Membutuhkan semangat dan energi luar biasa untuk bergerak menapaki anak tangga menuju lantai tiga.

Sementara siswi akhwat, berkumpul di koridor lantai dua dengan pelaksanaan kegiataan yang sama dengan siswa ikhwan, secara serentak membaca asmaul husna dan Al-Qur’an. Bagi siswa yang telat datang ke sekolah, tim OSIS akan mencatat namanya dan data nama tersebut diserahkan ke bagian Wakasek Kesiswaan. Umumnya bagi siswa datang telat akan mendapat sanksi menulis atau menyalin beberapa ayat Al-Qur’an. Walau sederhana, sanksi tersebut sangat berkesan dan tergolong berat karena ayat yang disalin adalah ayat-ayat dalam Surah Al-Baqarah yang jumlah ayatnya lebih dari 30 ayat.

Kegiatan rutinitas pagi ini merupakan aktivitas dalam penataan tim OSIS. Dari mencatat nama-nama siswa yang telat datang, mengatur barisan shaf hingga para petugas yang memimpin bacaan tersebut merupakan jadwal bergilir yang dibuat oleh tim OSIS. Suasana syahdu dengan pembacaan Al-Qur’an bersama membawa kondisi jiwa bersih dan siap mengawali hari menerima materi pembelajaran.

pembacaan Al-Qur’an pun ditutup dengan membaca doa menjelang belajar. “Rabbi zidna ilman warzukna fahman (Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kami dan rezki kepada kami berupa pemahaman),” tutup Tubagus, siswa kelas 9, yang diikuti seluruh siswa kelas 7-9.

Dorongan nilai doa bersama semakin menguatkan totalitas dalam menerima pembelajaran setiap harinya.

Berbeda halnya dengan hari Jumat, petugas OSIS melakukan pengecekan kuku para siswa. Jika kedapatan ada yang masih memiliki kuku yang panjang, maka harus menggunakan gunting kuku massal. Bagi sebagian siswa merasa jijik, namun itu menjadi wujud pembelajaran agar selalu menjaga kebersihan diri. Tak cukup sampai di sini, petugas OSIS juga menyebarkan keropak melalui amir dan amiroh kelas agar para siswa terbiasa melakukan infaq shadaqah masjid. Kebiasaan yang baik ini merupakan bagian proses pembelajaran pembentukan kepribadian Islam.[]