Kamis, 18 Oktober 2018

Sudah lama sekali suasana seperti ini terjadi. Akhirnya kembali dirasakan oleh delegasi LKMA 2018 hari ini, tepatnya pada tujuh belas hari menjelang keberangkatan.

Mentari pagi hangat menyapa kami. Pukul 8 kami telah berbaris rapi mengenakan seragam putih-abu di lapangan SD. Setelah semua pasukan bersiap, CoD hari ini, Labib Muttaqillah dan Maryam Fathiya Rinthani memberi komando kepada masing-masing pasukannya untuk berjalan menuju Masjid Nurul Amal. Dua buah bis telah siap sedia mengantar kami ke Gedung MPR RI dalam rangka berpamitan dan meminta wejangan dari Ketua MPR RI, Bapak Dr. H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M.

Seluruh kegiatan di Insantama rasanya tidak lengkap tanpa berjalan kaki. Segarnya udara pagi menemani derap langkah kaki kami ke arah masjid. Sekitar 20 menit kami sampai tujuan. Tanpa berlama-lama, kami segera bershadaqah atas 360 sendi di tubuh kami dengan menunaikan shalat dhuha, disertai doa agar keberkahan senantiasa menyertai aktivitas kami.

Waktu satu detik amat berharga. Usai shalat dhuha, satu per satu dari kami bergiliran memasuki bis. Untaian doa pun tak luput kami panjatkan demi keselamatan dan kesuksesan kegiatan hari ini. Roda-roda bis mulai berputar menyusuri jalan yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan.

Selama kurang lebih 2 jam kami menempuh perjalanan antarkota. Tepat jarum jam mengarah pada pukul 11, kami turun dari bis dengan tertib. Speed and responsive CoD menyiapkan barisan. Kali ini perjalanan berlanjut ke arah masjid karena tak lama lagi azan dhuhur akan segera berkumandang. Saat waktu dhuhur tiba, kami segera merapatkan shaf untuk melaksanakan shalat.

Perjalanan tidak mengenal kata henti. Dengan sigap kami membentuk formasi dua baris memanjang yang dipimpin oleh sang CoD. Memasuki gedung MPR RI, tiap langkahnya membuat semangat kami membara. Bukan pertama kali kami berkunjung kemari, namun rasanya tetap berbeda. Jauh-jauh lebih mendebarkan bagi kami, terutama bagi delegasi yang akan mempersembahkan performa terbaiknya di sini.

Kursi-kursi lengkap beserta mejanya berjajar rapi di Ruangan GBHN. Kami pun mempersiapkan diri untuk memulai acara dan menunggu kedatangan Bapak Zulkifli. Setengah jam berlalu, beliau akhirnya hadir di tengah-tengah kami. Beliau hanya berkesempatan untuk menemui kami selama 15 menit.

“Penting bagi kalian untuk menguasai iptek dan ilmu agama sebagai persiapan untuk menjadi pemimpin Indonesia dan dunia,” Ujar Pak Rimun sebagai pembuka.

Pak Zulkifli pun mulai memberikan wejangan, “Saya senang sekali melihat anak-anak yang akan berangkat ke New Zealand. Kegiatan ini amat penting bagi kemajuan Indonesia. Maju atau tidaknya sebuah bangsa bukan dilihat dari kelimpahan sumber daya alam, melainkan dari kualitas manusianya. Oleh karena itu, upgrade kualitas diri kalian agar berbeda dari yang lain. Kembangkan potensi diri jika kalian ingin menjadi orang sukses. Sekali lagi, selamat bagi kalian yang akan ke NZ, belum tentu yang lain bisa seperti kalian. Maka syukuri nikmat ini dengan mengoptimalkannya .”

