Sholat Berjamaah Mempererat Ukhuwah

0
2589

Para siswa dan siswi SMP, secara berkelompk atau perorangan, mulai meninggalkan kelas-kelas mereka menuju masjid Insantama, sesaat setelah mendengar pengumuman dari guru piket bahwa mereka harus segera bergegas melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di sana. Terlihat pula beberapa guru dari SMP dan SMA bersama-sama dengan para siswanya menuju masjid.

Di saat yang sama, siswa-siswa SMA, sebagian sudah lebih dulu tiba di selasar lantai dasar masjid. Setibanya di sana, mereka melepas dan menenteng alas kaki mereka lalu meletakkanya di rak sepatu secara rapi. Sementara itu, siswa-siswi kelas 6 yang hari kamis ini mendapat giliran sholat di masjid, mulai berhamburan keluar dari gedung 1, dengan didampingi guru-guru mereka.

Jalur masuk masjid bagi laki-laki dan perempuan dipisahkan, sehingga memastikan tidak ada interaksi antara keduanya. Jamaah laki-laki masuk melalui beranda masjid yang mengarahkan mereka ke lantai 2. Sementara jamaah perempuannya, masuk melalui bagian belakang masjid, yang mengarahkan mereka ke lantai 3 mesjid. Para siswa yang tidak sempat mengambil air wudlu di gedung mereka, secara tertib mengambil air wudlunya di ruang wudlu di gedung masjid. Setelah wudlu, mereka langsung masuk.

Masih ada waktu sebelum adzan dzuhur dikumandangkan. Sebagian ada yang melaksanakan sholat dua rakaat tahiyatul masjid terlebih dahulu, sementara sebagian lainnya langsung duduk di shaf-shaf sholat, sambil ikut membaca Al-Qur’an secara bersama-sama yang sudah berlangsung sejak tadi. Namun ada juga di antaranya yang malah bercengkrama di antara sesama mereka.

Seluruh siswa, baik yang SD, SMP maupun SMA dan staf terlihat berbaur satu dengan yang lainnya. Tidak ada pengkhususan posisi shaf sholat jamaah. Pokoknya yang datang duluan ke masjid, maka mereka berpotensi menempati posisi terdepan. Untuk hari ini, shaf terdepan didominasi siswa SMP. Demikain pula yang perempuannya, gambaran jamaah perempuan, hampir sama dengan jamaah laki-lakinya.

Tepat pukul 12.00, suara adzan pun dukumandangkan oleh salah seorang siswa SMP yang ditunjuk. Para jamaah masih terus berdatangan ke ruangan masjid, yang sudah terisi hampir setengahnya. Selesai adzan, muadzin meminta jamaah untuk sholat qabliyah dzuhur, “shollu qabliyatan…!” seru muaddzin. Tanpa dikomando, para guru pun bersahutan meminta para siswa untuk sholat sunnah, “hayya…hayya..quumuu… shollu qabliyatan…” Seru salah seorang guru kepada siswa yang masih duduk-duduk di atas karpet permadani Turky yang nyaman itu.

_Tak_ lama berselang, sang imam meminta muaddzin untuk iqomah, “aqim…” kata sang Imam sambil menyalakan mic-nya. Sepertinya belum ada mic khusus yang bisa digunakan oleh Imam saat mengimami sholat. Sebelum takbir, sang Imam memastikan seluruh jamaah untuk merapatkan serta meluruskan shaf. “luruskan dan rapatkan shaf, Karena lurus dan rapatnya shaf adalah di antara kesempurnaan sholat” sang Imam mengingatkan.

Di saat yang sama, beberapa guru terlihat ikut membantu merapikan shaf jamaah siswa-siswanya. Sebagian diminta untuk meluruskan shafnya, sebagian yang lain diminta untuk mengisi shaf terdepan yang masih kosong. Kemudian terdengarlah suara takbir Imam, “Allaahu akbar….”, sebagai tanda sholat sudah dimulai, yang kemudian diikuti oleh seluruh jamaah sholat dzhuhur. Sedikitnya 900-an siswa dan siswi, SD, SMP dan SMA dan juga staf tampak khusuk dalam ibadah sholatnya di siang ini.

Inilah sholat dzuhur berjamaah, yang pada minggu ini mulai disemarakkan serta dibudayakan di lingkungan SIT Insantama. Siapapun tentu akan merasa bersyukur, salah satunya tidak lain adalah ketua DKM Insantama. “Alhamdulillah akhirnya kita bisa sholat berjamaah di masjid sendiri dilingkungan sekolah Insantama yang kita cintai. Tentu ini kebahagiaan yg teramat sangat, setelah menunggu hampir 17 tahun.” Kata pak Mashudi.

Selama ini, sebelum ada masjid, memang kegiatan ibadah sholat para siswa dan staf, diselenggrakan di audit atau di koridor kelas secara sendiri-sendiri di masing-masing unit; SD, SMP, SMA. Sebagian staf ada juga yang sholat jamaah di masjid warga. Keberadaan masjid Insantama telah menjawab 16 tahun harapan seluruh civitas akademika untuk bisa melaksanakan sholat secara bersama-sama. “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar !! Hanya kalimat itu yang bisa menggambarkan atas selesai nya bangunan Masjid Pendidikan Insantama, selama kurang lebih 16 tahun cita itu tumbuh dan berkembang. Masjid yang nyaman, khusyu’ ini, insha Allah akan lebih bermanfaat untuk siswa siswi Insantama. Semoga barokah untuk semua civitas akademika SIT Insantama insha Allah…”, Kata Muhammad, salah seorang alumni Insantama angkatan pertama.

