10 Ilmuwan Muslim Sambangi Insantama

-

Ada gelak tawa dan rasa takjub manakala para siswa menyaksikan ‘pertunjukan’ dari para guru yang lain dari biasanya ini.  Pertunjukan yang menampilkan barisan secara bergantian 10 guru ikhwan yang didandani sebagai layaknya tokoh ilmuwan Muslim di masa Kekhalifahan Islam itu memang menarik perhatian para siswa.

Acara tersebut berlangsung pada Kamis, 22 Ramadhan  atau bertepatan dengan hari ke-6 Pekan Kepompong Ramadhan SDIT Insantama, para guru mengajak para siswa untuk menelusuri jejak kemajuan peradaban Islam di masa keemasannya.  Di bawah bayangan gedung sekolah yang memberikan keteduhan dari hangatnya sang mentari, seluruh siswa duduk di atas pinggiran lapangan paving halaman depan sekolah.  Mereka menyimak penjelasan Bu Fahmy dan Bu Lina (narator peradaban) yang mengisahkan kehebatan dunia Islam dengan kamajuan teknologi dan lahirnya ratusan cendekiawan Muslim pada masa pemerintahan Islam.

Luar biasa… gerobak milik tim dapur pun sangat berjasa dalam peran ini.  Satu demi satu para ilmuwan Muslim dipanggil dan dikisahkan perjalanan hidupnya oleh kedua narator.  “Sang Ilmuwan Muslim” memasuki lapangan paving dengan menaiki gerobak yang ditarik dua guru dan diiringi Panji Ar Royah Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah. alunan backsound musik semakin menambah mantapnya kisah hebatnya peradaban Islam.

Setelah “kereta kencana” berkeliling di hadapan para siswa, “Sang Ilmuwan” kemudian menempati “meja prasasti” yang bershaf-baris di hadapan barisan siswa.  Setiap ilmuwan berdiri tegak dengan membawa duplikasi karya mereka masing-masing dan banner biografinya.

Pertama, Al Khawarizmi (780 – 850 M): penemu Al Jabar dan Trigonometri.  Ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi.  Asal Persia. Kedua, Al Kindi (801 – 873 M): Filsuf Islam pertama: menulis banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu, dari metafisika, etika, logika, psikologi, ilmu pengobatan, farmakologi, matematika, astrologi, dan optik.

Ketiga, Al Battani (850 – 929 M): Ahli astronomi dan Matematika.  Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Keempat, Al Farabi (870 – 950 M): ilmuwan dan filsuf Islam yang berbasal dari Farab, Kazakhstan.  Karya Al Farabi: logika, ilmu Matematika, ilmu alam, teologi, ilmu politik dan kenegaraan serta bunga rampai (kutub munawwa’ah).

Kelima, Ibnu Haitham (965 – 1039 M): ilmuan Islam penemu tarikan gravitasi sebelum Isaac Newton.  Ahli dalam bidang Sains, Falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Keenam, Ibnu Khaldun (965 – 1040): sejarawan Muslim dari Tunisia yang sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi, dan ekonomi. Ketujuh, Ibnu Sina (980 – 1037 M): Seorang filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis aktif yang lahir di zaman keemasan peradaban Islam.

Kedelapan, Omar Khayyam (1048 – 1131 M): ahli matematika, astronomi, dan sastrawan Islam.  Terkenal dengan karya ilmiah dan sastranya.  Ia telah menulis sekitar seribu puisi 400 baris. Kesembilan, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M): seorang hakim sekaligus fisikawan yang jenius.  Mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat.  Sebagian besar hidupnya diabdikan dengan menjadi qadhi (hakim) dan fisikawan. Kesepuluh, Ibnu Batutta (1304 – 1377 M): seorang pengembara Muslim.  Ia membuat catatan perjalanan dalam buku berjudul Rihlah yang merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14.

Menurut panitia, di awal era pertumbuhan Islam, dunia pengetahuan mengalami zaman keemasan dengan bermunculannya ilmuwan-ilmuwan Muslim yang sampai sekarang penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya publisitas dan banyaknya peristiwa sejarah yang menjadikan nama-nama mereka kurang dikenal bahkan di kalangan para umat Muslim itu sendiri.

Dengan acara inilah, ‘silaturahmi’ para ilmuwan Muslim ke SDIT Insantama menambah motivasi dan inspirasi bagi para siswa untuk selalu bersemangat dalam belajar dan senantiasa berupaya untuk mengembangkan potensi diri agar dapat berbuat seperti para ilmuwan Muslim tersebut.[] Kontributor: Eko Agung Cahyono

Exit mobile version