Berlanjut ke sesi presentasi. Waktu yang diberikan hanya lima menit. Majulah trio presentator, Hafidz Ahnafuddin, Arham Amarulhaq dan Ismail Zulkarnain menyampaikan materi dengan singkat, namun padat dan jelas. Usai materi tersampaikan, Pak Zulkifli yang sedang terburu-buru menyampaikan bahwa ia senang sekali dengan kedatangan kami dan akan menyempatkan waktu beliau untuk mendengarkan hasil dari LKMA 2018 nanti. Tepuk tangan yang meriah mengiringi kepergian beliau dari ruangan ini.

Posisi Pak Zulkifli digantikan oleh Pak Muhammad Rizal selaku Sekjen MPR RI. Kedua MC, Siti dan Rahmadina sigap membuka acara pada sesi ke-2. Rangkaian penampilan angklung dan tari saman sudah siap sedari tadi untuk dipersembahkan. Pertama-tama Riri memimpin para pemain angklung membawakan lagu Rayuan Pulau Kelapa. Dilanjutkan oleh Hilya dan tim yang mempersembahkan lagu God Defend New Zealand, sebagai penghormatan kepada tuan rumah kami saat LKMA nanti.

Berlanjut ke penampilan berikutnya, tari saman yang dipimpin oleh Tubagus Naufal. Tari saman dan tampilan angklung ini merupakan misi diplomasi kebudayaan bangsa Indonesia yang akan kami bawa di NZ. Tepukan tangan sangat meriah menutup penampilan kami saat itu. Para penonton pun sampai tak bisa berkedip menyaksikannya, saking luar biasa. Masya Allah…. Padahal baru awal bulan Oktober kami mempersiapkannya, namun bi nashrillah segalanya menjadi mudah. Allahu akbar.

“Senang sekali melihat tarian adik-adik. Tari saman ini memang kebudayaan Indonesia yang sudah go internasional, ” Komentar Pak Rizal.

Hanya saja, menurut beliau, beberapa hal harus diperbaiki. Kami harus lebih rileks saat tampil di depan, tidak perlu tegang. Entah grogi atau bagaimana, memang beberapa diantara kami masih belum tersenyum saat tampil. Padahal, hal terpenting adalah senyuman yang harus kami tampilkan di hadapan para audience. Kalau diiringi dengan senyuman, kami akan lebih menghayati peran yang kami jalankan. Hasilnya pun menjadi lebih maksimal, deh. Hehehe. Smile…

“Kalian harus menjadi generasi yang akan menerobos ke depan, kuat dan sejahtera dengan cara memperluas pengetahuan yang berkualitas. Setelah menempuh pendidikan sma, kalian akan berkuliah, dari S1 bahkan menempuh S2, sekitar tujuh tahun lagi kalian akan menjadi orang yang sukses ,” Ujar Pak Rizal.

Tak terasa waktu berlalu, kini jam sudah menunjukkan pukul 14.47. Sebentar lagi adzan ashar akan berkumandang. Semua pesan sudah disampaikan oleh Pak Rizal. Tinggal satu sesi yang rasanya kurang lengkap jika tidak ada. Yaitu sesi tanya jawab. Karena waktu terbatas akhirnya hanya satu orang terpilih yang diberi kesempatan bertanya. Dan orang terpilih itu adalah Zalfaa Naura.

Ia menanyakan sesuatu yang kata Pak Karebet sudah cukup karena mencakup semuanya. Ia bertanya, “Pak, tolong beri kami motivasi, agar terus semangat belajar. ”

Pak Rizal pun menjawab, ” Pertama, kalian harus bisa mengatur waktu. Lalu sholat tahajud dan dhuha .”Alhamdulillah.. semua itu telah diajarkan oleh guru-guru kami di Insantama. Rupanya kami sudah selangkah lebih maju dari kebanyakan remaja seusia kami.

Lalu beliau melanjutkan, ” Kalo mau jadi pemimpin, harus punya alasan yang kuat, biasakan berdiskusi dalam kerja kelompok dan biasakan ikut serta dalam organisasi, karena kebanyakan orang sukses bukan sekedar pintar, tapi juga pintar berorganisasi. Tunjukkan bahwa kita sebagai pemimpin rahmatan lil alamin… .”