Walaupun jamaah sholatnya berasal dari semua unit, termasuk para staf dengan ragam usia, namun pada saat sholat, tidak ada “sekat” di antara mereka. Mereka berbaur, bersatu menjadi Jemaah sholat dzuhur masjid Insantama. “(dengan sholat jamaah ini) semakin menguatkan kebersaman dan ukhuwah antara siswa, guru, staf SIT Insantama” kata Pak Iqbal, salah seorang guru SMP.

Inilah pula yang menjadi harapan ketua DKM Insantama, “disatukan karena kita ingin membangun rasa kejamaahan dan rasa persatuan disemua unit yang memang ini cerminan dari harusnya umat Islam”. Tegas pak Mashudi.

Tidak hanya diwajibkan bagi para siswa, khususnya dari SMP dan SMA, kegiatan sholat berjamaah ini juga diwajibkan bagi seluruh staf SIT Insantama. “Adapun staf unit pendidikan dan non kependidikan, juga kami wajibkan ikut sholat jamaah di masjid kecuali satu orang satpam tetap jaga di posnya (secara) bergantian.” Kata Pak Mashudi, yang juga salah satu staf Yayasan SIT Insantama.

Disatukannya jadwal serta pelaksanaaan sholat berjamaah di Mesjid Insantama ini memunculkan kendala baru. Yakni, bagaimana caranya menyikapi perbedaan jadwal KBM di masing-masing unit, sementara semua unit itu, pada saat tertentu, harus meluangkan waktunya untuk sholat secara berjamaah. “..kami yakin insya Allah ada solusi terbaik…” kata Pak Mashudi meyakinkan.

Kendala tersebut menuntut adanya singkronisasi jadwal kegiatan belajar dan mengajar di setiap unit; SD, SMP dan SMA. Karena kata Pak Mashudi, “Solusi dr permasalahan tersebut (singkronisasi waktu KBM) adalah komunikasi yang efektif dengan unit”.

Akhirnya setelah didiskusikan bersama semua unit, maka diputuskanlah jadwal sholat berjamaah di masjid Insantama. Bahwa waktu dzuhur dimulai pukul 12.00, sedangkan waktu ashar pukul 15.30.

Setelah ditetapkannya jadwal waktu sholat ini, satu kendala bisa diselesaikan.
Tinggal kemudian setiap unit menyesuaikan kegiatannya masing-masing. Unit SD misalnya, mereka mensiasatinya dengan cara mengurangi waktu makan. “Untuk waktu dzuhur, maka jadwal SD 11.30-12.00 itu waktu makan… jadi siasatnya, (waktu) makan itu dari 11.30-11.45. Jadi dengan percepatan makan, jadwal sholat bisa tepat ke masjid…” Kata Pak Shodiq, salah seorang guru SD.

Solusi lainnya dari unit SD adalah dengan cara pembagian jadwal sholat di mesjid untuk masing-masing angkatan. “…hari senin, untuk siswa kelas 2-3, hari selasa kelas 4, rabu kelas 5, kamis kelas 6, sementara siswa kelas 1 belum dperkenankan sholat di masjid..”. Terang pak Shodiq.

Demikian pula di unit SMP dan SMA. Di kedua unit ini, ditetapkannya jadwal pelaksanaan sholat berjamaah ini relatif tidak memunculkan kendala signifikan. Hanya mengurangi sekitar 10 menitan dari waktu KBM sebelumnya. Masalah yang ada ternyata berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang memang masih terus dalam tahap penyempurnaan. Juga terkait dengan petugas piket adzan, imam, dzikir, doa dan kultum yang belum dijadwalkan. “ada kebiasaan yang termasuk SKU dan SKK hilang seperti petugas adzan.. imam… pimpin doa… kultum..” Keluh pak Iqbal.

Respon DKM sendiri tampaknya sangat tanggap terkait permasalahan yang dirasakan jamaah. Misalnya, pada saat ada masukan untuk disediakan jalur ke masjid yang tanpa harus menggunakan alas kaki, dua hari berikutnya langsung hal itu dipenuhi. Begitu pula masalah ruangan sholat yang sedikit membuat gerah, tidak menunggu lama, pihak DKM kemudian memasang kipas angin, sambil menunggu pemasangan AC.

Alasan disegerakannya penggunaan masjid Insantama, khususnya untuk sholat berjamaah inipun, salah satunya adalah agar dengan penggunaan masjid ini, akan lebih mudah diketahui masalah- masalah yang muncul. Sehingga nantinya pada saat masjid ini sudah diresmikan, sekitar satu bulan-an lagi, masalah-masalah yang muncul tadi sudah tuntas terselesaikan. “hari ini syarat minimal (gedung masjid) sudah terpenuhi, dan kita juga pingin mengetahui kendala-kendala yang ada sedini mungkin sehingga dapat segera teratasi…insya Allah akan kita cari solusi-solusi itu” terang pak Mashudi.

Selesai sholat dzhuhur, para jamaah kemudian kembali ke unitnya masing-masing untuk melanjutkan agenda-agenda mereka di hari ini. Mereka akan bertemu kembali di waktu ashar, maghrib, isya dan juga subuh, secara terus menerus pada setiap harinya. Semua itu dilakukan tidak lain selain agar ukhuwah Islamiyyah di antara civitas akademika ini semakin erat, juga agar tercipta biah (suasana) ibadah yang kental di lingkungan SIT Insantama. Sehingga, sebagaimana yang dikatakan oleh Ust. Ismail Yusanto dihadapan santri boarding, “(dengan demikian) Kalian akan tertempa menjadi Abidu al-Shalih…(hamba Allah yang sholih)”
(KW)