Masya Allah… pesan yang sangat mendalam. Memang kehadiran kami disini sudah ditakdirkan oleh Allah. Tak banyak orang yang diberi kesempatan istimewa ini seperti kami. Begitu banyak hikmah yang bisa kami petik dari setiap perjalanan, terlebih setelah kunjungan kami ke sini.

Setelah sesi tanya jawab selesai, saatnya pembagian cinderamata oleh ketua LKMA. Sebelum kami pamit kepada Pak Rizal, tak lupa kami menggemakan jargon LKMA 2018. Setelah itu, dengan rapi kami keluar dari ruangan, seperti biasa yang akhwat keluar sambil memberi salam sunda kepada Pak Rizal.

Sesampainya kami di luar ruangan, kami disambut oleh snack dan box nasi yang telah disiapkan. Alhamdulillah… puasa hari ini sangat berkah. Kami tidak perlu keluar uang lagi untuk membeli menu buka puasa.

Delegasi bergegas menuju masjid Baiturrahman untuk menunaikan sholat ashar. Sekitar setengah jam kami selesai sholat dan bersiap untuk pulang. Sebelum itu, para pembina membagikan souvenir untuk delegasi LKMA. Kami mendapat tote bag, note kecil, dan pulpen khas MPR. Lagi-lagi kami ucapkan Alhamdulillah..

Meski masih ingin disini, namun waktu menuntut kami untuk kembali. Dipimpin oleh CoD hari ini, kami berbaris rapi di depan masjid untuk menuju bis. Oh, ada satu yang lupa. Tak lengkap jika kami datang ke MPR namun tidak mengabadikan momen di tangga bersejarah. Dengan senyum lebar dan penuh kebanggaan, kami membentuk formasi untuk foto.

Selesai sesi foto, seluruh delegasi bergegas menuju bis. Sebelum masuk semua anak dibagikan snack dan makan siang. Roda bis mulai berjalan meninggalkan gedung MPR.

Tepat pukul 16.05 kami menuju Bogor, menembus padatnya kota metropolitan ini. Lelah letih sudah pasti kami rasakan, tapi delegasi tak kenal menyerah, hari ini memberikan banyak makna maupun pelajaran bagi kami, bahwa kesuksesan tidak mudah untuk didapat tanpa usaha yang kuat.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.44, sampailah kami di Bogor, lebih tepatnya di Masjid Nurul Amal. Cuaca sore menjelang malam ini sedikit berawan. Delegasi beristirahat sejenak sambil bersiap untuk berbuka puasa.

Tak lama kami menunggu, adzan maghrib berkumandang, segera kami berbuka puasa dengan snack yang tadi diberikan lalu kami bergegas menunaikan sholat maghrib, setelah itu dengan semangat kami menyantap nasi yang telah disiapkan.

18.40 delegasi telah siap berbaris rapi dan berjalan kaki menuju sekolah tercinta, bagi kami jalan kaki merupakan hal biasa yang telah dilakukan sejak awal tahun. Tepat pukul 18.58 sampailah delegasi di sekolah tercinta, tepat sekali saat kami menjejakkan kaki di insantama, adzan isya berkumandang. Dengan sisa-sisa tenaga kami menuju asrama untuk bersih diri, sholat isya, dan istirahat.

Alhamdulillah perjalanan singkat yang bermakna telah kami tempuh. Sebentar lagi kami akan menjalani perjalanan yang lebih panjang, yaitu LKMA.

Ya Rabb… mudahkanlah kaki-kaki kami melangkah untuk mensyiarkan agama-Mu di Negeri Selatan sana… Kuatkanlah jiwa dan raga kami demi menggapai mimpi besar kami, mimpi yang mulia, menjadi pemimpin umat in di masa depan… yang menebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru bumi. Tidak ada yang mampu mewujudkannya tanpa Idznullah dan Nashrullah…
Aamiin Allahumma Amiin…